Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Karta Raharja Ucu

Terpesona Mahmud Bandung Penghuni Museum Geologi

Wisata | 2021-12-02 16:00:11

Pandemi yang belum berakhir menjadi alasan sejumlah tempat wisata ditutup sementara. Termasuk Museum Geologi di Bandung, Jawa Barat. Namun setelah hampir satu tahun ditutup, museum yang letaknya di belakang Gedung Sate ini kembali dibuka sejak 3 November 2021.

Dalam sepekan, museum dibuka selama lima hari, yakni setiap Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Ahad. Museum tutup pada Senin dan Jumat serta hari libur nasional. “Jumlah pengunjung harian dibatasi 200 orang,” kata Kepala Museum Geologi Iwan Kurniawan seraya mengatakan pengunjung wajib mematuhi syarat protokol kesehatan yang ketat.

Pertama kali saya mengunjungi museum ini ketika masih sekolah dasar, sekitar tahun 1990-an. Dari puluhan tahun lalu, termasuk saya, yang paling menjadi incaran untuk dilihat di museum ini tentu saja fosil T-Rex dan gajah purba Mamut. Dua fosil ini menjadi bintang dan primadona pengunjung museum yang berdiri sejak 1926 ini.

Museum ini menyimpan kekayaan geologi yang seabrek. Bangunan museum bercat putih itu saja sudah termasuk salah satu monumen bersejarah dan situs peninggalan bersejarah yang memiliki arsitektur bergaya Eropa. Tak heran beberapa sudutnya serupa dengan Gedung Sate.

Pintu masuk Museum Geologi Bandung.

Di pintu masuk kita akan disambut oleh fosil Mahmud yang memesona. Mahmud di sini bukan mamah muda ya. Ini adalah fosil gajah purba yang menjadi sesepuh gajah yang saat ini hidup. Dengan gading menawan sepanjang 3,5 meter, fosil Mamut setinggi sekitar 5 meter dan panjang sekitar 5 meter ini menjadi penerima tamu. Bayangkan, jika dikejar Mamut dan dihantam gadingnya atau diinjak, tentu kita tak hanya celaka 12, tapi mungkin bisa celaka 2x1 meter.

Di setiap sudut museum ini memamerkan koleksinya. Kekayaan bahan tambang dan kegeologian menjadi pameran utama di setiap sudut ruangan museum ini.

Museum ini dan berbagai koleksi di dalamnya adalah saksi sejarah perkembangan penelitian di Indonesia sejak masa Kompeni. Pada abad ke-17, Eropa dilanda revolusi industri, termasuk Belanda. Pemerintah Belanda yang saat itu menguasai Nusantara yang juga berharap jadi negara adidaya ingin menginginkan bahan dasar industri sehingga melakukan berbagai penelitian di Nusantara.

Karena itu, pada 1850 dibentuklah sebuah lembaga untuk meniliti bahan galian di Nusantara. Karena bahan menumpuk dan memerlukan tempat penyimpanan, pada 1928 Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan Ir Kasdoelah, eh salah, Ir Melanda Van Schouwenburg merancang sebuah gedung bergaya Art Deco. Gedung yang dibangun selama 11 bulan dengan biaya 400 Gulden itu pun berdiri pada 16 Mei 1928 dengan nama Geologisch Laboratorium yang pada akhirnya dikenal dengan Geologisch Museum.

Pengunjung melihat kerangka manusia purba di Museum Geologi.

Di aula utama, kita akan melihat peta Indonesia berukuran raksasa dengan dua ruang peraga. Di sayap barat ada Ruang Sejarah Kehidupan dan sayap timur Ruang Geologi Indonesia.

Museum seluas 2.000 m2 dibagi jadi tiga bagian, yakni mencakup sejarah kehidupan, Geologi Indonesia dan hubungan antara Geologi dan kehidupan. Sebagian besar koleksi di museum ini adalah batuan bumi.

Koleksi batuan di museum ini cukup lengkap. Jumlahnya tak main-main, koleksi batu yang sebagian besar berasal dari Indonesia milik museum ini sekitar 108.905 buah. Batu-batu itu dipajangkan dengan beragam ukuran dari yang besar sampai kecil, dari yang dipajang di dalam lemari kaca sampai terbuka dan pengunjung bisa menyentuhnya.

Contohnya Batugamping dari Kupang Nusa Tenggara Timur, Granit dari Sanggau Sumatera Barat dan yang menjadi pusat perhatian pengunjung adalah batu Kristal Amentis dari Solok Sumatera Selatan. Batu yang dikenal sebagai batu kecubung ini berwarna merah muda berbalut warna jingga.

Batu kecubung ini berwarna merah muda berbalut warna jingga jadi spot foto pengunjung.

Museum ini juga memiliki banyak koleksi batu dari luar negeri, seperti Lapis Lazuli yang berwarna biru dari Afghanistan, Nepherite atau batu giok yang juga didatangkan dari Afganistan. Ada juga batu Amethyst Geode atau kecubung, batu Caramel Quartz yang berwarna kuning terang dari Madagaskar.

Batu bukan sembarang batu
Cakep...
Jika dipoles jadi permata
Cakep...
Rindu bukan sembarang rindu
Cakep...
Jika dibales jadi cinta

***

Fosil T-Rex

Setelah panjang kali lebar bicara soal batu, kini kita bicara soal koleksi fosil yang dimiliki museum ini. Museum ini menyimpan banyak sekali fosil yang menerangkan sejarah perkembangan makhluk hidup mulai zaman primitif hingga modern.

Di ruangan Sejarah Kehidupan, kita disuguhi episode tentang kronologis kehidupan makhluk di bumi. Semua koleksi tertata dengan rapi dan berurutan dari awal hingga akhir episode.

Replika Fosil T-Rex di Museum Geologi Bandung.

Beberapa koleksi fosil binatang hingga tengkorak manusia purba dipamerkan. Kumpulan fosil itu didapatkan dari berbagai daerah di Indonesia seperti solo dan Mojokerto. Dan di ujung ruangan ini, terdapat informasi sejarah tentang legenda Danau Purba Bandung yang ditampilkan dalam bentuk panel dengan dilengkapi fosil seperti ular, ikan dan beberapa artefak dari danau purba.

Nah yang paling menjadi incaran para pengunjung adalah melihat langsung rangka Tyrannosaurus rex. Kita bisa melihat dan menvisualisasikan sebesar apa dinosaurus paling terkenal itu ketika masih hidup. Rangka T-Rex di museum itu memiliki tinggi 6.5 meter, panjang 14 meter dan bobot 6 ton. Tak hanya itu, ada juga replika kaki T-Rex yang berukuran mencapai satu meter.

Replika kaki T-Rex yang berukuran mencapai satu meter berada di dekat fosil kerangka T-Rex.

Di ruang yang sama, ada juga kerangka Rhinoceros Sondaicus yakni Badak Jawa yang terancam punah dan Megalochelys cf. Sivalensis atau Kura-kura purba raksasa yang tingginya mencapai 1,5 meter dan panjang 2 meter.

Dengan seabrek informasi yang bisa kita dapat, tiket masuk yang seharga parkir di Indimirit yang Anda keluarkan tidak akan sebanding. HTM untuk pelajar Rp 2.000, umum Rp 3.000, dan wisatawan asing Rp 10.000.

***

Cara ke Museum Geologi

Museum Geologi Bandung terletak di Jalan Diponegoro No 5, Bandung Jawa Barat. Letaknya masih satu lingkaran dengan Gedung Sate, Taman Lansia, dan Lapangan Gasibu.

Untuk pergi ke sana, pengunjung yang bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Namun, bagi yang ingin menggunakan kendaraan umum, bisa naik angkutan umum jurusan St Hall–Dago lalu turun di perempatan Dukomsel setelah itu ganti angkutan umum jurusan Ledeng Cicaheum. Kemudian turun di depan gerbang masuk Museum Geologi Bandung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image