Dua Generasi, Satu Era Digital: Siapa yang Paling Siap Masa Depan?
Edukasi | 2025-12-05 15:22:33Pernah nggak kalian merasa heran sama adik kecil kalian yang mungkin sekarang mereka udah jago banget menggunakan tablet ataupun handphone sejak umur dua tahun? Atau bahkan diri kalian sendiri yang udah nggak bisa lepas dari internet sejak SMP? Jujur, saya pribadi termasuk salah satu sebagai perwakilan dari Gen Z, dan yang memiliki adik di era Gen Alpha ini. Seperti yang terlihat pada umunya, anak kecil sekarang terlalu jago atau bahkan terlalu lihai dalam penggunaan alat elektronik.
Perkembangan teknologi digital yang begitu cepat telah melahirkan dua generasi yang sangat menarik untuk dikaji, yakni Gen Z dan Gen Alpha. Jika dilihat secara sekilas mungkin keduanya akan tampak serupa karena sama-sama hidup dan tumbuh di era serba digital. Namun, ternyata mereka masih memiliki perbedaan dalam cara berpikir, berperilaku, atau bahkan gaya hidup. Perbedaan yang tampak ini tentunya dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan zaman, kemajuan teknologi, serta perbedaan pola asuh yang diterapkan kepada dua generasi ini selama mereka berkembang. Nah, itulah bedanya Gen Z dan Gen Alpha – dua generasi digital yang hidup di era yang sama, tapi tentunya keduanya memiliki cara pandang yang sangat berbeda.
1. Gen Z: Krisis, Adaptif, dan Peduli Isu Sosial
Pada dasarnya, Gen Z ini dipandang sebagai generasi yang unik dan memiliki potensi yang luar biasa di dalam diri. Di Indonesia, khususnya, Gen Z lahir di periode krisis ekonomi yang berat dan menyuguhkan tantangan tersendiri bagi para orang tua untuk membesarkan generasi pasca milenial ini di masa sulit. Kecemasan yang dimiliki oleh orang tua inilah yang sangat mempengaruhi perkembangan karakteristik pada Gen Z nantinya. Umumnya, gen Z lahir sejak tahun 1995 hingga 2010. Gen Z tumbuh dan berkembang pada masa transisi dari era analog menuju era digital. Akan tetapi, sebagian dari mereka tentunya ada yang masih mengalami masa di mana internet belum bisa sepenuhnya dapat terakses atau bahkan berkembang. Namun, Gen Z kini bisa dibilang menjadi pengguna yang sangat aktif dalam berbagai platform media digital, seperti Tiktok, Whatsapp, Instagram, atau bahkan X. Tidak sedikit berita yang beredar melalui berbagai platform tersebut, dan tidak sedikit pula respon atau tanggapan yang berasal dari mereka.
Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang kritis, adaptif, dan sadar sosial. Karena mereka sangat terbiasa mengakses berbagai informasi yang ada dari beberapa sumber, hal ini yang dapat menjadikan mereka memiliki kemampuan yang cukup baik dalam berpikir secara analistis. Gen Z juga memiliki tingkat kepedulian yang sangat tinggi terhadap isu-isu yang beredar disekitarnya, seperti contoh isu yang dapat diambil yaitu isu dalam kesetaraan gender dan isu terhadap kesehatan mental. Di sisi lain, media sosial bukanlah hanya sebagai sarana hiburan bagi mereka, tetapi juga sebagai wadah untuk menyalurkan ekspresi, diskusi, ataupun menyuarakan pendapat yang mereka miliki.
2. Gen Alpha: Kreatif, Visual, dan Sepenuhnya Digital
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Alpha lahir setelah tahun 2010, yang mana pada masa itu dunia telah seutuhnya dikuasai oleh teknologi digital. Gen Alpha tidak pernah merasakan hidup tanpa internet, seperti ponsel pintar, atau bahkan platform digital seperti tiktok ataupun youtube. Hal ini yang menjadikan mereka terlahir sebagai generasi yang tidak dapat jauh dari penggunaan internet. Pola piker yang mereka miliki cenderung visual, cepat dan kreatif. Bahkan bisa dibilang mereka lebih suka belajar melalui media digital interaktif, seperti salah satu contohnya yaitu video animasi. Kecenderungan yang mereka miliki memang dapat membentuk kemampuan multitaskin yang tinggi. Akan tetapi, terkadang kecenderungan ini disertai dengan minimnya nilai perhatian yang mereka miliki. Selain itu, dapat dilihat bahwasannya Gen Alpha memiliki kemampuan yang lebih daripada generasi sebelumnya dalam mengakses suatu informasi dan hiburan. Karena, interaksi sosial mereka akan lebih banyak terjadi di dunia maya daripada di lingkungan sekitarnya. Namun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam berkomunikasi tatap muka.
3. Perbedaan Gaya Hidup antara Keduanya
Pada dasarnya Gen Z masih dapat hidup di dua dunia: nyata dan maya. Hal ini membuat mereka masih mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial sekaligus aktif dalam ruang digital. Gaya hidup Gen Z dipenuhi dengan adanya keinginan untuk semangat kebebasan, bereksplorasi, atau bahkan mengekspresikan dirinya secara bebas di media sosial. Sementara itu, Gen Alpha tumbuh di dunia yang sepenuhnya digital. Hal ini yang menyebabkan mereka berpikiran bahwa teknologi bukanlah sekedar sebagai alat komunikasi, akan tetapi sebagai bagian penting yang harus ada di kehidupan sehari-hari. Mereka lebih menyukai aktivitas yang interaktif, cepat, bahkan berbasis visual daripada yang nyata. Sering ditemukan, apabila Gen Z sangat terbiasa dalam membaca sebuah artikel yang Panjang, Gen Alpha pastinya akan cenderung lebih nyaman dengan sebuah video singkat atau bahkan konten visual yang padat akan informasi.
Penutup
Dari beberapa perbedaan diatas, dapat disimpulkan bahwa Gen Z dan Gen Alpha sebenarnya keduanya merupakan produk dari adanya kemajuan sebuah teknologi, namun mereka memiliki cara pandang dan gaya hidup yang sangat berbeda terhadap dunia sekitar. Gen Z tumbuh dengan semangat yang bias dibilang sangat pas-pasan, akan tetapi mereka memiliki kesadaran sosial yang lumayan tinggi. Sedangkan di sisi lain, Gen Alpha tumbuh dan berkembang dengan kreativitas yang cukup tinggi, akan tetapi memiliki ketergantungan yang kuat terhadap sebuah teknologi. Di negeri ini, Indonesia, memang sangat penting untuk menjadi manusia digital – yang cerdas, adaptif, dan inovatif. Namun, di tengah derasnya arus teknologi yang sedang melanda ini, sangat penting bagi kedua generasi ini untuk tetap menjaga nilai kebersamaan atau bahkan nilai-nilai kemanusiaan, empati, serta interaksi yang nyata agar tidak kehilangan sifat manusiawi di dunia yang berkembang menjadi semakin modern ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
