Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novriyandi, S.E

Kebangkitan Pemuda Pasca-Pandemi

Eduaksi | Friday, 05 Nov 2021, 07:29 WIB

Kurang lebih dua tahun terakhir pandemi telah memporak-porandakan sistem pendidikan, kelas-kelas kosong, diskusi-diskusi ditutup, dan hentakan kaki yang biasa terdengar membanjiri koridor sekolah telah sepi bagai musnahnya sebuah imperium peradaban. Pandemi telah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dengan membatasi sektor pendidikan dengan memperlebar jarak antara murid dan guru. Pembelajaran tatap muka terpaksa dihentikan dahulu dan semua calon penerus bangsa dipaksa untuk memulai pelajaran melalui layar monitor. Setiap tenaga pendidik melewati hari-hari pandemi dengan penuh tantangan, mempelajari hal baru guna untuk diterapkan dalam pembelajaran agar peserta didik tetap menapatkan ilmu walaupun terbatas jarak. Semangat tenaga pendidik di Indonesia ternyata melebihi kekuatan pandemi, dengan kondisi yang serba terbatas dan harus menyesuaikan dengan gaya baru ternyata para pendidik dapat lebih kreatif dalam menciptakan model-model pembelajaran yang baru.

Kini tampaknya masa pandemi sudah mulai pensiun, berkurangnya kasus yang terjadi disetiap daerah dan rumah sakit yang kembali sepi menandakan umur pandemi akan berakhir. Kelas-kelas kembali dibuka dan sekolah diizinkan kembali untuk memulai pelajaran tatap muka. Walaupun masih dibatasi jumlah siswa yang masuk, seditaknya memberi ruang untuk tenaga pendidik menerapkan ilmunya secara langsung. Para guru bersiap memulai hari baru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan suatu bangsa dimulai dari pergerakan dan semangat juang para pemudanya. Apabila kita berkaca dari perjuangan setiap bangsa untuk membebaskan dirinya dari penjajahan selalu dimulai dari pemudanya. Pemuda ibarat tulang punggung suatu bangsa, apabila rapuh tulang punggung itu maka akan melemahkan bangsa tersebut, mencerai-beraikan persatuan dan hilangnya kekuatan utamanya. Ir. Soekarno yang merupakan bapak proklamator Indonesia juga tidak memandang remeh perihal usia muda, seorang anak muda di mata Soekarno dapat membuat suatu perubahan yang bisa menggoncang dunia. Itulah usia muda yang semua orang tua pasti merasakannya, tapi tidak semua orang bisa berlama-lama dengannya. Selagi usia muda itu masih tersisa disitulah kekuatan besar berada. Menyia-nyiakan usia muda sama saja dengan menciptakan masa depan suram suatu bangsa, kini suatu pertanyaan yang timbul ialah, digunakan untuk apa usia muda itu.

Satu kesempatan kembali diperoleh dengan kembali berkumpulnya anak muda didalam kelas, diskusi kembali dibuka, logika kembali bekerja, dan generasi muda siap ditata untuk mencerdaskan masa depan bangsa. Melihat kembali sejarah saat sumpah pemuda menjadi gelora semangat perjuangan bangsa, mengikat para pemuda dari berbagai daerah untuk bersatu, berikrar, dan berjuang bersama merebut kemerdekaan Indonesia. Pasca pandemi merupakan suatu peluang bagi anak muda untuk membuat perubahan yang ada, generasi yang jumlahnya paling banyak saat ini bersiap memulai masa-masa baru untuk menata kehidupan bebangsa, semua itu dimulai dari ruang kecil yang bernama ruang kelas. Dari situlah semangat anak bangsa kembali digelorakan, dipupuk, dan ditata berjuang untuk masa depan bangsa.

Perjuangan itu kini tidak lagi menggunakan senjata, tombak, maupun parang. Kini perjuangan itu dimulai dari goyangan pena dan lembaran kertas. Menulis menjadi alat terampuh perjuangan dimasa kini, satu tombak mungkin bisa menghujam kedalam dada, namun satu tulisan dapat menembus jutaan kepala. Anak-anak muda sudah saat dibekali alat perjuangan seperti ini, mempertajam literasi guna mempermudah akal untuk menuangkan isi hati. Kemampuan literasi mencakup banyak hal, mulai dari membaca, menulis, dan sebagainya. Kemampuan ini bisa didapat disekolah, diruang-ruang diskusi, dan pelatihan. Sudah saatnya pemuda kembali kekelas untuk memeperoleh pendidikan setelah sekian lama menatap ilmu melalui layar monitor, mungkin google dan youtube banyak memberitahu ilmu baru, tapi karakterk dan akhlak hanya bisa didapat diruang kelas bersama guru.

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan suatu bangsa, masa depan Indonesia sepuluh sampai lima belas tahun kedepan tergantung dari apa yang dibaca pemuda hari ini. Kini harapan itu ada dipundak pemuda, dengan memanfaatkan senjata kertas dan pena mereka mampu merubah dunia, sudah saatnya pemuda mulai berfokus terhadap apa yang ia baca, kembali memupuk persatuan, merakit kembali keutuhan bangsa yang sempat dicabik pandemi, dan menorehkan satu ayunan tinta yang dengannya dapat menggoncangkan dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image