Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Busyairi Abdillah

Mengapa Perusahaan Startup Anjlok?

Info Terkini | Wednesday, 20 Jul 2022, 10:47 WIB
Ilustrasi Startup || Sumber : Republika.co.id

Beberapa waktu lalu, dunia maya digegerkan dengan kabar perusahaan rintisan atau startup yang akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada sebagian karyawannya. Tidak tanggung-tanggung sekitar 65000 karyawan akan menjadi korban.

Beberapa pengamat ekonomi mengatakan, pasca pandemi startup sedang mengalami masa-masa sulit di seluruh dunia. Bahkan dikabarkan perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia mengalami masa-masa sulit yang sama.

Beberapa startup yang mengalami guncangan di Indonesia adalah Zenius, Link Saja, JD.ID, Lummo, Pahamify, TaniHub dan beberapa perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan dampak ekonomi dunia yang tidak stabil mengharuskan PHK besar-besaran terjadi.

Perusahaan Rintisan : Harapan yang Jatuh

Sebetulnya, perkembangan dunia teknologi dan hadirnya perusahaan rintisan di Indonesia merupakan harapan dan angin segar bagi para generasi muda khususnya yang masih belum memiliki pekerjaan.

Diawali brand besar seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak dan beberapa karya anak bangsa lainnya menjadi bayangan bahwa Indonesia bisa bersaing di pasar global karena memunculkan perusahaan rintisan berbasis teknologi yang berkembang pesat.

Investor global perlahan melirik perusahaan-perusahaan rintisan karya anak bangsa yang memiliki seribu satu harapan agar mereka dapat mengatasi permasalahan tenaga kerja yang ada di Indonesia dan juga dunia.

Munculnya berbagai perusahaan unicorn dengan nilai valuasi perusahaan yang cukup besar membuat anak-anak muda Indonesia lainnya berusaha membuat startup untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Contohnya, hadirnya ruang guru sebagai solusi atas pendidikan private atau bimbingan belajar yang harga fantastis. Awal hadirnya ruang guru tidak sedikit masyarakat yang terhipnotis karena ingin anaknya pintar tanpa harus mengeluarkan uang yang banyak. Bahkan untuk lolos seleksi Perguruan Tinggi Negeri, orang tua menyerahkan semuanya ke ruang guru.

Lalu ada Tanihub yang diharapkan menyelesaikan permasalahan kesenjangan petani. Mereka hadir untuk menjual hasil panen petani dengan harga yang pantas tanpa melalui tengkulak dan langsung menghubungkannya dengan penjual.

Belum lagi, perusahaan keuangan digital (financial Technology) yang muncul bak jamur, ada di mana-mana dengan dalih menyelesaikan permasalahan keuangan masyarakat. Malah menjadi ancaman serius di masyarakat.

Lagi-lagi, masyarakat Indonesia seperti gagap menghadapi sesuatu yang baru. Terkesan seperti antusias dengan kehadiran para startup tapi malah menjadi bantalan-bantalan suatu permasalahan yang ujungnya membuat permasalahan yang baru seperti datangnya angin ribut di dunia startup.

Penyebab PHK Bukan hanya Ekonomi Global

Sebetulnya ada beberapa analisa selain dampak dari ekonomi global yang menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran terhadap karyawan startup. Dan ini lebih berkaitan antara manajerial dan juga kebiasaan masyarakat Indonesia.

Pertama, kegagalan riset para startup yang seolah-olah hadir sebagai perusahaan rintisan untuk menyelesaikan masalah masyarakat Indonesia yang cukup kompleks. Mereka terlalu terburu-buru tanpa melihat bahwa masyarakat lebih banyak akan membeli sesuatu hal yang baru saja. Ketika barang yang dijual biasa saja atau tidak terlalu bermanfaat. Maka masyarakat akan kembali kepada kebiasaan lama.

Berikutnya, adalah kegagalan bakar-bakar uang. Startup di Indonesia terlihat sering memberi diskon yang tidak masuk akal untuk menarik para pembeli. Istilah bakar-bakar uang ini dan praktik yang terlalu sering membuat investor berlarian kesana ke mari karena belum juga menghasilkan keuntungan.

Sebetulnya, para pendiri startup sangat paham bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai diskon atau potongan harga. Apalagi harga yang dipotong bisa sampai 80% dari harga sebenarnya yang dijual di pasaran.

Hanya mereka kurang paham dalam hal, masyarakat akan tetap mencari yang lebih murah ketika diskon tersebut tidak berlaku lagi. Jadi bukan soal loyalitas konsumen, lebih memilih mana yang lebih murah dan berkualitas. Masyarakat sangat jarang loyal terhadap toko atau suatu penjual barang. Pasti berpindah walau harganya selisih sedikit.

Terakhir, persoalan rekrutmen yang tidak melihat kapan bisnis tersebut lesu. Mereka merasa bisnisnya selalu ada di atas sehingga melakukan rekrutmen besar-besaran. Padahal bisnis bisa naik dan turun .

Sekarang, dari kegagalan di atas, Indonesia kembali dibanjiri oleh para korban PHK. Kembali angka pengangguran naik akibat membuat bisnis yang asal-asalan atau hanya sekadar jadi. Semoga ini menjadi pelajaran bagi seluruh generasi muda agar menikmati proses.

Busyairi Abdilah, Mahasiswa Institut Bisnis Teknologi Ahmad Dahlan Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image