Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Cukupkah Speak Up jadi Solusi KDRT?

Gaya Hidup | Wednesday, 19 Oct 2022, 00:20 WIB

Pasangan selebritis LesLar akhir-akhir ini ramai dibicarakan netizen. Pasalnya, pasangan yang terlihat mesra nan harmonis ini tiba-tiba ditimpa kabar pahit. Pihak wanita diberitakan masuk rumah sakit karena dampak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya. Sang suami pun mengakui perbuatannya karena emosi, ia menganggap istrinya merendahkannya.

Speak Up

Netizen satu suara, menghujat dan mengecam perilaku KDRT sang suami apapun alasannya. Fakta di lapangan, bukan hanya satu dua kasus KDRT terjadi tapi ratusan laporan KDRT diterima oleh pemerintah. Menteri PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) Bintang Puspayoga mengimbau agar masyarakat yang menjadi korban KDRT tak ragu untuk Speak Up.

Kementerian PPPA pun sudah mempunyai call center dengan SAPA 129 demikian juga dengan WhatsApp 0811111129129. Bukan hanya mengimbau korban yang melihat, yang mendengar fenomena KDRT juga harus ikut peduli melaporkan terjadinya kekerasan.

Anjuran Speak Up tak berdiri sendiri, 18 tahun yang lalu tepatnya tahun 2004, pemerintah mengeluarkan undang-undang No. 23 tentang kekerasan dalam rumah tangga. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2004, setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga. Hukuman yang diberikan pun beragam, mulai dari sanksi penjara juga denda tergantung kekerasannya. Namun, bukannya menurun angka KDRT justru kian meningkat.

Faktor Pemicu KDRT

Banyak pihak yang menganalisis mengapa KDRT kian marak terjadi. Mulai dari ketidakpahaman fungsi dan tujuan pernikahan, keadaan finansial, masalah komunikasi, regulasi emosi hingga kondisi iman.

Saat ini, kita saksikan banyak rangsangan untuk membina mahligai rumah tangga. Baik itu dari sinetron tv, tayangan youtube, dan sejenisnya yang menggambarkan indahnya kehidupan setelah menikah bersama pasangan. Tentu ini baik daripada pilihan menyalurkan syahwat dengan gaul bebas. Namun, sayangnya pernikahan banyak yang tidak dibekali dengan ilmu dan iman.

Ilmu pernikahan tidak dijumpai di sekolahan. Sehingga harus ada usaha mandiri untuk mencari dan mengaplikasikan dalam kehidupan berumah tangga nanti. Lelaki dididik menjadi imam dan pemimpin rumah tangga yang penuh tanggungjawab. Istri dididik untuk menjadi partner dan support system bagi suami. Mereka juga disiapkan untuk menjadi orangtua yang baik bagi buah hati titipan ilahi. Masalahnya, berapa banyak yang akan sukarela belajar mengenai hal ini jika perutnya lapar, tubuhnya sakit, pikirannya kalut karena stress?

Inilah sebabnya kondisi perekonomian berpengaruh besar pada terjadinya KDRT. Saat lapar, sakit, stress tubuh akan meletakkan prioritas memenuhi hal ini. Sehingga alpa dalam bersikap pada pasangan, anak.

Bagaimana dengan mereka yang sudah berkecukupan tapi masih melakukan KDRT? Bisa jadi ia tak paham bagaimana caranya menyalurkan emosi. Bisa jadi ia punya trauma sehingga butuh bantuan profesional. Bisa jadi pula ia tak paham aturan Tuhan tentang bersikap pada pasangan. Inilah potret lalainya negara memelihara kondisi rakyatnya dan jauhnya umat dari ajaran agamanya sendiri.

Islam Menyolusi

Allah sangat menyayangi kita. Buktinya, Ia turunkan kitab yang jadi kunci jawaban semua permasalahan yang ada. Allah juga turunkan nabi Muhammad saw sebagai teladan utama bagi kita. Bukan hanya teladan dalam ibadah sholat, puasa, zakat, tapi juga dalam bersikap pada keluarga, termasuk pasangan.

Islam menunjuk suami sebagai qawwam dengan tugas mencari nafkah dengan cara yang halal. Halal inilah salah satu bagian yang akan membawa keberkahan dalam keluarga. Tak hanya itu, sebagai pemimpin, suami pun berkewajiban menjaga keluarganya. Menjaga keselamatan, kesehatan, iman. Laki-laki yang paham hal ini takkan tega memukul istri atau anaknya.

Apalagi Rasulullah saw sudah mengimbau para suami untuk berperilaku ma'ruf pada istri. Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR. At Tirmidzi)

Begitu pula dengan istri, islam mengajarkan bagaimana sikap istri seharusnya pada suami. Bersyukur atas yang diberikan suami, tidak mengucapkan kata-kata yang menyinggung suami, menaati suami, menjaga harta suami, dan lainnya. Hubungan antara suami dan istri dalam islam bukanlah antara atasan dan bawahan atau antara majikan dan pegawai. Tapi, hubungannya adalah hubungan persahabatan.

Bersahabat saling bekerjasama mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan Rohmah. Berjuang bersama menggapai rida Allah.

Memang ada kebolehan memukul istri jika istri nusyuz atau membangkang pada suami. Tapi, yang harus digarisbawahi adalah pukulan ini bukan pukulan luapan emosi tapi ini adalah pukulan untuk mendidik. Sehingga diisyari'atkan pukulan yang tidak menyakitkan, tidak meninggalkan bekas dan tidak membahayakan.

Belum cukup disini, peran masyarakat sebagai kontrol sosial pun dibutuhkan dalam menyolusi KDRT ini. Itulah sebabnya islam mewajibkan amar ma'ruf nahi mungkar, dakwah. Untuk saling menjaga agar tetap berada dalam kebaikan.

Terakhir, yang paling penting adalah peran negara. Negara mempunyai kuasa untuk mendidik laki-laki dan perempuan agar sesuai dengan yang diharapkan dengan wasilah sistem pendidikan formal, informal, non formal. Didukung dengan buku, tayangan yang mengedukasi. Sehingga tumbuh dalam benak umat bagaimana seharusnya mereka bersikap saat berumah tangga.

Negara pun bertugas memenuhi kebutuhan rakyatnya, sehingga rakyat tidak stress dan bisa bernafas lega karena kebutuhannya terpenuhi. Hubungan suami isteri, anak dan orangtua pun akan lebih terjaga.

Negara juga menyiapkan hukuman bagi mereka yang masih melakukan KDRT. Hukuman yang tegas dan memberikan efek jera bagi pelakunya.

Inilah kesempurnaan islam menjaga mahligai rumah tangga. Bukan hanya speak up atau hukuman saja. Tapi butuh satu sistem yang utuh. Dalam islam semuanya ini dibangun atas dasar iman pada Allah. Sehingga kala menerapkannya akan berbuah keberkahan. Masyaallah.

Mari kuta wujudkan keluarga yang sakina mawaddah dan rahmah juga barokah dengan mengembalikan islam sebagai aturan dalam kehidupan.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image