Pemimpin dan Akhlak
Agama | 2021-11-01 09:24:27Anggota Majelis Ulama Al-Azhar Syekh Ali Jumah mengatakan: mayoritas (95 persen) hadis Nabi Muhammad SAW berbicara tentang akhlak dan muamalah.
Nabi Muhammad SAW bersabda untuk memuliakan tamu yang datang: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya." Hadis lainnya: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya."
Tadi malam, saat buka Instagram saya lihat keutamaan akhlak seorang Arab-Amerika yang akan melaju menjadi walikota. Testimoni seorang ibu tentang beliau menceritakan bagaimana ia terkesan dengan kebaikan si pemuda tersebut. Berarti, akhlak.
Di manapun kita, jika kita berakhlak maka orang akan suka. Dan, di manapun kita, tanpa akhlak orang akan lari.
Suatu siang, saya bercerita dengan kolega. Kata kolega, yang kita harapkan saat ini tidak hanya orang yang berilmu, karena orang berilmu itu banyak. Orang pintar saat ini tersebar, bukan lagi kemewahan menjadi orang pintar.
Tapi menjadi orang berakhlak itu mahal, bahkan langka. Kenapa langka? Karena, tingkat perjuangannya lebih tinggi dan berat ketimbang jadi pintar. Rajin belajar, follow the games, orang akan tiba juga jadi sarjana. Tapi, memahami akhlak belum tentu semudah mempraktikkan akhlak tersebut.
Tiap kita adalah pemimpin. Sekecil apapun ranah kepemimpinan kita--bahkan terhadap diri sendiri--kita diajarkan untuk berakhlak. Musuh terbesar akhlak itu adalah nafsu. Maka, nafsu harus dikendalikan, sebuah ajaran klasik tapi manjur.
KH. Zainuddin MZ bilang: "...intinya, pengendalian diri." Siapa bisa kendalikan diri, dia berhasil. Makan, kalau kebanyakan dan tidak pilah pilih juga bisa fatal buat tubuh. Kata istriku, banyak orang sakit awalnya dari pola makan. Berarti, "tidak berakhlak" terhadap tubuh kita sendiri, alias zalim terhadap tubuh yang Tuhan titipkan buat kita.
Depok, 1 November 2021
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.