Tangani Gizi Buruk, Untuk Indonesia Lebih Baik
Edukasi | 2022-10-27 10:09:26Balita adalah masa dimana kemampuan perkembangan otak mencapai 80 persen selama hidupnya. Perkembangan ini dibutuhkan kontribusi nyata dari semua pihak, khususnya orang tua. Permasalahan yang sering terjadi adalah pada status gizi dan perkembangannya. Salah satu Indicator status gizi yang di gunakan pemerintah dalam mengetahui status gizi balita adalah kesesuaian berat badan dengan Panjang badan atau tinggi badannya. Dengan indicator ini bisa diketahui bayi kurus /wasting dan bayi dengan gizi buruk (severe wasting =BB/TB -3sd). Hasil Riskesdas Nasional tahun 2018 disebutkan terdapat 3,5% balita di Indonesia mengalami gizi buruk, sedangkan di Kabupaten Bantul itu sendiri sebanyak 1,22% balita mengalami gizi buruk pada indicator BB/TB. Factor yang menyebabkan gizi buruk sangat beragam. Hasil Survey lapangan dan wawancara yang mendalam Rosmita Nuzuliana dan Tim penelian Unisa Yogyakarta, menyebutkan bahwa pola asuh, status social ekonomi, kondisi rumah, dan penyakit memiliki kaitan erat dengan kejadian gizi buruk pada balita.
Faktor utama penyebab gizi buruk adalah pola asuh orang tua terutama dalam gaya pemberian makan. Hasil survey dan wawancara di dapatkan orang tua cenderung menerapakan gaya pengashan yang indulgen/ permisif dan penerapan pemberian makan yang tidak responsive. Hal ini didasarkan dari orang tua terutama ibu kurang memperhatikan perilaku makan, jadwal makan dan jenis makanan yang diberikan kepada anak. Penerapan isi piringku tidak sesuai dengan kebutuhan balita. Kandungan yang paling banyak ada di piring saji anak adalah nasi, seporsi sayur, dan sedikit protein atau bahkan tidak ada. Permasalahan ekonomi menjadi salah satu penyebab rendahnya pemberian protein disetiap menu makanan balita. Selain itu persepsi ibu terkait fungsi makan untuk tubuh baru sebatas kebutuhan perut, yang artinya makan agar kenyang, bukan makan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Keluarga balita dengan gizi buruk mayoritas dari orang tua dengan tingkat Pendidikan yang rendah, pekerjaan ayah mayoritas adalah buruh harian, dan ibu tidak bekerja. Mayoritas pendapatan keluarga dihasilkan oleh ayah, yang cukup mencukupi kebutuhan sehari hari, meliputi kebutuhan makan, tagihan bulanan, operasional sehari hari. Pendapatan keluarga linier dengan penyediaan lingkungan dengan sanitasi, penyedian makanan yang layak , penyediaan sandang dan papan yang nyaman. Hasil penelitian menyebutkan pendapatan keluarga dan tingkat Pendidikan ibu yang rendah memiliki resiko 10,22 kali lebih besar mengallami gizi kurang dan gizi buruk.
Permasalahan yang terjadi dan sering terjadi pada kasus gizi buruk adalah balita akan menjadi rentan terhadap penyakit dan keterlambatan pada perkembangannya. Penyakit infeksi bisa meningkatkan morbiditas balita dengan gizi buruk, hal ini dikarenan penyakit akan mengurangi penyerapan nutrisi yang diberikan sehingga penyembuhan kasus gizi buruk akan lebih lambat. Sedangkan keterlambatan perkembangan pada balita gizi buruk pada hasil survey menunjukkan klasifikasi keterlambatan yang berat, hal ini dikarenakan usia fungsional anak 60% dari usia kronologisnya, yang berarti, anak belum bisa mencapai ketrampilan pada usianya.
Banyaknya permasalahan yang ada pada balita dengan gizi buruk, menjadikan Rosmita Nuzuliana dan tim mengembangkanproduk berupa modul MUJAS (Modul Untuk Anak Sehat) yang bertujuan menjadikan semangat keluarga balita gizi buruk untuk menyehatkan dan merubah status gizi anaknya.Modul ini diadaptasi dari beberapa sumber literatur seperti buku KIA, buku saku tatalksana gizi buruk, Pedoman SDIDTK dan Modul MTBS , buku Petunjuk Petunjuk Teknis Pendidikan Gizi dalam Pemberian Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita dan program yang sudah di laksanakan Puskesmas. Modul ini berisi tentang sumber informasi tenang pemantauan tumbuh kembang balita, catatan harian balita (pemberian makan, riwayat kesehatan). Dengan demikian ibu bisa mencatat keseharian anak (pola makan, permaslahan, jenis makan, perkembangan , aktivitas ) dan sebagai media komunikasi dan evaluasi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan. Dengan modul ini diharapkan asuhan yang diberikan runtut,berkelanjutan, dan komprehensif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.