Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image alifia masita etika hidayat

Resensi Novel 'Debu Dalam Angin'

Sastra | Thursday, 25 Nov 2021, 10:11 WIB
Tidak ada keterlambatan dalam memperbaiki diri

Novel : Debu Dalam Angin

Karya : Pratiwi Juliani

Jumlah Halaman : 131 Halaman

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Kota terbit : Jakarta

Cetakan : Pertama, Desember 2020

Peresensi : Alifia Mashitha E.H/ Universitas Muhammadiyah Malang

Pratiwi Juliani sendiri berasal dari Amuntai, provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia pada tahun 1991.Dia adalah seorang penulis yang masuk lima penulis Emerging Ubud Writer dan Reader Festival di Bali.karya Pratiwi Juliani tidak hanya Debu Dalam Angin ada juga yang berjudul Dear Jane dan Atraksi Lumba Lumba. Dia mengawali kisah menulisnya dengan ketidak sengajaan pada saat dia mengikuti pegiat sosial di mulai dari situ dia berinisiatif untuk mengirimkan karyanya ke tim penerbit. Dan pada tahun 2018 dia mendapat kabar bahwa karyannya terpilih seleksi Penulis Emerging Indonesia. Dia merasa bangga karena karyanya dapat di terima oleh masyarakat.

Buku Debu Dalam Angin memiliki tema klasik dan memiliki pesan tidak ada keterlambatan dalam memperbaiki diri. Selain klasik novel ini bergenre realisme, Buku ini terdiri dari 131 halaman. Cetakan pertama pada tahun 2020 di bulan Desember, buku ini sangat di rekomendasikan untuk anak muda agar selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Cara bercerita novel ini tidak mencari efek sensasi, peka terhap kerincian, menggambarkan kehidupan pinggiran secara elegan. Mengena bagi pembaca novel yang selektif dalam pemilihan bacaan.

Dari cerita ini mengisahkan tentang seorang lelaki tua bernama Salvador. Di usianya yang jauh dari muda, Salvador menyesali semua perjalanan hidupnya di masa muda. Semua bagian dari hidupnya telah hilang, mulai dari keluarga yaitu sang istri dan sang anak hingga pekerjaannya. Novel ini mengambil setting kaum pekerja pembangunan proyek pemerintah, mereka menjalani hari dengan bekerja dari pagi,siang dan malam. Kisah liburan akhir pekan khusnya pekerja proyek yang berusia muda yang mengunjungi karnaval yang di gambarkan dengan pasar malam. Di cerita ini sosok Salvador kendati menyesal,bukan berarti jatuh dalam keterpurukan dan berputus asa dia memulai kehidupan baru dengan tenaganya yang telah ringkih menjadi pekerja di proyek pembangunan jalan dikotanya.

Novel ini menceritakan dimana sosok Salvador muda yang tidak berpikir kemudahan yang di dapatkannya sekarang dapat meninggalkannnya dan iya dapat tidak memiliki apapun, ? kehilangan ? kematian ? siapa yang dapat mencuri sesuatu dari manusia yang teramat miskin seperti dirinya. Atau siapapun orang yang mau membunuhnya seorang manusia yang sesungguhnya tidak pernah hidup. Meskipun dia sering merasah kesepian tetapi dengan adanya teman yang usianya mirip dengan anak laki lakinya dapat mengobati rasa kesepiannya. Dan ia sering memberi nasehat kepada mereka seperti nasehat dia kepada Peter dan John. John yang di suruh untuk tetap bekerja keras agar memiliki uang yang banyak dan peter yang dia suruh untuk belajar tentang sekitar tanpa melupakan sopan santun, etika dan jauhi tindakan kriminal. Dia juga mendapat perhatian lebih dari teman di tempat kerjanya karena kondisi Salvador yang telah ringkih tersebut meskipun dia tidak ingin di kasihanni.

Kebiasaan Salvador yaitu menunggu sang anak Tribiani yang kini menjadi seorang pejabat di kota tempat dia tinggal. Seringkali menuai keheranan dari Peter,John dan rekannya yang lain. Terkadang mereka menyangsikan jika Salvador memiliki seorang anak. Salvador terus berusaha mencari keberadaan si anak. Di saat dia berusaha mencari sang anak para remaja buruh teman Salvador membuka kembali ingatan tentang pedihnya ia yang kehilangan keluarga. Tetapi dia tetap berusaha agar bisa bertemu dengan sang anak. Ternyata di balik itu semua sang anak Tribiani selalu memantau Salvador dari jauh dia selalu menunggu Salvador di persimpangan di jalan yang selalu di lewati oleh Salvador. Karena beberapa hari iya tidak menjupai sang ayah akhirnya ia memaksa sang supir untuk menghampiri sang ayah di kamar sewa beliau. Saat sampai di kamar sewa Salvador terenyuh hatinya melihat kondisi sang ayah yang terbaring sakit dan ia melihat sekeliling kamar sewa sang papa hati Tribiani terasa sakit. ia bisa hidup dengan kamar yang bagus dan fasilitis yang terbaik, sedangkan sang ayah tinggal di kamar kecil, kumuh dan pengap.

Akhirnya Dia mengajak sang ayah untuk pindah ketempat yang lebih baik. Akan tetapi Salvador tidak mau iya juga di paksa oleh Tribiani untuk tinggal bersamanya agar ia bisa merawat sang papa yang sudah tua dan sering sakit. Akan tetapi Salvador menolak ia merasa tidak cukup pantas untuk di rawat oleh Tribiani. dia hanya mengingkan Tribiani membelikan sebuah jaket saja. Dalam hati Salvador dia sudah cukup bahagia dengan kedatangan Tribiani untuk menjenguknya. Di bagian akhir cerita ini banyak kalimat perpisahan yang di sampaikan Salvador seperti tidak ada satu pun yang bisa menghentikan matahari terbit, tidak ada satu pun juga yang mampu menghalangi.

Dia merasa tidak rela harus berpisah dengan pekerja remaja yang baik padanya,Tribiani dan semua kenangan yang terukir di daerah tersebut. Dia juga menuliskan surat yang di tunjukan kepada Tribiani mulai dari jadwal keberangkatan dan kepulangannya ke daerah yang akan menjadi tempat kerja barunya. Ia berharap pada saat Tribiani datang tidak risau mencari keberadaanya. Dia membuat 2 surat yang pertama akan di taruh di depan pintu kamarnya agar saat tribiani datang ia mengetahui surat tersebut dan satunya dia berencana menitipkan kepada tetangga kamar sewannya atau menitipkan pada pemain harmonica.

Sang penulis berharap agar anak muda bisa menata kehidupan lebih baik tanpa menunda waktu karena kita tidak tahu kedepannya seperti apa.

Buku ini memiliki kelebihan yaitu ceritanya lebih mudah di pahami karena langsung kepoint. banyak pesan moral yang terkandung di ceritannya. Membuat rasa ingin membaca terus tanpa bosan karena penulis begitu menjiwai dalam penyampaian ceritanya,.kekurangan buku ini sampulnya berwarna terang jadi mudah kotor,kemudian kertas covernya tipis rawan sobek, gambar cover kurang menarik jika tidak membaca sinopsis cerita.

BIODATA PEREVIEW

Nama : Alifia Mashitha Etika Hidayat

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo,12 Maret 2002

Alamat : Patuk Kavling no 48, Sidomulyo,Krian,Sidoarjo,Jawa Timur

Email : [email protected]

Mahasiswa : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Prodi : S1 Farmasi

Dosen Pembimbing : Dr Daroe Iswatiningsih, M.Si.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image