Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hidayatulloh

Mempertimbangkan Kuliah S3 Beasiswa Stipendium Hungaricum

Eduaksi | Monday, 29 Nov 2021, 01:28 WIB

Anda pelajar Indonesia pemburu beasiswa doktoral di benua Eropa? Jika ya, silakan pertimbangkan untuk memilih beasiswa Stipendium Hungaricum yang diberikan oleh Pemerintah Hongaria kepada ribuan pelajar setiap tahun dari berbagai negara, termasuk Indonesia yang mendapat kuota 50 mahasiswa doktoral setiap tahunnya (sisanya kuota untuk 30 magister dan 20 sarjana sehingga total 100 orang).

Hongaria adalah negara terkurung daratan yang terletak di Eropa Tengah. Negara ini merupakan anggota Uni Eropa sejak 2004 yang berbatasan dengan Austria di sebelah barat, Slowakia di sebelah utara, Ukraina di sebelah timur, Rumania di sebelah tenggara, Kroasia dan Serbia di sebelah selatan, Slovenia di sebelah barat daya. Luas negara ini adalah 93.030 Km2 (silakan bayangkan luasnya dengan Sumatera Selatan 91.592 Km2). Penduduknya pada tahun 2014 berjumlah 9.877.365 orang (bandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Selatan pada tahun 2020 sebanyak 8.467.432 jiwa).

Secara administratif Hongaria dibagi ke dalam 19 kabupaten. Namun selain itu, ada pula satu ibu kota yakni Budapest. Menurut pengamatan saya pribadi, hanya Budapest yang cenderung ramai dan padat dengan luas wilayah 525 Km2 dan populasi 1,756 juta jiwa (2016), kota-kota lainnya cenderung sepi dan tenang.

Penduduknya 99,6% berbicara bahasa Hongaria sebagai bahasa pertama dengan hanya 16% penutur bahasa Inggris dan 11,2% penutur bahasa Jerman. Anda akan kesulitan menemukan penduduk lokal yang mampu berbahasa Inggris di tempat publik seperti rumah sakit, terminal, stasiun, pasar dan supermarket. Umumnya bahasa isyarat sebagai media komunikasi universal jadi salah satu solusi bagi mahasiswa asing jika harus berhadapan dengan penduduk lokal. Mata uang disini adalah Hungarian Forint disingkat HUF yang jika dikonversikan ke Rupiah tidak semahal Euro atau Dollar.

Beasiswa Stipendium Hungaricum diberikan oleh Pemerintah Hongaria bertujuan untuk internasionalisasi perguruan tinggi. Kita dapat telusuri rangking dan popularitas, kampus-kampus Hongaria masih dibawah level negara-negara Eropa Barat seperti Inggris, Jerman, Belanda dan Swiss dengan merujuk kepada beberapa lembaga pemeringkat kampus seperti QS, Webometrics, ARWU, dan 4ICU. Namun banyak kampus yang terus berupaya meningkatkan kualitasnya untuk berkompetisi dengan perguruan tinggi terbaik di Benua Eropa. Jangan kecil hati, reputasi tempat studi hanya menunjang sebagian kecil kesuksesan karir masa depan, sisanya kembali ke kualitas individu mahasiswa yang bersangkutan.

Bagi yang akan memilih studi doktoral dengan beasiswa Stipendium Hungaricum, Anda wajib memperhatikan biaya yang ditanggung oleh pemberi beasiswa. Mahasiswa PhD dibebaskan biaya kuliah selama 8 semester, diberikan uang saku sebesar 140.000 Forint (setara 390 Euro) di semester 1-4 dan 180.000 Forint (setara 500 Euro) di semester 5-8, ditambah uang akomodasi/tempat tinggal sebesar 40.000 Forint serta dibayarkan asuransi kesehatan selama masa studi. Biaya cek kesehatan, dokumen dan tiket pesawat tidak termasuk komponen biaya yang diberikan kepada penerima beasiswa.

Mahasiswa PhD dapat dibagi menjadi beberapa jenis: mahasiswa lajang, mahasiswa menikah yang membawa keluarga dan mahasiswa menikah yang tidak membawa keluarga. Pembagian ini sangat penting untuk mengukur kebutuhan biaya hidup yang layak selama Anda menjadi mahasiswa S3 disini selama 4 tahun, apakah Anda menjadi kelompok mahasiswa yang berkecukupan atau penuh perjuangan finansial.

Mahasiswa doktoral yang berstatus lajang, umumnya, dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bersandarkan uang saku bulanan dari beasiswa. Ia dapat memilih tinggal di asrama kampus yang tidak perlu repot bayar sewa flat, tagihan listrik, gas, internet dan lain-lain. Agar hemat ia bisa masak di dapur asrama atau sesekali jajan di restoran atau minum kopi di kafe. Sisa uang beasiswa dapat dialokasikan untuk jalan-jalan keliling Eropa. Bujangan bebas kemana saja dan hanya menanggung biaya dirinya sendiri. Lebih berkecukupan jika ia berstatus dosen atau pegawai pemerintah yang masih menerima gaji tiap bulan. Selama tidak bergaya hidup hedonisme, ia akan menikmati kehidupan cukup baik selama studi dalam kurun waktu 48 bulan di Hongaria.

Lain halnya dengan mahasiswa doktroal yang sudah menikah dan membawa serta pasangan dan anak ke Hongaria. Saya mengategorikan mahasiswa ini adalah pejuang finansial agar bertahan hidup layak dan bahagia. Stipendium Hungaricum tidak membiayai hidup pasangan dan anak-anak Anda serta tiket pesawat keberangkatan. Pemerintah Hongaria membolehkan mahasiswa membawa keluarga dengan syarat kemampuan keuangan untuk membiayai hidup di perantauan.

Mahasiswa jenis ini wajib memiliki sumber penghasilan lain di luar uang saku beasiswa untuk membayar sewa apartemen mulai 65ribu hingga 150ribu Forint sesuai harga di kota domisili yang berbeda (ibukota paling mahal). Lalu menyiapkan biaya asuransi kesehatan tahunan per orang sekitar 4-8 juta rupiah (tergantung perusahaan asuransi yang dipilih). Ditambah lagi dengan biaya pokok seperti makanan, pakaian, transportasi dan pulsa/kuota internet. Saya berterus terang bahwa uang saku beasiswa dan uang akomodasi yang diberikan tidak cukup. Oleh sebab itu, banyak mahasiswa yang bawa keluarga bekerja paruh waktu atau menjadi wirausahawan. Bagi pasangan yang memiliki anak usia sekolah dapat menyekolahkan putra putrinya di sekolah negeri Hongaria secara gratis mulai setara TK, SD, SMP hingga SMA sehingga orang tuanya dapat bekerja pagi hingga sore hari.

Catatan penting bagi calon mahasiswa S3. Jika Anda adalah dosen atau staf pemerintah yang ditugaskan belajar dan tetap menerima gaji bulanan, pastikan Anda tidak memiliki tanggungan finansial di Indonesia seperti kredit kepemilikan rumah tiap bulan yang biasanya autodebet memotong honor bulanan Anda. Perhatikan juga apakah Anda termasuk "sandwich generation" yang memiliki kewajiban menanggung biaya hidup orang tua, mertua atau saudara di rumah. Tanggungan keuangan yang seperti ini akan menyulitkan Anda karena gaji bulanan sudah/hampir habis sebelum dapat digunakan untuk menambal kekurangan biaya hidup di Hongaria.

Ada lagi terakhir kelompok mahasiswa S3 menikah yang tidak membawa keluarga. Ini adalah pilihan yang sangat sulit bagi mahasiswa karena masa studi 4 tahun dijalankan berpisah dengan pasangan dan anak-anak. Saya tidak merekomendasikan mahasiswa Indonesia untuk melakukan hal ini karena Anda pun sangat sulit untuk pulang liburan tiap tahun karena jarak tempuh dan biaya yang perjalanan yang besar.

Meskipun media komunikasi sudah canggih untuk tetap terhubung dengan keluarga di tanah air tapi itu tidak dapat menggantikan kebahagiaan kehidupan keluarga yang sejati. Saya menemukan beberapa mahasiswa S3 menikah yang tidak membawa serta pasangan dan anak-anaknya dengan sebab-sebab tertentu yang tidak dapat dihindari seperti alasan pekerjaan pasangan yang tidak dapat ditinggalkan, alasan finansial, dan anak-anak yang tidak siap bersekolah di Hongaria dengan sistem pendidikan berbeda. Biasanya mahasiswa ini akan sering pulang tiap tahun untuk bertemu keluarga di rumah.

Demikian tulisan saya berdasarkan pengalaman dan pengamatan sebagai penerima beasiswa Stipendium Hungaricum 2021. Cara pandang dan opini kawan-kawan saya sesama penerima beasiswa dapat berbeda dengan saya. Akhirul kalam, Anda wajib terus memperjuangkan cita-cita untuk studi doktoral di luar negeri agar memiliki perspektif dan wawasan keilmuan berbeda dan lebih luas. Tantangan finansial hanya sebagian kecil dari berbagai tantangan studi di luar negeri.

Penulis: Hidayatulloh, mahasiswa S3 Fakultas Hukum Universitas Miskolc dan dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image