Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufik Alamsyah

Soal Ulangan Harian I Sejarah Peminatan

Guru Menulis | Thursday, 08 Sep 2022, 11:51 WIB

Mengapa (harus) belajar sejarah? bukankah sejarah adalah masa lalu, dan kita menuju masa depan ? Izinkan saya meminjam quote dari negarawan Irlandia cum seorang ahli pidato politik, Edmund Burke, “Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan.” Pemikiran ini seringkali hinggap di dalam pikiran maupun dalam benak kita. Lantas, terbesitlah dalam sebuah ucapan “mengapa semua ini terjadi? Atau mengapa semua peristiwa yang kita alami di masa lalu terjerat dalam kekelaman, kini telah terulang?” Orang yang belajar sejarah dibuat tak berdaya, hingga di luar kesadaran kita sendiri telah mengalami “kelupaan yang di sengaja”, penyebabnya tidak lain adalah kemalasan manusia yang menolak sebuah refleksi atas kejadian yang telah menimpanya. Karena itu, sejarah kerap ditempatkan sekadar pelengkap kehidupan manusia. Mereka lupa bahwa realitas kehidupan hari ini adalah buah aktivitas masa lalu, dan cermin masa depan terletak pada tindakan kita sekarang. Itulah sebabnya sejarah dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang.

Berikan tanggapan kalian masing-masing dengan mengacu pernyataan di atas! Gunakanlah pisau analisis pikiran kalian!

Manusia, ruang, dan waktu bagaikan sebuah rantai yang tak akan dapat terputus (kecuali jika manusia itu telah tiada). Segala tindak-tanduk segala yang dialami oleh manusia, akan selalu terikat dengan ruang dan waktu. Dalam sebuah ruang dan waktu itulah, melahirkan pelbagai sebuah peristiwa, (dan sialnya) terkadang berdampak pada psikis manusia; senang, bahagia, gembira, sedih, galau, terharu, dan sebagainya. Dan, setiap peristiwa yang telah terjadi dalam hidup kita itu (beserta seperangkat rasa emosional kita), akan menjadi sejarah dalam kehidupan manusia itu sendiri. Ya, sejarah ialah rahim dari kehidupan yang begitu kompleks, paradoks, dan absurd. Sebagaimana yang kita harapkan, (kadang) meleset jauh dari kenyataan. Tuliskan pengalaman sejarah kalian masing-masing mengenai peristiwa kehidupan anda yang kompleks, paradoks, dan absurd, serta bagaimana kalian menyikapi untuk tetap melanjutkan hidup!

Seperti kata Cicero, seorang ahli filsafat-politik cum orator ulung pada abad pertengahan, “Historia Vitae Magistra” yang artinya, Sejarah adalah Guru Kehidupan. Sejarah, semua peristiwa yang telah berlalu, dialami ataupun yang telah terjadi sebelum kita dilahirkan ke dunia yang fana ini, menyimpan sebuah misteri yang kadung amat sulit di cermati, di analisis, ataupun di pecahkan. Bagaimana tidak, manusia lahir ke dunia ini tanpa di minta, ataupun tanpa negoisasi terlebih dahulu dengan sang pencipta. Lahir, dan kita melihat serta hidup dalam kondisi yang sudah di konstruk ataupun bisa jadi memang sudah sedemikian rupanya. Dasar normatif inilah, sejarah lahir sebagai ilmu, sebagai tempat bernaung untuk membongkar semua realitas misteri yang sudah terjadi. Namun, bukan tanpa hambatan. Sejarah mengalami kesulitan dalam merehabilitasi sebuah peristiwa yang telah terjadi. Mulai dari ketidaktahuan karena minimnya sumber sejarah yang menjadi saksi sebuah peristiwa, sampai nilai kompleksitas yang mengelilingi sebuah peristiwa. Di sinilah keunikan sejarah. Ia yang menyebar penyakit, ia pula yang menyediakan penawar obatnya. Dalam sejarah, kita dapat mendeteksi permasalahan peristiwa yang meninggalkan pelbagai pertanyaan untuk menyibak kebenaran. Yaitu, sejarah mengajarkan cara berpikir diakronik dan sinkronik. Jelaskan pemahaman cara berpikir diakronik dan sinkronik! Serta dedahlah perbedaan cara berpikir tersebut!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image