Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Ada Apa dengan ACT dan Kekerasan Seksual?

Gaya Hidup | Monday, 11 Jul 2022, 23:51 WIB

Akhir-akhir ini ramai diberitakan tentang skandal keuangan ACT. ACT dituding tidak amanah dalam mengelola dana donasi masyarakat. Sementara itu, kasus kekerasan seksual di lembaga islam terus disuarakan juga. Ada apa?

Aksi Cepat Tanggap

Aksi Cepat Tanggap atau biasa disebut ACT diduga melakukan penyalahgunaan dana donasi untuk kepentingan pribadi bagi seluruh pengurus yang ada di dalamnya. Dilansir dari laman republika.co.id (9/7/2022), Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri menduga indikasi penggunaan dana tersebut untuk aktivitas terlarang.

Sebelumnya pihak ACT diduga menggunakan dana donasi lebih dari 10%. Padahal, dari SK Kemensos, lembaga filantropi hanya maksimal boleh menggunakan dana donasi untuk operasional maksimal sebesar 10% saja. Atas dasar ini, pihak Kemensos mencabut ijin ACT untuk crowdfunding. Tak hanya itu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pun gerak cepat membekukan 60 rekening di 33 bank.

Gerak cepat untuk membekukan yayasan ACT beserta rekeningnya sungguh membuat publik takjub. Seurgent itu kasus ACT hingga pemerintah bisa cepat bergerak seperti ini. Namun yang membuat publik heran adalah klaim tuduhan dari pemerintah bahwa dana ACT digunakan untuk aktivitas terlarang alias terorisme. Klaim mentah yang harus diselidiki lebih jauh, karena perlu bukti dan data bukan hanya sekedar tuduhan semata.

Publik yang tadinya sedih dan kecewa jadi kembali bertanya-tanya, benarkah pemerintah bergerak cepat atas kasus ini untuk menyelamatkan umat dari penyelewangan atau memang menargetkan dan mengaitkannya dengan terorisme karena sudah identik dengan umat Islam?

Pesantren

Lain ACT, lain pesantren. Duka mendalam bagi para lembaga pendidikan Islam yang kini coreng moreng karena kasus kekerasan seksual. Satu demi satu kasus mencuat ke permukaan. Semuanya membuat batin menangis dan beristigfar.

Dilansir dari laman republika.co.id (28/6/2022), terjadi kasus kekerasan seksual terhadap enam santri yang diduga dilakukan seorang pengasuh Pondok Pesantren, inisial (F), di Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Tak hanya di Banyuwangi, sebuah pesantren di Jombang, As Shiddiqiyah pun kini ramai diperbincangkan. Pasalnya, anak ketua kiai pimpinan pesantren, MSAT (42 tahun) diduga melakukan perbuatan asusila pada lima santri putri di kawasan pesantren Desa Purisemanding, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang. Kejadiannya terjadi sekitar tahun 2017, MSAT sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak tahun 2020, namun yang bersangkutan terus mangkir dari panggilan pemeriksaan di Polda Jatim. (7/7/2022)

Inilah fakta yang mengiris hati. Lembaga pendidikan keislaman menjadi harapan bagi para orangtua di tengah gempuran perilaku hidup yang porak poranda. Umat kini was was, khawatir, bahkan tak percaya pada lembaga keislaman, baik itu lembaga pendidikan atau amal.

Sekularisme Biang Keladi

Duka mendalam bagi lembaga yang memakai simbol agama islam namun sikapnya tak mencerminkan islam. Ilmu yang ada hanya tertulis di kitab dan buku, juga sebatas diskusi, minim amal dalam keseharian.

Inilah buah dari pemisahan agama dari kehidupan. Agamanya hanya boleh dibahas di tempat tertentu saja, seperti majelis ilmu, di masjid. Tapi, saat beraktivitas, jual beli, dan berhubungan dengan orang lain, teori yang dipelajari tidak diaplikasi.

Umat semakin jauh dari agamanya sendiri. Semakin tak kenal dengan aturan yang Allah turunkan. Semakin takut dekat dengan ajaran Tuhannya. Sehingga ia berpikir bersikap sesuai maunya, bukan lagi ilmu yang ada padanya.

Citra Buruk Islam

Tak hanya karena Sekularisme yang diterapkan saat ini, fenomena ini pun sebuah pengarusan opini yang sudah disetting sedemikian rupa. Inilah upaya agar muslim hilang kepercayaan akan lembaga keislaman apapun itu. Bahkan, menjauhi lembaga-lembaga keislaman yang ada.

Fenomena ini senada dengan buku "Civil Democratic Islam Partners, Resources, and Strategies" karya Cheryl Benard. Buku ini menggambarkan langkah-langkah religius building, dengan artian membangun islam alternatif yang lebih sesuai dengan kepentingan Barat. Bagaimana caranya?

Dua diantaranya, pertama “encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality”. Media didorong untuk mempublikasikan secara massif tentang kesalahan dan kelemahan para tokoh atau orang yang mengelola pesantren dan lembaga keislaman. Seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya, termasuk pelecehan seksual, pemerkosaan dan penyalahgunaan dana. Tujuannya adalah memutus mata rantai kepercayaan masyarakat terhadap simbol pendidikan Islam yaitu pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam.

Kedua, "exposing their relationships with illegal groups and activities.” Memunculkan kehadapan publik untuk mengaitkan tokoh atau pengelola lembaga dengan kelompok yang dicap teroris, radikal, extremis. Dengan tujuan agar masyarakat menjauhi lembaga tersebut dan menjadi waspada untuk menyumbangkan dananya.

Diakui atau tidak, ya hasil dari aktivitas mereka sudah bisa terasa. Umat kehilangan kepercayaan kepada lembaga keislaman, walau tidak semuanya. Lantas, akankah kita hanya diam melihat skenario ini dijalankan?

Tidak Ridho Islam Bangkit

Sungguh besar potensi umat Islam, baik dari segi kedermawanannya, atau pun intelektualitasnya. Umat Islam diajarkan untuk saling memberi, bahkan saat kondisi diri pun tidak sedang baik-baik saja. Karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat. Wajar jika dana donasi umat bisa terkumpul sangat banyak, bahkan lebih besar dari bantuan yang pemerintah kucurkan.

Umat pun diajarkan untuk berpikir dan berpikir. Apalagi menuntut ilmu dalam Islam adalah sebuah kemuliaan. Banyak dalil yang memotivasi umat untuk menuntut ilmu dengan balasan dimudahkan jalan ke surga, ditinggikan derajatnya. Apalagi jika yang dikaji dan dipelajari adalah tsaqofah Islam yang memiliki ruh.

Ia bisa menggerakan manusia baik jiwa raga, tenaga, pikiran. Semua dilakukan karena Allah semata. Walau pedih dan sakit memegang kebenaran, memperjuangkan dakwah Islam tapi jiwa militan akan terbentuk dalam bingkai iman. Sebagaimana manusia-manusia hebat yang hadir di jaman Rasulullah, para sahabat dan masa kejayaan Islam dahulu.

Musuh Islam tak pernah Ridho jika Islam kembali pada masa kejayaannya. Sebagaimana Allah abadikan dalam qur'an surat Al Baqarah ayat 120 yang artinya, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Jadikan Allah Pelindung dan Penolong

Itulah Firman Allah swt, yang tak pernah berdusta. Takkan pernah Ridho hingga kiamat menjelang jika umat Islam tak mengikuti mereka. Tak ikut maunya, settingan, juga aturan main mereka.

Kawan, jangan sampai terjebak dengan settingan opini yang digulirkan. Jangan sampai justru muslim sendiri takut dengan Islam, jauh dari Islam yang sebenarnya ialah solusi semua permasalahan. Problematika ini bukan salah Islamnya, tapi inilah bukti kegagalan Sekularisme Kapitalisme melahirkan manusia yang baik. Karena semua disandarkan dengan asas manfaat.

Mari jadikan Allah saja sebagai Pelindung dan Penolong dengan mengkaji islam, menyebarkan kebenaran Islam, membongkar makar para musuh islam. Hingga tiba saatnya Allah janjikan kejayaan bagi Islam kembali. Aamiin

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image