Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Kala Pelajar Terjerat Gaul Bebas

Gaya Hidup | Friday, 16 Sep 2022, 22:44 WIB

Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin pepatah itu yang cocok menggambarkan generasi muda saat ini. Semua potensinya terseret energi gaul bebas. Hingga pihak keluarga, masyarakat termasuk sekolah kelimpungan. Akhirnya menuntut pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi pelajar yang mengandung.

Siswi Hamil

Pelajar tugasnya adalah belajar. Namun, akibat gaul bebas, banyak pelajar yang akhirnya hamil di luar nikah. Salah satunya yang ramai dibicarakan beberapa waktu lalu. Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jumapolo, Karanganyar yang mengalami kontraksi saat jam pelajaran, akhirnya melahirkan bayi dan dinikahkan.

Siswi tersebut mengaku bahwa ia dihamili oleh pacarnya yang berbeda sekolah. Kedua pihak keluarga sepakat akan menikahkan siswi tersebut dan pacarnya. Diketahui usia keduanya belum genap 19 tahun. Sehingga harus menempuh dispensasi nikah melalui PA Karanganyar. Saat ditanya tentang kelanjutan sekolahnya, siswi tersebut mengaku masih ingin sekolah.

Ini hanya satu kasus dari sekian banyak kasus siswi hamil di sekolah. Untuk menyolusi hal ini, pemerintah sudah sejak lama mengeluarkan kebijakan tentang siswi hamil. Atas nama melindungi hak anak dalam pendidikan, pemerintah tidak melarang siswi hamil dan pelajar yang sudah menikah untuk duduk di bangku sekolah.

Solusi atau Masalah?

Kalau memang kebijakan membolehkan pelajar yang hamil dan sudah menikah untuk sekolah dan mengikuti ujian adalah solusi, mengapa kasus pelajar hamil dan menikah tidak jua mereda? Bahkan fenomena pelajar hamil, melahirkan di sekolah, hingga aborsi jadi sesuatu yang banyak ditemui jaman sekarang.

Adanya pelonggaran pada fenomena ini terbukti bukan menekan angka kehamilan pada pelajar. Pelonggaran ini justru jadi dalil bagi pelajar yang terbutakan nafsu syahwat, tak apa mereka hamil, tak apa mereka menikah karena 'kecelakaan' di usia dini, toh mereka tetap bisa mengenyam pendidikan. Tak ada sanksi yang berarti.

Padahal, sebelumnya masyarakat dikejutkan dengan tingginya angka HIV/AIDS. Kini, kembali tertampar kenyataan banyaknya adik pelajar yang hamil diluar nikah. Inilah potret bobroknya gaya hidup serba bebas, serba boleh.

Liberalisme Penyebabnya

Sebetulnya tak ada yang salah dengan membiarkan siswi hamil tetap sekolah, belajar, mengikuti ujian. Tak ada masalah juga jika masih sekolah tapi sudah menikah. Asal sudah dipersiapkan akan Teguh mengemban amanah dalam rumah tangga, baik dari lingkungan keluarga, atau sistem pendidikan yang ada di sekolah.

Hal ini menjadi masalah karena liberalisme yang meracuni pelajar sudah mengakar dalam diri. Apalagi di usia muda mereka yang sedang menggebu, dengan energi tiada habisnya, dibumbui jiwa-jiwa pemberontak, penolakan, eksistensi diri. Semua ini membuat remaja tak ingin di dikte, diingatkan.

Sementara orangtua juga keluarga,hubungannya tidak terlalu kuat jika dibandingkan teman-temannya. Maka, sudah bisa dipastikan remaja akan memilih kata-kata temannya. Walau belum tentu benar.

Hasilnya, terjerumuslah remaja dalam perangkap gaul bebas. Setan berhasil menggoda syahwat, membuat Indah kemaksiatan yang Allah benci. Maksiat yang sudah Allah ingatkan dalam Al qur'an untuk jangan didekati, zina. Akhirnya, hamillah sang pelajar. Padahal, kematangan biologisnya tidak dibarengi dengan kematangan psikologis.

Benar usianya sudah baligh, sudah bisa bereproduksi, tapi tidak serta merta mereka siap untuk menjadi ibu, menjadi istri. Sang kekasih yang gombal dan manis saat berduaan pun tak menjamin akan bertanggung jawab. Karena sistem pendidikan saat ini memang tidak mempersiapkan perempuan dan laki-laki untuk mengemban amanah rumah tangga di kemudian hari.

Apa Solusinya?

Coba tanyakan kembali pada diri untuk apa kita diciptakan di bumi ini? Coba buka kembali kitab suci yang kita imani dan yakini. Jelas tertulis dalam al qur'an, bahwa Allah menciptakan kita untuk beribadah. Sekolah itu ibadah jika kita meniatkannya untuk meraih rida Allah. Agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Juga mengejar keutamaan belajar.

Berumah tangga juga ibadah. Jika dalam khidmat pada suami penuh dengan keikhlasan. Jika lelahnya mencari nafkah oleh suami dijalani dengan penuh tanggung jawab. Sadar ini kewajiban yang Allah berikan.

Menjaga diri sebelum halal pun ibadah. Sebagaimana Allah dan Rasul ingatkan untuk menutup aurat, tidak berkhalwat, menundukkan pandangan. Walau syahwat memanggil, semua ditahan dan dijaga demi menggapai rida-Nya.

Dari sini jelas, aturan pembolehan sekolah bagi siswi hamil bukan solusi bagi permasalahan ini. Tapi, butuh perombakan total bagi mindset kita semua. Kembali menancapkan iman dan takwa dalam diri. Kemudian menjaganya dengan amar makruf nahi munkar antara sesama. Dikuatkan dengan penerapan aturan Islam yang tegas bagi seluruh manusia.

Wallahu'alam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image