Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kevin Rendiyanto

Keanekaragaman Agama di Indonesia

Agama | 2021-10-28 13:46:21

Negara Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar. Indonesia memiliki banyak sekali pulau yang dipisahkan oleh laut. Negara Indonesia juga terdapat banyak suku ras agama dan budaya. Agama yang di akui oleh negara Indonesia sampai saat ini ada enam agama sebagai berikut Islam, Kristen, Katolik, Hindu Buddha, Konghucu. Indonesia Sebagian besar di huni oleh umat islam yang mencapai 87.2 persen penghuni negara Indonesia beragama islam sedangkan agama Kristen hanya 6.9 persen, agama Katolik 2.9 persen, agama Hindu 1.7 persen, agama Buddha 0.7 persen, agama Konghucu 0.05 persen. Jadi bisa di lihat dari persentase yang ada Sebagian besar warga negara Indonesia adalah beragama islam.

Indonesia dengan berbagai agama tentunya harus mempunyai toleransi antar agama yang kuat dan baik karena jika tidak semua akan menjadi kacau dan akan menjadi masalah besar. Toleransi beragama juga bisa dilakukan dari hal-hal kecil seperti misalnya masjid yang bersebelahan dengan gereja mereka saling membantu dan tolong menolong jika masjid sedang di pakai dan kekurangan lahan parkir bisa menggunakan lahan parkir gereja dan sebaliknya jika ada ibadah dan gereja kekurangan lahan parkir bisa menggunakan lahan parkir yang ada di masjid.

Toleransi beragama harus ditanamkan sejak kecil karena tidak mudah untuk melakukannya apalagi bagi umat beragama yang minoritas di negara Indonesia ini. Masih banyak sering terjadi intoleransi apalagi dikalangan anak sekolah. Sering sekali di kalangan anak sekolah terjadi bullying terhadap orang-orang yang beragama selain agama islam sering sekali ada ejekan jika kita berada di sekolah negeri begitupun sebaliknya sering pula terjadi bullying terhadap orang-orang yang menganut agama islam di dalam lingkungan sekolah swasta yang mayoritas sekolah swasta pada dasarnya sekolah Kristen maupun katolik.

Di negara Indonesia juga masih sering sekali terjadi intoleransi di kalangan masyarakat terhadap kaum agama yang minoritas. Banyak di daerah-daerah terjadi seperti pembakaran gereja atau tempat ibadah terkadang ada juga pembubaran orang-orang yang sedang melakukan ibadah. Sebenarnya hal itu terjadi bukan karena kesalahan agama. Di dunia pun tidak ada agama yang mengajarkan hal buruk namun Kembali lagi kepada diri kita sendiri sebagai penganut agama bagaimana menyikapi hal yang baik dan buruk. Kita harus bisa membuang hal buruk dan menanamkan hal-hal yang baik namun sangat di sayangkan mungkin di Indonesia masih banyak yang sulit membuang hal buruk yang sebenarnya tidak baik seperti contohnya orang yang terlalu fanatic terhadap agamanya sendiri sehingga beranggapan agama selain agama yang di anut mempunyai ajaran yang salah atau tidak benar sampai terkadang terjadi juga banyak tidak hanya terjadi di agama islam menghasut orang masuk ke agama yang dianut oleh temannya padahal di sisi lain sebenarnya kita sebagai warga negara Indonesia mempunyai hak kebebasan beragama karena Kembali lagi ke diri kita masing-masing kita menganut agama sesuai panggilan atau keyakinan masing-masing.

Di negara Indonesia yang mempunyai banyak pulau dan keanekaragaman agama yang ada di Indonesia ada sisi buruk dan sisi baiknya hal itu wajar terjadi karena di negara lain pun masih sering terjadi contohnya orang kulit hitam yang di jauhi banyak orang hal serupa pun sering sekali terjadi di Indonesia karena kita yang berkulit putih atau biasa di bilang orang Chinese sering di kucilkan atau terjadi bullying karena di anggap kaum minoritas.

Namun sejauh ini dengan keanekaragaman agama di Indonesia negara Indonesia bisa hidup rukun berkat perkembangan teknologi yang semakin maju membuat orang-orang juga berfikir semakin maju dan mungkin karena kemajuan teknologi kasus-kasus intoleransi dalam beragama mulai berkurang tidak separah dulu. Namun sebenarnya para petinggi negara atau yang mengerti hukum harusnya lebih menegakan keadilan agar semakin memperkecil kemungkinan intoleransi dalam beragama karena jika semuanya terjadi secara adil negara ini akan semakin rukun antara agama satu dengan agama yang lain. Pihak negara atau penegak hukum di negara ini harusnya yang melakukan agar warga negaranya dapat mengikuti arahan dari pihak negara karena pemerintah menjadi contoh bagi warga negaranya. Pemerintah menjadi figure besar untuk di contoh warga nya karena jika pemerintah melakukan hal yang tidak benar dan tidak di benahi akan turun menurut kepada warga negaranya dan lama kelamaan menjadi kebiasaan.

Kita sebagai warga negara yang baik harus menjalankan toleransi beragama sebaik-baiknya agar tidak ada terjadi deskriminasi terhadap agama-agama yang minoritas dan kita juga harus bisa mengetahui dan mengkoreksi yang mana baik yang mana tidak baik karena sering sekali semisal umat agama islam melakukan fanatisme dan menganggap agama lain salah dan hal itu jika tidak diluruskan umat agama islam yang lain menganggap hal itu menjadi hal yang benar dan wajar padahal sebenarnya semua agama mengajarkan kebaikan tergantung dari diri kita masing-masing menganggap itu baik atau tidak.

Jadi negara Indonesia saja yang agama hanya ada enam agama masih sering sekali terjadi masalah apalagi di negara-negara besar yang lebih bebas dari negara Indonesia. Maka dari itu agar meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan pemerintah harus berkontribusi besar dalam mengatur agama-agama yang ada di Indonesia agar antar agama terjalin kerukunan dan tidak ada saling iri antar agama dan negara Indonesia akan damai sejahtera setidaknya tidak mungkin sereratus persen rukun namun setidaknya akan mengurangi kasus-kasus seperti pembakaran gereja pembubaran ibadah. Karena semakin maju teknologi semakin mudah juga informasi tersebar dan semakin mudah orang memandang dan mengomentari sebelah mata tanpa mengetahui hal yang menyebabkan hal tersebut dan sebenarnya mereka tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Maka dari itu kita tidak bisa sembarangan memakai media social dan sembarangan share berita yang tidak benar karena warga negara Indonesia termasuk orang-orang yang terlalu mudah dan cepat percaya dengan berita yang beredar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image