Perjuangan Guru di Ujung Negeri: Mengubah Masa Depan Anak-Anak Daerah Terpencil
Pendidikan dan Literasi | 2024-12-14 13:16:14Pendidikan sangat penting bagi kita untuk menuju pendewasaan atau dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku manusia untuk menuju pendewasaan. Tujuan dari pendidikan sendiri yaitu untuk pembentukkan karakter manusia, mencerdaskan dan mengembangkan potensi diri, berakhlak mulia, dan menjadikan pribadi yang bijaksana. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 berisikan tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satu diantaranya yaitu sebagai jaminan dalam mendapatkan kesempatan pendidikan dengan kualitas pendidikan yang merata. Saat ini, kondisi pendidikan di Indonesia terutama di wilayah terpencil semakin terkalahkan dengan pendidikan di wilayah perkotaan.
Faktor penyebab pendidikan wilayah terpencil yaitu kurangnya fasilitas sekolah, akses internet yang sangat terbatas, infrastruktur yang tidak memadai, dan lain-lain. Teknologi saat ini semakin canggih dan berkembang, dimana Indonesia sering kali mengalami pergantian kurikulum. Contohnya saat ini, Indonesia menggunakan proses pembelajaran kurikulum merdeka. Diciptakan kurikulum merdeka membuat siswa/siswi bebas memilih lintas mata pelajaran sesuai dengan kompetensi dan minat yang dimiliki, mengetahui kemampuan untuk metode pembelajaran selanjutnya, dan mendorong siswa/siswi membuat proyek berdasarkan isu-isu yang terjadi di sekitarnya. Tidak hanya itu, rendahnya kualitas guru juga salah satu faktor penyebab pendidikan di wilayah terpencil. Para guru mayoritas lebih memilih mengajar di perkotaan daripada di wilayah terpencil.
Salah satu contoh sekolah dengan akses yang cukup sulit yaitu SDN Gebang 2, Jl. Kampung Pucu’an, Sidoarjo. Perjuangan seorang guru bernama Ihwal sehari-hari bekerja sebagai guru di SDN Gebang 2 Sidoarjo. Di musim kemarau, Ihwal menempuh perjalanan panjang kurang lebih 1 jam menggunakan motor khusus offroad dan jika musim hujan bisa menggunakan perahu dengan tempuh waktu 1,5 jam. Sehari-hari Ihwal lebih sering menggunakan motornya tersebut, lengkap dengan jaket dan sepatu boot untuk melewati pematang tambak, jalan berlumpur, hingga kerap terpelincir dan terjatuh saat menuju sekolah tempat bekerjanya.
Tidak hanya sendiri, Rofianto dan Yopi Agusta yang merupakan guru SDN Gebang 2 ini selalu berangkat dengan Ihwal. Akses menuju sekolah daerah terpencil begitu sulit, mulai dari jalanan tanpa aspal, jalan cor dengan kondisi tidak mulus, ditambah lagi cuaca terik yang tentunya makin menguras energi di pagi hari. Setelah menempuh perjalanan panjang, sapaan disertai senyuman anak-anak yang menyambut di SDN Gebang 2 seolah menghilangkan rasa lelah Ihwal dan rekan guru lainnya.
Murid-murid SDN Gebang 2 mulai pembelajaran pukul 07.00 hingga 12.00. Berbeda dengan SD lain, mereka belajar diatas panggung yang memang disesuaikan dengan kondisi banjir rob akibat pasang yang kerap terjadi. Tidak semua murid belajar diatas panggung, ada juga yang belajar di kelas bertembok dan berlantai seperti kelas pada umumnya. Akses internet kurang memadai yang mengakibatkan sinyal hp pun susah muncul.
Di SDN Gebang 2, hanya ada 15 murid yang terbagi dalam 5 kelas, yakni kelas 1-6, terkecuali kelas 3. Ihwal mengatakan bahwa masalah utama sekolah di daerah terpencil yaitu orang tua tidak fokus ke pendidikan, melainkan diakibatkan karena faktor ekonomi. Tantangan yang dihadapi yakni orang tua yang kurang memperhatikan anaknya di sekolah itu. Disana hanya ada 1 kepala sekolah dengan 6 guru pengajar. Rupanya Ihwal sudah mengajar selama 15 tahun di SDN Gebang 2 dan kini Ihwal mengajar di kelas 6.
Perjuangan Ihwal mengajar murid-murid SDN terpencil kini telah membuahkan hasil. Awalnya kebanyakan daerah Pucu’an pendidikannya hanya sampai SD, kini sudah banyak yang melanjutkannya hingga SMP bahkan SMA. Tidak sia-sia perjuangan Ihwal selama menjadi guru di daerah terpencil. Ihwal berharap agar semua pihak dapat memperhatikan dan memahami kondisi sekolah daerah terpencil saat ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.