Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Uswatun Khasanah

Menyoal Problem Stunting, Dimana Peran Negara

Info Terkini | Thursday, 20 Oct 2022, 09:00 WIB

Banyak juga orang yang mengabaikan asupan gizi anak. Alasan ekonomi keluarga, serta kurangnya pengetahuan tentang gizi keluarga, dianggap sebagai alasan. Maka tidak heran jika sampai saat ini banyak orang yang melakukan kesalahan dalam memberikan asupan gizi pada anak.

Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Agus Suprapto, Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Koordinasi Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, mengatakan perilaku hidup bersih dan sehat perlu didukung dengan pencapaian gizi seimbang dan optimal.

Dijelaskan bahwa asupan gizi seimbang dalam keluarga akan terjaga dengan baik terutama anak-anak. "Mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu maka dikhawatirkan anak-anak mudah terserang penyakit sehingga daya tahan tubuhnya harus dijaga melalui asupan gizi seimbang," katanya, republika.co.id, 16/10/2022.

Bayi kurang gizi dan gizi buruk merupakan tahap awal yang dapat menyebabkan anak berhenti tumbuh sebelum waktunya dan menyebabkan mereka menjadi pendek (stunting) dan kurus (wasting).

Menurut WHO, salah satu penyebab stunting adalah gizi buruk pada anak, yang seringkali disebabkan oleh faktor ekonomi yang menyebabkan kurangnya akses terhadap makanan bergizi, atau variasi makanan yang ditawarkan tidak mencukupi. Makanan yang diberikan kepada bayi harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral bayi.

Bayi yang baru lahir harus menerima air susu ibu (ASI) dalam waktu 6 bulan. Setelah itu, bayi harus diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang meliputi berbagai sumber seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Selain itu, kurangnya perhatian ibu terhadap nutrisi sejak kehamilan sering memperparah malnutrisi. Umumnya hal ini terjadi pada ibu remaja yang tidak menyadari pentingnya asupan gizi saat kehamilan dan pola menyusui yang benar.

Ibu hamil rentan mengalami stres, bukan hanya karena perubahan hormonal, tetapi juga karena masalah hidup yang semakin serius. Kemiskinan yang tidak terkendali telah mengganggu kesehatan mental ibu. Belum lagi memberikan nutrisi lengkap bagi janin yang sedang tumbuh untuk bertahan hidup dengan tuntutan hidup yang sangat tinggi yang mereka perjuangkan.

Ibu menyusui harus memperhatikan asupannya untuk menjaga kualitas ASInya, bahkan setelah melahirkan. Namun sekali lagi, hal ini sulit dilakukan ketika pendapatan sedang turun. Bahkan, banyak ibu lebih memilih memberi susu formula murah kepada bayinya agar bisa kembali bekerja. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi di atas 6-23 bulan juga menjadi perhatian utama. Protein hewani yang cukup untuk bayi dianggap sangat kurang.

Masalah gizi buruk ibu dan anak bermula dari masalah kemiskinan struktural, dan masalah kemiskinan struktural disebabkan oleh kapitalisme. Sistem ini membatasi fungsi negara pada regulator, sehingga negara tidak memiliki kewajiban untuk menjaga kesejahteraan warganya.

Kapitalisme memungkinkan sektor swasta memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Akibatnya, distribusi pelaksanaannya tidak merata, dan hanya mereka yang memiliki akses yang dapat memenuhi kebutuhannya, yaitu mereka yang memiliki uang. Kebanyakan orang tidak memiliki akses karena kemiskinan.

Kemiskinan masih menjadi masalah utama di Indonesia yang hingga saat ini belum tertangani, terutama setelah meningkatnya berbagai kebutuhan pokok dan pandemi. Banding terhadap nutrisi hanyalah narasi yang tidak simpatik. Dalam kesulitan yang terjadi dalam hidup, masyarakat mungkin tidak dapat mencapainya.

Di sisi lain, hal itu juga mencerminkan kurangnya pemahaman masyarakat akan realitas, apalagi angka stunting yang masih sangat tinggi, negara harus memperhatikan dan menyelesaikan masalah ini.

Kapitalisme memungkinkan negara-negara dengan sumber daya alam yang melimpah untuk menjualnya ke sektor swasta dan asing, yang seharusnya dapat menjadi sumber dana untuk mendanai fungsi negara, daripada dicuri oleh perusahaan. Jadilah negara yang mengemis untuk memajaki mereka yang semakin meremas nyawanya. Kapitalisme hanya menghasilkan penguasa korup yang tidak peduli dengan rakyat.

Jelas bahwa akar penyebab dari kekurangan gizi dan kemiskinan jutaan anak yang terus berlanjut adalah penerapan sistem ekonomi kapitalis.

Dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam, negara akan mengatur kepemilikan negara dan mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat, dan negara akan memiliki sumber pendapatan yang besar. Oleh karena itu, hak anak akan terwujud, anak adalah bagian dari masyarakat dan harus dijaga oleh negara.

Wallahu’alam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image