Syi’ah: Hati Hati dengan Taqiyah
Agama | 2021-10-21 18:34:55Tidak dapat dipungkiri lagi terdapat beberapa sekte dalam agama islam. Munculnya perselisihan antara satu sekte dengan yang lainya yaitu setelah Wafatnya Rasulullah SAW, mereka mempermasalahkan siapakah yang berhak menjadi seorang khilafah dan bagaimana cara untuk memilih seorang khilafah.
Syiâah adalah salah satu sekte pecahan dari agama Islam. Dalam keyakinan Syiah mereka mengatakan bahwa Rasulullah SAW menunjuk Ali bin Abi Thalib langsung untuk menjadi pengganti kekhalifaan Islam selanjutnya, karena Mereka percaya bahwa keluarga Nabi Muhammad (yaitu para imam Syiah) adalah sumber pengetahuan terbaik mengenai Quran dan Islam. Mereka juga percaya bahwa Ali bin Abi Thalib yang di kenal juga sebagai keluarga Muhammad adalah guru terbaik tentang ajaran Islam setelah Nabi Muhammad. Dan juga pembawa serta penjaga terpercaya.
Secara spesifik keturunan, Syiah memiliki pendapat bahwa Ali Bin Abi Thalib, yaitu sepupu serta menantu Nabi Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait adalah penerus kekhalifaan setelah Nabi Muhammad, hingga mereka juga berpendapat bahwa khalifah yang lain diakui oleh sunni berbeda. Dalam keyakinan Syiah, Ali Bin Abi Thalib memiliki kedudukan tinggi yaitu sebagai khalifah dan imam melalui wasiat Nabi Muhammad.
Sebagian orang Islam, terutama para ahli ulamaâ mereka menganggap sekte (golongan) ini tumbuh berawal dari seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba, ia menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja muja Ali bin abi Thalib, dan mereka menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk di jadikan khalifah setelah nabi Muhammad. Namun Syiah menolak keras mengenai hal ini, Menurut orang orang Syiah, Abdullah bin Sabaâ adalah tokoh yang pandai bermain fiktif. terdapat Salah satu ulama besar dari sekte Syiâah menuliskan Kitab Khusus mengenai kefiktifan dari seorang Abdullah bin Saba ini.
Namun terdapat pula kaum Syiah yang tidak membenarkan mengenai anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah Batriyah misalnya, mereka tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan di antara para sahabat mengenai masalah imamah Abu Bakar dan Umar.
Kini syiâah bukan hanya berada di daerah iran atau pun irak saja, namun di indonesia pun sudah ada. Namun diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dengan alasan untuk melindungi diri mereka dari kaum muslimin. Mereka melakukan taqiyah dalam rangka untuk mengelabuhi para kaum muslimin, sehingga dapat menarik simpati orang terhadap syiâah.
Terdapat empat unsur pokok ajaran Taqiyah dalam syiâah menurut Ali Muhammad ash Shalabi, diantaranya: Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya. Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan syiah. Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaska.
Syiâah dalam berinteraksi menggunakan Taqiyah, sehingga kita ulit menebak apakah dia seorang syiâah atau bukan, namun terdapat cara yang paling praktis untuk mengetahui bahwadia seorang syiâah yaitu dengan memperhatikan raut wajahnya. Wajah orang syiah akan terlihat merah padam jika kita mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum maka tidak ada sedikitpun tanda tanda kegundahan didalam wajahnya.
Namun menurut Syaikh Mamduh Farhan Al- Buhairi dalam Majalah Islam Internasional Qiblati, sangat mudah dikenali dalam hal beribadah. Kita dapat memperhatikanya melalui beberapa ciri ciri, diantaranya: Mengenakan songkok yang serupa dengan songkok orang arab tapi berwarnah Hitam. Tidak melaksanakan sholat Jumâat (orang syiâah ketika selesai salam sholat Jumâat ia langsung berdiri untuk menyempurnahkan sholat dzuhur yang tersisa dua rakaat). Ketika sholat berjamaaâah para pengikut Syiâah tidak mengakhiri shalatnya fardhunya dengan mengucapkan salam seperti yang dilakukan orang Muslimin pada umumnya, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali. Para pengikut syiâah akan melakukan sholat tiga waktu saja. Orang syiâah selalu membawah At Turbah Al Husainiyah yaitu batu yang berasal dari tanah karbala (ketika mereka sholat maka batu itu diletakkan di keningnya ketika sujud). Saat bulan suci Ramadhan para pengikut syiâah tidak langsung berbuka Puasa saat azan Magrib (dalam hal ini syiâah memiliki keyakinan seperti seorang yahudi, yaitu berbuka puasa jika bintang bintang yang berada dilangit sudah nampak, Dengan kata lain mereka akan berbuka puasa bila waktu benar benar sudah memasuki waktu malam hari). Saat hari Asyurah para pengikut syiâah tidak melakukan puasa tetapi mereka menampilkan kesedihan dihari tersebut. Kita sebagai seorang muknin tidak akan mendapati seorang pengkut Syiâah memegang ataupun membaca Al Qurâan, jika ada berarti mereka sedang Taqiyyah, karena menurut para penganut syiâah Al Qurâan yang benar adalah Al Qurâan yang sedang di pegang oleh Al Mahdi yang kini di tunggu kedatanganya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.