Balath al-Syuhada: Misi Pembebasan Perancis
Agama | 2022-08-12 14:14:33
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
(Founder dan CEO Insani Leadership)
Balath al-Syuhada atau Orang Eropa menyebutnya dengan Battle of Tours senantiasa menyimpan memori tentang semangat futuhat Abdurrahman Al-Ghafiqi dan pasukan muslimin. Al-Ghafiqi dipilih dan diangkat menjadi Gubernur Andalusia ketiga belas pada 112 H/731 M. Namanya diabadikan dalam sejarah karena kepemimpinan dan jihadnya.
Al-Ghafiqi berhasil menyatukan kembali umat Islam di Andalusia yang mulai berpecah belah. Ia berhasil meredam dan menyelesaikan konflik antar suku. Ia mengingatkan mereka kepada Islam dan Allah sebagai pemersatu. Bahwa mereka semua beragama Islam dan bertuhan hanya kepada Allah. Itu artinya mereka bersaudara.
Setelah menyatukan kembali muslimin, Al-Ghafiqi mulai merancang misi pembebasan Perancis yang dimulai dengan Perancis Selatan. Misi ini melanjutkan misi yang telah dirintis oleh Musa bin Nushair, Pembebas Andalusia bersama Thariq bin Ziyad. Musa bin Nushair telah sempat memasuki Perancis Selatan pada 94 H, namun kembali ke Andalusia dan kemudian Damaskus karena dipanggil Khalifah Al-Walid.
Misi futuhat dilanjutkan oleh As-Samah bin Malik, Gubernur Andalusia keempat (100 H/719 M). As-Samah berhasil masuk sampai Kota Toulouse. Duke Eudo, penguasa Aquiaine, meminta bantuan kepada Charles Martel, Raja Perancis, untuk menghancurkan As-Samah dan pasukannya. Pasukan Charles Martel dalam jumlah besar dan persenjataan lengkap berhasil memukul mundur pasukan muslimin. As-Samah syahid dalam perang tersebut pada hari tarwiyah 102 H/721 M.
Misi futuhat dilanjutkan Anbasah Al-Kalbi, Gubernur Andalusia keenam (103 H/722). Anbasah dan pasukan muslimin sudah mendekati Paris sejarak 30 Km. Namun, Anbasah dihadang oleh pasukan gabungan Eropa berjumlah 400 ribu pasukan. Anbasah syahid pada Sya’ban 107 H/725 M.
Tibalah masa Abdurrahman Al-Ghafiqi menyalakan kembali misi pembebasan Perancis. Al-Ghafiqi bersama 50 ribu pasukannya bergerak menuju Perancis Selatan. Ia berhasil mengamankan Kota Albi, Bordeaux, Toulouse, dan Tours. Dengan demikian, seluruh daratan Perancis Selatan telah berhasil dibebaskan. Al-Ghafiqi terus bergerak menuju Paris.
Merasa terdesak, Charles Martel meminta bantuan Paus di Roma untuk mengobarkan peperangan ke seluruh Eropa. Melalui surat, Paus menyeru kepada seluruh raja dan penguasa Eropa agar mengirimkan pasukan berikut persenjataan lengkap menuju Paris. Pasukan gabungan itu berjumlah 400 ribu dengan Charles Martel sebagai panglima perangnya.
Pergerakan pasukan gabungan Eropa didengar Al-Ghafiqi. Ia bersiap menyambut pasukan gabungan Eropa di dataran rendah bernama Chatellerault. Mendengar jumlah pasukan gabungan Eropa yang sangat besar sebanyak 400 ribu prajurit dengan persenjataan lengkap, sebagian pasukan muslimin sempat gentar. Mereka mengusulkan kepada Al-Ghafiqi agar mundur dan pulang ke Andalusia.
“Tugas kita tak lain hanyalah membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah, menyelamatkan mereka dari gelapnya kekufuran dan kezaliman menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, membebaskan mereka dari perbudakan menuju kemerdekaan,” tegas Al-Ghafiqi dengan semangat berkobar-kobar.
Akhirnya, jiwa pasukan muslimin bening kembali. Mereka mengokohkan diri tetap tinggal di Chatellerault dan menunggu kedatangan musuh. Hidup mulia atau mati syahid, itulah dua pilihan indah yang menanti muslimin.
Perang pun meletus dan berkobar sengit pada akhir Sya’ban (114 H/732 M). Perang ini kemudian disebut sebagai balath al-syuhada karena banyak sekali muslimin yang gugur sebagai syuhada. Perang berkecamuk selama sepuluh hari dengan hebatnya. Pada hari-hari pertama pasukan muslimin lebih unggul. Al-Ghafiqi senantiasa berada pada garis paling depan.
Namun demikian, jumlah pasukan yang jauh dari seimbang cukup menguras energi pasukan muslimin. Muslimin mulai keletihan. Sementara itu, Charles Martel menginstruksikan agar mengincar Al-Ghafiqi. Maka, pasukan gabungan itu terus mengincar Al-Ghafiqi. Dan, akhirnya Al-Ghafiqi pun syahid.
Memori balath al-Syuhada adalah memori yang meremukkan harapan sekaligus membangkitkan spirit pembebasan. As-Samah, Anbasah, dan Al-Ghafiqi telah merintis jalan pembebasan Perancis. Misi mereka menyampaikan Islam sebagai risalah global dan mencahayainya.
Sejarawan Eropa, Edward Gibbon menulis, “Battle of Tours telah menyelamatkan nenek moyang kita, Inggris, dan tetangga kita, Perancis. Seandainya muslimin menang di Tours, tak akan ada lagi yang sanggup menghadang mereka.”
Jika sampai hari ini Perancis belum terbebaskan dan tercahayai sepenuhnya oleh Islam, barangkali memang Allah menyisakannya untuk umat Islam akhir zaman sebagai ladang amal saleh untuk kita. Semoga segera tiba masanya Perancis terbebaskan dan tercahayai oleh Islam untuk kemudian mencahayai Roma sebagai perwujudan bisyarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.