
Tren Bapak Rumah Tangga, dan Stereotype yang Harus Dihilangkan
Gaya Hidup | Sunday, 28 Aug 2022, 11:58 WIBBerkembangnya pemahaman mengenai kesetaraan gender membuat kesadaran bahwa pekerjaan rumah tangga bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan juga semakin meningkat. Beberapa tahun belakangan ini banyak kaum bapak yang biasa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang banyak orang menyebutnnya bahwa itu adalah tugas ibu rumah tangga
Bukan hal yang mengherankan lagi di era sekarang seorang bapak bisa memasak, bisa berbelanja, bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, bahkan banyak kaum bapak-bapak yang terang-terangan menyebut diri mereka sebagai stay-at-home dad atau bisa disebut dengan bapak rumah tangga.
Di Amerika Serikat (AS), dikutip dari Parents, dilaporkan Biro Sensus AS pada 2005, jumlah bapak rumah tangga mencapai 98 ribu orang. Dan sekarang, jumlah tersebut sudah mendekati angka 2 juta dan terus meningkat. Sementara, negara maju seperti Finlandia memiliki program work father award untuk mengapresiasi keterlibatan bapak menjemput anak sekolah, memasak, berbelanja urusan dapur, dan mendampingi anak yang sakit.
Sedangkan di Indonesia, yang kebanyakan masyarakatnya masih menganut budaya patriarki, dimana pekerjaan rumah tangga menjadi kewajiban seorang istri dan menjadikan bapak rumah tangga menjadi orang yang sangat langka. Saat meilhat seorang pria menjadi bapak rumah tangga, tak sedikit orang yang langsung berpikiran bahwa orang tersebut adalah pengangguran pecundang
Marak munculnya tren bapak rumah tangga ini merupakan suatu perubahan sosial, pada dasarnya Pendidikan perempuan dan meningkatnya kemahuan perempuan bukan merupakan masalah yang menyebabkan tergesernya fungsi keluarga. Masalahnya terletak pada mindset dan cara berfikir masyarakat yang kerap menggunakan status dan penghasilan sebagai tolak ukur kekuasaan, sehingga tidak jarang merendahkan pihak lain.
Stereotype-stereotype buruk tentang bapak rumah tangga menjadi PR kita bersama, sejatinya menjadi seorang bapak rumah tangga bukan merupakan sebuah aib melainkan pembagian peran dalam keluarga yang telah disepakati bersama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.