Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dr. Tri Sutopo

Telemedicine Solusi Tepat Atasi Kesehatan Keluarga Gen Z

Hospitality | 2024-11-16 23:14:31

Perkembangan teknologi yang masif saat ini dimana maraknya platfrom belanja online dalam sektor ekonomi sepeti aplikasi Shoppe, Tokopedia, Lazada, dsb. Transaksi belanja terasa begitu mudah dan cepat. Nampaknya bukan hanya aplikasi belanja online saja yang digemari Gen Z, akses kesehatan berbasis digital juga menjadi pilihan. Akses teknologi mutakhir yang didukung dengan jaringan berkualitas memberikan kemudahan layanan kesehatan yang dapat dijangkau khalayak ramai.

Telemedicine merupakan inovasi berharga yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengkases layanan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) telemedicine adalah pelayanan kesehatan dimana jarak menjadi faktor penting yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pertukaran informasi yang valid dalam mendiagnosa penyakit, pengobatan, pencegahan penyakit dan cidera. Layanan telemedicine yang dapat diakses meliputi konsultasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, pertukaran data medis, serta diskusi ilmiah secara jarak jauh. Hal ini memungkinkan pasien dan tenaga medis tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung namun berkomunikasi melalui suatu aplikasi.

Gen Z yang kita ketahui ialah generasi yang lahir antara tahun 1996-2010 setelah generasi milenial atau gen Y. Gen Z tumbuh seiring berkembangnya bidang teknologi dan informasi. Masa dimana perkembangan internet dapat diakses dan dijangkau hingga pelosok negeri. Gen Z yang telah dibesarkan oleh internet dan media sosial kini sudah banyak yang memasuki dunia pendidikan tinggi, dunia kerja, dan sebagian telah berumah tangga pula. Ketergantungan Gen Z pada teknologi dan media sosial sangatlah tinggi, bagi mereka semua informasi yang ingin dicari akan mudah didapatkan hanya berbekal Smartphone.

Sebagai generasi yang menguasai teknologi, menjadikan semua yang berbasis online mudah saja mereka ikuti. Termasuk dalam bidang kesehatan yang kini dapat diakses melalui berbagai platform kesehatan digital. Perkembangan telemedicine memang tidak secepat bidang lain seperti e-commerce atau media sosial lainnya. Di Indonesia perkembangan telemedicine semakin pesat seiring dengan data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dimana terdapat 21.500 dokter umum dan 4.500 dokter spesialis yang telah bergabung diaplikasi Alodokter, 12.000 dokter umum dab 8.000 dokter spesialis di Halodoc, 9.000 dokter umum dab 2.000 dokter spesialis di Klikdokter, dan 100 dokter umum serta 1.000 dokter spesialis di Aido Health, 10.000 dokter umum dan 2.500 dokter spesialis juga bergabung di Good Doctor.

Telemedicine semakin diminati masyarakat terutama Gen Z bermula dari pandemi Covid-19 yang memaksa semua orang untuk stay di rumah. Pemerintah turut serta mengawal perkembangan telemedicine dengan regulasi yang tepat. Di Indonesia terdapat tiga kebijakan yang mengatur telemedicine yaitu pertama, Peraturan Menteri Kesehatan no. 20 Tahun 2019 Tentang penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kedua, Keputusan Menteri Kesehatan No HK.01.07/MENKES/4829/2021 Tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Melalui Telemedicine pada masa pandemi Covid-19. Ketiga, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 74 Tahun 2020 Tentang Kewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran Melalui Telemidicine Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia.

Gen Z and Telehealth: A Match Made in Mobile - Trends for 2024" />
foto ilustrasi, sumber :Gen Z and Telehealth: A Match Made in Mobile - Trends for 2024

Kemudahan dalam mengakses platfrom kesehatan digital memberikan dampak positif bagi kalangan masyarakat terutama Gen Z. seperti hal nya ketika tengah malam dan dilanda demam atau sekedar batuk pilek bisa dengan mudah melakukan sesi konsultasi dengan dokter via aplikasi. Layanan kesehatan 24 jam pun dihadirkan guna membantu masyarakat yang membutuhkan akses kesehatan. Adapun alasan masyarakat terutama Gen Z memilih telemedicine yakni akses lebih mudah, hemat biaya, kenyamanan konsultasi, dan dapat diakses kapanpun. Harga yang ditawarkan via aplikasi pun terhitung cukup terjangkau. Terlebih beberapa aplikasi memberikan diskon ataupun cash back pada periode-periode tertentu. Konsultasi yang dilakukan dapat berupa chat, video call, ataupun pesan suara. Dokter akan membantu melakukan pemeriksaan dan memberikan resep obat yang dapat langsung dipesan melalui aplikasi yang sama. Tak perlu menunggu lama, obat yang telah diresepkan akan dikirimkan langsung ke rumah.

Dampak positif yang diberikan dari telemedicine memberikan solusi tepat bagi masyarakat terutama Gen Z yang sedang membutuhkan layanan kesehatan terutama dalam kondisi mendesak. Namun pemeriksaan secara fisik pun sangat perlu dilakukan terutama jika lebih dari tiga hari belum membaik. Terlebih diagnosis yang dilakukan saat konsultasi online hanya sebatas diagnosis sementara sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang secara tatap muka.

Telemedicine yang hadir sekarang ini lebih banyak dibangun oleh perusahaan star-up dibandingkan klinik ataupun rumah sakit. Hal ini bisa menjadi perhatian khusus bagi rumah sakit agar lebih melek teknologi dan melakukan transformasi digital. Meskipun beberapa layanan sudah dialihkan ke online seperti sistem pendaftaran. Menurut Oki Wahyu Nugroho, S.Kom. selaku staff IT dalam sesi perkuliahan SIMRS kepada Mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menerangkan bahwa di RS PKU Muhammadiyah Gamping sudah sejak pandemi Covid-19 memanfaatkan telemedicine dan tetap berlangsung hingga hari ini. Mulai dari pendaftaran, billing tindakan, billing obat, medical record, hingga layanan kesehatan lainnya turut memanfaatkan dan mengembangkan telemedicine.

Dari segudang dampak positif dari telemedicine bagi Gen Z tetap saja pasti ada kekurangannya. Terlebih infrasturktur jaringan internet yang belum memadai di wilayah tertentu seperti 3 T. Terlepas dari hal tersebut kehadiran telemedicine sangat membantu bagi masyarakat dan memiliki potensi besar agar lebih ditingkatkan aksesbilitasnya.

Sumber:

Chairani, Milza Syafira Telemedicine Sebagai Bentuk Digitasilasi Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Tinjauan Literatur Manuskrip Public Health Departement Faculty of Public Health Univeristas Indonesia.

Ismail, Dingot Hamonangan, Joko Nugroho Kompetensi Kerja Gen Z di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 Vol 5, No. 4 April 2022

Jamil, Mohamad dkk Implementasi Aplikasi Telemedicine Berbasis Jejaring Sosial dengan Pemanfaatan Teknologi Cloud Computing Vol. 1 No. 1 (2015)

Larassasti, Ratih dkk. Telemedicine Sebagai Portal Komunikasi Untuk Konsultasi Kesehatan Jarak Jauh Vol. 8 NO. 2 Februari 2024

WHO (2021) Global strategy on digital health 2020-2025. Geneva: World Health Organization; 2021. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO. Available at: http//apps.who.int/iris.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image