Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Perumpamaan Akhirat Itu Ibarat Orang Membeli Sate

Agama | Tuesday, 16 Aug 2022, 09:08 WIB

PERUMPAMAAN AKHIRAT ITU IBARAT ORANG YANG MEMBELI SATE

Pernah membeli sate, bukan? Aku yakin Anda pernah melakukannya. Apalagi bagi mereka yang memang menyukai jenis masakan daging yang cara memasaknya dengan dipanggang itu, mereka tentu sudah sering membelinya. Memang sangat lezat dan bisa membuat ketagihan. Tapi jangan lupa ya, jangan mengonsumsinya secara berlebihan atau terlalu sering, karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut para ahli kesehatan, daging mengandung asam lemak jenuh (lemak hewani) yang bisa menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan munculnya kolesterol tinggi.

Ngomong-ngomong soal sate nih, kalau kita datang ke penjual sate dan memesan satu porsi sate, maka kita akan mendapat satu paket sate komplit. Ada daging sate tentunya, tusuknya, nasinya, bumbunya, acarnya, bungkusnya, kantong plastiknya, dst. Berbeda jika kita pergi ke swalayan untuk membeli tusuk sate, maka yang akan kita dapat ya tusuk sate doang. Atau kita membeli bumbu sate, maka yang akan kita peroleh juga hanya bumbu saja.

sumber gambar: https://nu.or.id

Begitu pun dalam hal orientasi hidup kita. Perlu diketahui bahwa setiap manusia memiliki orientasi hidup yang berbeda-beda. Ada yang hidupnya hanya berorientasi dunia saja. Ada pula yang hidupnya berorientasi akhirat. Orang kategori pertama, menganggap bahwa hidup ini hanya di dunia saja, tidak ada kehidupan setelah mati. Tidak pula ada hari kebangkitan. Tidak meyakini adanya surga-neraka. Ciri-ciri orang seperti ini: tidak percaya adanya Tuhan, banyak berbuat dosa dan maksiat, tidak mempersiapkan bekal untuk mati, tidak meyakini adanya hari pembalasan, dan lain-lain.

Sebaliknya, orang yang hidupnya berorientasi kepada akhirat akan patuh dan taat akan perintah Tuhan, meyakini akan adanya kehidupan setelah mati dan hari kebangkitan, mempercayai adanya pahala dan siksa, memperbanyak ibadah dan amal saleh, dan seterusnya. Ia menganggap kehidupan di dunia hanyalah sementara. Dunia yang fana ini hanya sebagai jembatan untuk menuju ke kehidupan abadi. Ia tetap mencari dunia, tapi sebatas sebagai sarana bukan sebagai tujuan.

Sebagaimana perumpamaan orang membeli sate di atas, orang yang mencari dunia semata, maka yang akan ia dapatkan hanyalah sebagian darinya. Ia tidak akan memperoleh kenikmatan akhirat. Sebaliknya, orang yang mencari kehidupan akhirat, secara otomatis kehidupan dunia akan didapatkannya.

Barangkali kita sering memperhatikan orang-orang di sekitar kita, para kiai atau orang-orang saleh. Mereka terlihat hidupnya sangat santai, tidak punya pekerjaan (profesi) khusus, tidak punya usaha, kesehariannya hanya terlihat duduk-duduk santai sembari ngobrol; tapi mereka bisa kaya-raya, punya harta melimpah.

Namun, jangan disalahartikan bahwa hidup yang berorientasi akhirat itu melupakan dunia. Tidak. Mereka tetap memikirkan dunia, memperjuangkan dunia, tapi bukan sebagai tujuan, hanya sebagai sarana atau jembatan untuk menuju kehidupan setelah mati. Mereka tidak mau hanya karena ambisi dunia, sampai mengorbankan kepentingan akhirat yang lebih abadi.

Mereka meyakini bahwa dunia bersifat fana, hanya sementara, sakdermo mampir ngombe (kata orang Jawa=sekedar mampir untuk minum). Untuk apa mati-matian menumpuk harta-benda, hingga melakukan hal-hal yang dilarang Allah seperti mencuri, menipu, korupsi, menyalahagunakan wewenang dan jabatan, hingga mempersekutukan Tuhan.

Sebaliknya, mereka justeru mempersiapkan bekal untuk Hari Kebangkitan sebaik mungkin. Memperbanyak amal saleh, taat beribadah, bersedekah, membantu sesama, dan perbuatan kebajikan lainnya. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Mereka menyadari bahwa segala yang dimilikinya di dunia ini hanyalah titipan semata. Kelak jika mati, semuanya akan kita tinggalkan. Tidak ada satupun yang kita bawa ke dalam kubur. Oleh karena itu, mereka juga senantiasa mengingat akan datangnya kematian.

Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.” (QS. Asy-Syura : 20).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image