Awas! Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) Bisa Membahayakan Anak Kita
Info Sehat | 2025-11-28 12:10:06
(Ana Septiani Mutia/191241103/IKM C 2024/Fakultas Kesehatan Masyarakat/Universitas Airlangga)
Anak kita bisa sakit hanya karena satu kotak makan. Itu kenyataan yang muncul sejak Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) mulai berjalan. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu program kerja pemerintah di bidang kesehatan dan gizi masyarakat. Tujuan utamanya mulia, yaitu memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang, mencegah stunting, dan membangun generasi muda yang sehat dan produktif. Namun di lapangan, kenyataan tidak selalu seindah rencana. Sejak peluncurannya, berbagai daerah justru melaporkan kasus keracunan massal dan temuan makanan yang tidak layak konsumsi dalam pelaksanaan program ini.
Ribuan anak sudah jatuh sakit hanya karena satu menu yang keliru.Di salah satu kabupaten di Jawa Barat terjadi sebuah insiden besar. Lebih dari seribu siswa di Distrik West Bandung mengalami mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu MBG. Data resmi dari Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sekitar 4.711 korban keracunan hingga September 2025. Angka ini terhitung sejak program diluncurkan pada Januari. Laporan media bahkan menyebut jumlah korban bisa mencapai lebih dari 6.000 hingga 7.000 siswa di berbagai provinsi.
Sebuah investigasi memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Di beberapa dapur penyedia MBG ditemukan lauk yang sudah tercemar. Sayur dan buah disimpan dalam kondisi yang tidak layak. Di Kalimantan Barat juga terjadi insiden lain. Ikan hiu goreng dijadikan menu MBG tanpa pengolahan yang aman. Pemasok dan proses pengolahan belum memperhatikan risiko kontaminasi merkuri maupun teknik penyimpanan yang benar. Situasi ini tidak lagi sekadar soal “beberapa anak sakit”. Kondisi ini menjadi sinyal bahwa sistem penyediaan, pengawasan, dan distribusi makanan bergizi gratis belum mampu menjamin keamanan pangan. Tanpa langkah korektif yang cepat, kepercayaan publik dapat rusak. Dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak juga sangat mungkin terjadi.
Akar masalahnya ada pada sistem yang belum siap. Distribusi dilakukan secara massal, tetapi infrastrukturnya belum siap. Pengawasan mutu juga masih rapuh. Prosedur operasional belum dikawal secara konsisten. BGN menyebut bahwa sebagian besar insiden keracunan terjadi karena penyedia dan tim internal tidak mengikuti SOP. Contohnya terlihat di beberapa dapur MBG. Makanan diproses setelah lebih dari dua hari sejak pengadaan bahan baku. Waktu antara penyajian dan konsumsi sering melewati enam hingga dua belas jam. Rentang ini jauh dari batas ideal empat hingga enam jam yang direkomendasikan untuk makanan sekolah. Masalah lain muncul pada tahap transportasi dan penyimpanan.
Banyak menu dikirim tanpa pengaturan suhu. Jarak distribusi cukup jauh. Makanan tiba dalam keadaan tidak hangat. Kondisi ini memungkinkan bakteri berkembang dengan cepat. Pengawasan pada pemasok juga lemah. Beberapa pemasok belum bersertifikasi BPOM. Ada juga yang belum memenuhi standar sanitasi dapur industri rumahan. Program MBG dijalankan dengan target ribuan dapur (SPPG) dalam waktu singkat. Namun kesiapan operasional dan sistem pengawasan belum sebanding. Situasi ini menciptakan risiko tinggi terhadap kegagalan mutu.
Pertanyaan utamanya tetap sama: apakah program MBG bisa membahayakan anak-anak Indonesia? Jawabannya iya, jika pelaksanaannya tidak aman. Bahayanya muncul dari cara pengolahan, penyimpanan, dan pengiriman makanan. Risiko ini terlihat ketika dapur tidak bersih. Risiko juga muncul ketika bahan makanan disimpan terlalu lama. Pengiriman tanpa standar kebersihan menambah ancaman lain. Semua kondisi tersebut dapat membuat anak sakit. Keracunan menjadi salah satu dampak yang sering muncul. Satu kasus keracunan bisa menunjukkan bahwa banyak anak lain menghadapi risiko serupa. Program ini tetap membawa manfaat besar. Namun manfaat itu hilang jika keamanan makanan tidak dijaga. Program MBG hanya aman jika setiap langkah dipantau. Keamanan harus dijadikan prioritas utama. Tanpa itu, program ini dapat membahayakan anak-anak yang seharusnya dilindungi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
