Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image saman saefudin

Hentakan Anies Baswedan yang Mencuri Perhatian

Politik | Tuesday, 20 Sep 2022, 10:28 WIB
Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan saat menerima penghargaan Lee Kuan Yew Exchange Fellow (LKYEF) ke-72. sumber gambar: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/gubernur-dki-jakarta-anies-rasyid-baswedan-melakukan-kunjungan-kerja_220916061023-722.jpg

Anies Baswedan kembali mencuri perhatian publik. Bukan soal Formula E yang membuatnya memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Kosupsi (KPK), bukan tentang 23 napi koruptor yang diberi Pembebesan Bersyarat (PB) yang menuai banyak reaksi, atau tidak juga soal Bjorka yang membuat pemerintah cukup kalang kabut. Tapi ini soal Anies dan Pilpres, tema yang telah lama dinanti-nanti kepastiannya oleh kawan maupun lawan, pemuja maupun pembencinya. Anies diberitakan telah menyatakan kesiapannya maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Sumber informasinya pun tak kaleng-kaleng, Reuters, salah satu raksasa media yang berbasis di Inggris.

Artikel yang diunggah pada 15 September 2022 itu mengambil judul: “Popular governor of Indonesian capital 'prepared' to run for president”. Pada bagian lead (kepala berita) dituliskan sebagai berikut;

The popular governor of Indonesia's capital Jakarta on Thursday said he is "prepared" to run for president of the world's third-largest democracy in 2024, despite not yet securing the support of any political party.

Sementara kutipan langsung yang terkait dengan pernyataan kesiapan Anies untuk maju dalam Pilpres 2024, disebutkan sebagai berikut;

"I'm prepared to run for president if a party nominates me," he told Reuters in an interview in Singapore, adding that not being a member of a party allows him "room to communicate with all factions".

Dari aspek judul, lead hingga isi berita sebetulnya tidak ada yang spesial apalagi bombastis. Mungkin sekelas Reuters tak hobi mengeksploitasi sisi kepo manusia (clickbait). Kalaupun ada yang istimewa, mungkin karena dua hal. Pertama, statemen Anies Baswedan yang secara terbuka menyatakan kesiapannya untuk maju dalam Pemilu Presiden 2024 benar-benar baru dan bukan lagi informatif, melainkan verifikatif, mengingat publik di Indonesia sebetulnya hanya menunggu pernyataan itu keluar langsung dari mulut Anies Rasyid Baswedan.

Meskipun jika menyimak pernyataan langsung Anies, maka kata “siap” sebetulnya tidak terputus dengan “jika partai mencalonkan saya” (if a party nominates me). Bagi media, seperti juga Reuters, kalimat lanjutan itu mungkin tak benar-benar penting. Toh yang sedang ditunggu publik adalah pernyataan siap Anies untuk maju. Padahal, kalimat itu justru menjadi penting karena keluar dari mulut Anies Baswedan yang memang mahir dalam tata kata. Kedua, kalimat itu menjadi penjelas konteks dari kalimat sebelumnya, bahwa seheboh apapun itu, toh Anies bukanlah kader partai. So, semuanya bergantung pada apakah ada atau tidak partai yang mencalonkan saya. Tapi sekali lagi ini soal point of view, tentang bagaimana sebuah media menyudut-pandangi peristiwa, tentu agar publik tertarik. Jadilah Anies siap nyapres sebagai tajuk utama.

Tentu dengan asumsi bahwa soal Anies siap maju dalam pencalonan Pilpres ini sebelumnya telah tersimpan dalam imajinasi publik. Bagi para pendukung dan pemujanya, ini menjawab espektasi. Sementara bagi mereka yang selama ini memposisikan “menyeterui” Anies, pun statemen ini memverifikasi prediksi skenario yang telah mereka proyeksikan sebelumnya. Dari sisi ini, wajar kalau artikel Reuters ini sukses memantik banyak reaksi di Indonesia. Justru, reaksi publik ini menandai bahwa artikel yang dipublikasikan Reuters ataupun sosok Anies Baswedan sendiri memang punya nilai berita. Bahkan untuk sekadar tak melewatkan momen ini, beberapa media lantas me-running berita ini agar tetap menjadi opini publik, termasuk meminta tanggapan para ketua parpol.

Kedua, seperti juga banyak ditanyakan dan dianalisis sejumlah pemberitaan, adalah kenyataan bahwa statemen terbuka Anies Baswedan ini dilakukan saat berada di Singapura, atau beberapa hari usai Anies memenuhi undangan untuk menerima penghargaan Lee Kuan Yew Exchange Fellow (LKYEF) ke-72 dari Pemerintah Singapura pada 9 September 2022. Sementara statemen ini justru tak pernah disampaikan Anies saat di Indonesia. Bukan hanya sebelum diwawancara Reuters, tetapi sekembalinya di Indonesia pun ia tetap saja seperti sebelum-sebelumnya yang tak mau memberikan pernyataan lugas soal pencalonan Pilpres 2024.

Kenapa Anies Baswedan memberikan sikap yang berbeda, saat di Singapura dan ketika di Indonesia, di hadapan media asing dan terhadap media lokal di tanah air? Apakah Anies sedang jual mahal? Atau jangan-jangan ia dendam dengan seringnya media mainstream nasional “memperlakukannya”. Seperti saat sebuah media nasional menempatkan foto Anies yang mendatangi KPK untuk berita Pembebasan Bersyarat 23 napi koruptor yang juga diprotes sang Gubernur. Hahaha, jangan berspekulasi berlebihan ah, nanti darah tinggi.

Yang pasti, seorang Anies Baswedan tetap menjadi bahan pemberitaan soal Pilpres, meski yang bersangkutan tidak memberikan statemen saat dikonfirmasi media. Kalau melihat ekses ini, maka apa yang dilakukan Anies Baswedan memang masuk kategori tindakan politik. Peristiwa ini relevan dengan sebuah adagium politik “Ada atau tidak adanya, bicara atau bungkamnya, ia tetap menjadi pusat perbincangan”.

Kedua, karena Anies Baswedan bicara siap nyapres di Singapura dan di media asing pula, tetapi sebaliknya memilih bungkam di tanah air, maka tindakan ini juga bisa menjelaskan bahwa pernyataan tersebut adalah sebuah treatment, test the water, tes ombak, atau apapun istilahnya. Sebab Singapura jelas bukan locus Pilpres Indonesia, dan Reuters tidaklah dibaca oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Maka bukan isi pernyataan Anies yang penting, melainkan efek dari pernyataan itulah yang utama. Maka jangan fokus ke peristiwa, tetapi cermatilah ujung cerita yang ingin dicapai.

Sederhananya, kalau saya memang ingin memberikan pernyataan resmi soal niatan maju dalam bursa pencalonan Pilpres 2024, maka statemen ini harus saya lakukan di Indonesia, di depan media nasional. Tetapi karena Anies melakukannya saat di Singapura dan kepada media asing, lantas memilih bungkam di hadapan media tanah air, maka silahkan Anda menyimpulkannya sendiri. Yang jelas, inilah hentakan seorang Anies Rasyid Baswedan yang sukses mencuri perhatian. []

Tambahan bacaan:

https://nasional.tempo.co/read/1635234/5-fakta-soal-anies-baswedan-yang-akhirnya-siap-maju-capres-2024

https://www.reuters.com/world/asia-pacific/popular-governor-indonesian-capital-prepared-run-president-2022-09-15/

https://www.republika.co.id/berita/rifhf6484/siap-maju-pada-pilpres-2024-anies-untuk-kebaikan-masyarakat-ok

.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image