Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Antara Marketing Tingkat Tinggi dan BBM Subsidi

Bisnis | Friday, 08 Jul 2022, 22:53 WIB

Kalau bisa susah kenapa dibuat mudah? Inilah slogan yang muncul dijagat Maya sebagai reaksi negatif dari kebijakan pemerintah.

MyPertamina Syaratnya

Dilansir dari laman republika.co.id (28/6/2022), PT Pertamina (Persero) menyatakan aplikasi MyPertamina akan menjadi syarat untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar. Kebijakan ini sudah diberlakukan sejak 1 Juli kemarin.

Publik merasa keberatan dengan kebijakan ini. Kalaulah alasan penggunaan aplikasi agar BBM bersubsidi tepat sasaran, yakni untuk golongan yang kurang mampu. Lantas apakah pemerintah berpikir jika golongan yang kurang mampu itu mampu untuk membeli handphone android untuk memakai aplikasi MyPertamina?

Bukankah kasus banyak anak putus sekolah saat pandemi kemarin sudah jadi gambaran, bahwa tak semua rakyat apalagi golongan menengah ke bawah mampu memiliki handphone android. Belum lagi kuota internet yang juga harus dibeli dengan duit.

Tak hanya itu, cara memakainya pun banyak yang masih gagap teknologi. Sampai-sampai netizen Indonesia yang Budiman menggambarkan sulitnya mengajarkan cara menggunakan aplikasi ini. Sebuah akun mengunggah video yang berisi adegan bapak-bapak dan anaknya yang masih SD yang diharuskan memakai aplikasi saat membeli bensin eceran. Sementara, sang konsumen tak paham caranya dan ada hambatan sinyal. Alhasil, proses itu baru tuntas usai anaknya jadi sarjana.

Jadi untuk kepentingan siapa pemakaian aplikasi ini selain keuntungan untuk penyedia aplikasi?

Teknik Marketing Tingkat Tinggi

Dalam dunia marketing, marketer harus memikirkan cara bagaimana konsumen akhirnya membeli produknya walaupun harganya cukup tinggi. Bisa dengan menjual kualitas, atau bisa juga dengan menyetting kondisi agar konsumen mau tidak mau, suka tidak suka, membeli produk ini.

Salah satu caranya dengan menyetting kondisinya. Begitupun berlaku dengan pengelolaan BBM di negeri ini. Dimana negara memakai kacamata untung rugi bahkan ketika berhadapan dengan pemenuhan kebutuhan rakyatnya sendiri. Kapitalisme abis.

Sebagaimana kita ketahui Pertalite dan solar menjadi BBM yang digunakan oleh mayoritas masyarakat karena harganya yang lebih murah dibandingkan Pertamax. Dengan adanya kebijakan penggunaan aplikasi untuk membeli BBM bersubsidi, pemerintah membatasi penjualan pertalite dan solar di lapangan.

Teorinya, pembatasan ini hanya untuk kendaraan roda empat, sementara kendaraan roda dua masih diperbolehkan bertransaksi seperti biasa. Faktanya, Pertalite seolah hilang dari lapangan. Jika ada pun akan ada antrian yang mengular karena langka keberadaannya.

Beruntunglah bagi yang kebagian, bagaimana jika tidak kebagian sementara rakyat juga butuh bahan bakar untuk bekerja memutar roda perekonomian keluarga. Terpaksalah rakyat membeli pertamax walau harganya jauh lebih mahal. Daripada rakyat tak bisa kerja dan daripada lainnya. Akibatnya, beban pengeluaran rakyat bertambah, pertumbuhan ekonomi yang sedang berangsur membaik bisa jadi akan terhambat lagi.

Inilah teknik marketing tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh penguasa dan pengusaha stakeholder negeri.

Fungsi Negara

Inilah fungsi negara dalam kapitalisme. Ia bekerja sebagai mandor, mengawasi berjalannya pasar. Sangat berbeda dengan fungsi negara dalam Islam. Ya, islam diturunkan oleh Allah swt tak hanya sebagai agama yang mengatur ibadah hamba dengan Rabbnya. Tapi juga mengatur semua permasalahan dunia, baik itu pribadi, dengan manusia lainnya, hingga pemerintahan.

Dalam Islam, negara berfungsi sebagai junnah, perisai, dimana ummat berlindung di belakangnya. Islam mewajibkan negara meri'ayah (mengurusi) semua kebutuhan rakyatnya. Islam mewajibkan negara memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, juga keamanan. Hal ini termasuk pengadaan bahan bakar yang jadi modal rakyat beraktivitas.

Untuk mewujudkannya tentu butuh modal yang besar, bukan? Darimana modalnya? Dari Allah. Coba kuta lihat tanah negeri-negeri muslim. Allah limpahkan sumber daya alam untuk kita semua. Indonesia salah satu negara terkaya di dunia, baik itu minyak bumi, tambang, hingga biota laut, tumbuhan dan lainnya. Kemana semua itu sekarang?

Semua ini dikuasai oleh korporasi asing semacam Cevron, Shell, ExxonMobil, British Petroleum, Petronas, dan lainnya. Penguasaan ini diamini dan dilindungi oleh undang-undang migas. Sementara dalam Islam, kekayaan alam ini haram untuk dikuasai oleh asing atau swasta. Semuanya harus dikelola oleh negara dan dikembalikan kepada rakyat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

Bekal Iman

Islam tidak antiteknologi, tapi islam mudah dan memudahkan. Apalagi berbicara memenuhi kebutuhan rakyat yang sudah jadi kewajiban negara. Slogannya berbeda dengan yang di atas. Jika ada yang mudah, kenapa dibuat susah? Apalagi Rasulullah saw pernah bersabda, "Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi urusan umatku kemudian dia merepotkan umatku maka susahkanlah dia." (HR. Muslim)

Bekal iman cukup untuk takut saat membaca do'a nabiyullah ini. Jangan sampai keuntungan di dunia membuat gelap mata hingga tega dzalim pada rakyat. Padahal, dunia hanya sementara, siapa yang tahu kapan malaikat akan datang untuk mencabut nyawa. Bisa besok atau lusa. Sudah siapkah kita menyambutnya?

Kita mungkin bukan siapa-siapa, tapi opini kita di dunia Maya bisa jadi bukti bahwa kita berusaha menyuarakan kebenaran, tidak meridhoi kedzaliman.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Jangan ragu untuk berisik menyuarakan kebenaran islam. Allahuakbar!

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image