Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nikmah Ridha Batubara, M.Si

Toleransi Salah Arti, Umat Harus Berhati-hati

Agama | 2025-03-06 13:00:20

Marah, kesal, kecewa, itulah kata-kata yang tepat untuk mewakili respon dari masyarakat atas kejadian pada pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an ke-58 di kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sabtu (8/2) lalu. Pasalnya, Pembukaan MTQ yang seharusnya kental dengan nilai-nilai agama menjadi ternodai dengan tampilnya sejumlah wanita yang menampilkan tarian K-POP diiringi lagu pembukaan MTQ. Bahkan, ketua PB Gerbang Malay, sekaligus Dato Setia Satiya Samudera Wangsa, Adhan Nur, mengecam keras kejadian ini. Beliau menilai ini adalah termasuk penistaan agama dan meminta agar camat dan pihak yang terlibat harus bertanggung jawab (utamanews.com 14/02/2025).

Kejadian ini juga disayangkan oleh Sekertaris Komisi I DPRD Medan, Syaiful Ramadhan, dan meminta kepada walikota agar mengevaluasi bawahannya agar tidak terjadi kejadian serupa di kemudian hari. Karena pada dasarnya, kegiatan MTQ ini bukan hanya ajang kompetisi tetapi juga momen untuk menunjukkan nilai-nilai Islami (analisa daily 14/02/2025).

Apakah kejadian seperti ini sering terjadi? Jawabannya, ya, hanya saja tampil dalam wajah yang berbeda. Inilah dampak dari moderasi beragama yang menerapkan jalan tengah dalam beragama, tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri. Harapannya agar terjalin kerukunan antar umat beragama dan menerapkan toleransi. Namun pada kenyataannya malah menabrak batas batas keagamaan dan menggerus aqidah. Bahkan sampai akhirnya sering juga terjadi penistaan agama. Karena sebenarnya istilah moderasi beragama ini diadopsi dari pemikiran sekuler yang pastinya jauh dari nilai yang diajarkan dalam Islam.

Masyarakat kita memang lah masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai suku dan keyakinan. Namun sebagai seorang muslim kita harus tetap berpegang pada aturan Allah SWT yang sudah baku. Dan sesungguhnya cara mengatasi kemajemukan ini juga sudah diatur dalam Islam. Jadi kita tidak perlu merancang aturan sendiri dan merasa apa yang kita buat dapat menyelesaikan permasalahan ini. Kepintaran akal manusia tidak akan pernah mampu menandingi kesempurnaan aturan yang Allah SWT buat.

Ada kesalahan dalam memaknai kata toleransi yang dihembuskan di tengah masyarakat kita. Toleransi itu tidak berarti mengikutsertakan umat lain untuk mengikuti ibadah kita. Toleransi itu bukan pula pluralisme, yang menganggap semua agama sama. Toleransi juga bukan kebebasan menganut agama sesuai keyakinan yang justru dimaknai kebebasan mengacak-acak aturan agama, melecehkannya dan mengganti ajarannya sesuka hati mengikuti hawa nafsunya.

Pemahaman inilah yang harus diluruskan kepada masyarakat, umat Islam khususnya, bahwa ada tujuan tersirat di balik slogan toleransi yang digaung-gaungkan ke seluruh pelosok negeri ini. Yaitu untuk membelokkan pemahaman umat Islam yang seharusnya meyakini bahwa hanya Islam agama yang benar dan diridhai Allah, menjadi paham yang meyakini bahwa semua agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Dan pastinya, hal ini merupakan hal yang sangat berbahaya bagi umat Islam.

Di dalam Islam, ada batasan yang jelas hubungan antar umat beragama. Dalam hal muamalah, Islam tidak melarang umatnya untuk bekerja sama, berjual beli dan berinteraksi dengan umat yang berbeda agama. Namun dalam hal Aqidah, ada pagar yang tak boleh ditabrak dan harus betul-betul diperhatikan agar tidak merusak keutuhan aqidah kita. Lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Sebenarnya, Islam tak perlu diajari soal toleransi. Nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam apabila diterapkan dengan sempurna maka akan menunjukkan betapa toleransinya ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini. Islam sudah membuktikannya ribuan tahun yang lalu di bawah naungan Daulah Islamiyah yang menerapkan sistem Islam. Kehidupan yang penuh kedamaian antara umat Islam, Yahudi dan Nasrani. Walaupun mereka hidup dalam naungan pemerintahan Islam, namun mereka tetap mendapatkan hak-hak yang sama sebagai warga negara, memiliki kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing dan juga mendapatkan jaminan keamanan dari negara. Tidak terjadi konflik akibat perbedaan suku, ras terlebih karena agama.

Sejarah membuktikan bahwa orang-orang non muslim yang berada dalam pemerintahan Islam merasakan keamanan dan kedamaian. Bahkan kaum Kristen di Eropa pada masa pemerintahan Ottoman sangat menghormati pemerintah Turki dan bersedia tunduk dengan hukum Islam. Begitu pula dengan warga non muslim di berbagai wilayah lainnya, mereka dengan senang hati diatur dengan aturan Islam yang Rahmatan lil alamin. Keberhasilan itu sudah diraih oleh kepemimpinan Islam sejak masa Rasulullah SAW. Dan itu semua karena terterapkannya sistem Islam secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image