Makanan Pelengkap Khas Indramayu, Siwang Nounna Saritie
Kuliner | 2022-08-07 22:37:10Sumber: Google
Kebiasaan orang Indonesia mengkonsumsi nasi setiap hari ternyata tidak luput dari yang namanya lauk pauk dan bahan pelengkap untuk membuatnya nikmat. Salah satu yang kita tahu bahwa bawang goreng adalah bahan pelengkap bahkan penyedap yang biasanya digunakan untuk makanan-makanan khas di Indonesia.
Namun apa jadinya kalau bawang goreng ini memiliki rasa dari campuran terasi? Nah, makanan khas dari Indramayu yang bernama siwang atau singkatan dari terasi bawang ini merupakan olahan makanan dari terasi yang dicampur dengan bawang goreng dan beberapa bumbu lainnya.
Siwang ini biasa digunakan sebagai makanan pelengkap atau lauk praktis dan bahkan merupakan salah satu oleh-oleh terkenal yang bisa di dapatkan di Indramayu. Salah satu pemilik usaha dari makanan terasi bawang dengan nama jual Siwang Nounna Saritie yaitu Iik Farikhah telah memulai usahanya dari tahun 2017 dengan modal kecil, sebelum berhasil seperti sekarang yang diperkenalkan ke luar negeri.
Rasa dari siwang ini juga ada yang original dan pedas, konsumen bisa memilih sesuai seleranya. Bau terasi dengan sedapnya bawang goreng bisa membuat nafsu makan naik. Apalagi karena saking begitu praktisnya, banyak anak-anak rantau yang menyetok banyak toples untuk dibawa sebagai lauk darurat. Siwang atau terasi bawang ini, walaupun hanya dimakan dengan nasi saja rasanya sudah nikmat.
Siwang Nounna Saritie ini berasal dari Desa Sleman Lor Blok Kasab RT 002/003 Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pada awalnya nama jual dari produk siwang ini berasal dari nama kecil sang pemiliknya yang sering dipanggil dengan sebutan Saritie, sedangkan Nounna merupakan nama yang disukai oleh si pemilik, sehingga Iik Farikhah menggunakan kedua nama itu sebagai brand dan nama media sosial.
Menariknya, Siwang Nounna Saritie ini memiliki banyak sekali pekerja, dari yang muda hingga yang tua, dari perempuan sampai laki-laki. Namun, hampir 98% para pekerja ini di dominasi oleh para orang berusia lanjut yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga menyambi untuk bekerja harian di tempat Siwang Nounna Saritie ini.
Pekerjaannya bermacam-macam, ada kelompok yang mengupasi kulit bawangnya, kelompok yang menggoreng, kelompok yang meracik, dan hingga kelompok yang bertugas mengemasi produknya. Namun, dari sekian macam kelompok pekerjaan yang terbagi di dalam UMKM ini, biasanya untuk yang bagian goreng menggoreng adalah laki-laki karena memang pasti akan selalu berada di depan tungku api yang panas.
Hal menarik lainnya adalah semua pekerja di tempat Siwang Nounna Saritie ini adalah orang-orang Desa Sleman itu sendiri. Sehingga terasa seperti orang hajatan yang saling bahu membahu untuk membantu. Hanya saja yang berbeda disini si pemilik dari Siwang Nounna Saritie ini memberikan upah harian kepada para pekerjanya.
Dalam sehari Siwang Nounna Saritie ini bisa memproduksi siwang atau terasi bawang sebanyak ribuan toples. Pemasaran yang dilakukan juga begitu kekinian, yaitu selain dengan membuka cabang-cabang luring di beberapa tempat dan pemesanan daring, pemilik dari Siwang Nounna Saritie ini juga sangat pintar karena dirinya membuka dua tempat makan yang ia namai dengan Pawon Nounna Saritie. Iik Farikhah membuat satu rumah makan dengan bermacam-macam menu dan satu rumah makan bakso di tempat yang berbeda. Keduanya sangat ramai dikunjungi oleh konsumen, karena nama jual yang memang sudah terkenal dan di dekat tempat makan itu juga ia membuka toko oleh-oleh dari produk-produk buatan Siwang Nounna Saritie sehingga banyak sekali yang mampir untuk sekalian membeli buah tangan.
Meskipun Siwang Nounna Saritie ini masih terbilang sebagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetapi keberhasilannya sudah melebihi hal tersebut, apalagi proses yang tidak mudah bagi Iik Farikhah dan suami.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.