Pemerasan DWP 2024: Mengecewakan
Info Terkini | 2025-01-03 16:14:23Djakarta Warehouse Project (DWP) merupakan sebuah acara festival musik elektronik tahunan yang sudah ada sejak tahun 2008. Berawal mula dari sebuah acara pada klub Blowfish warehouse project yang ada di Klub Blowfish saat ini festival tersebut telah berkembang menjadi lebih luas jangkauan dan cakupan dan berubah nama menjadi Djakarta warehouse project. Festival ini diadakan tidak hanya dalam waktu satu hari namun biasanya dilakukan dua hingga tiga hari
Festival musik elektronik ini seringkali disebut dengan festival terbesar di Indonesia bahkan se Asia Tenggara, karenanya festival ini menarik minat ribuan pengunjung bukan hanya domestik namun juga internasional pada setiap tahun nya hal ini dikarenakan festival ini menarik para pecinta musik Electronic Dance Music atau EDM. Pada festival musik ini artis artis yang diundang adalah artis-artis mancanegara yang sangat ternama di genre Electronic Dance Music seperti steve Aoki, Skrillex, Martin Garrix, David Guetta, Calvin Harris dan masih banyak lagi.
Dari artis-artis internasional ini kemudian meningkatkan ribuan pengunjung mancanegara untuk hadir pada acara Djakarta Warehouse Project yang diadakan secara tahunan ini. Tahun demi tahun berlalu acara ini selalu menghasilkan hasil yang sangat memuaskan dan bahkan hampir seluruh pengunjung memberikan testimoni festival musik yang luar biasa hingga pada tahun 2024 ini, acara ini kemudian menjadi booming karena adanya kasus kasus yang ter-blow up di media sosial.
Tahun ini, 2024 DWP kembali dilaksanakan pada 13,14, dan 15 Desember berakhir dengan sukses. Namun, setelah hari event berlangsung terdapat banyak informasi yang masuk bahwasanya pengunjung mancanegara yang merupakan berasal dari Malaysia kerap mengalami pemerasan yang dilakukan oleh oknum polisi. Hal ini kemudian menjadi viral dan mencuri perhatian khusus publik di media sosial.
Kasus ini awalnya diunggah oleh akun penonton malaysia yang mengaku menjadi korban pemerasan oleh polisi, dari unggahan ini kemudian masuk unggahan unggahan lainya hingga berjumlah 400 unggahan korban pemerasan oleh polisi dengan nominal mencapai 9 Juta ringgit Malaysia atau setara dengan 32 miliar rupiah. Dari unggahan ini kemudian pihak Ismaya meneruskan keluhan pengunjung dan Polda Metro Jaya kerap segera melakukan penyelidikan. Dari penyelidikan yang berlangsung terdapat 34 polisi yang dimutasi, dari Polda sendiri menerangkan bahwasanya saat ini 18 polisi yang terlibat sudah dalam sidang etik. Lalu, diikuti dengan pemecatan tiga oknum. Yaitu Direktur, Kanit, dan Kasubnit Reserse Narkoba Polda Metro.
Menurut opini penulis, kasus ini sangat mengecewakan. Sebagai warga negara Indonesia, memiliki sebuah festival musik yang menarik minat mancanegara merupakan sebuah kebanggaan. Festival ini juga dapat meningkatkan devisa negara dengan banyaknya turis yang datang untuk terlibat dalam acara tersebut. Namun, festival dan kegiatan musik di Indonesia menjadi tercoreng karena ulah dari oknum-oknum tersebut. Hal ini tentunya membuat keraguan tersendiri bagi para turis mancanegara untuk mengikuti festival di Indonesia karena mereka pastinya akan merasakan ketidakyakinan apakah aman atau tidak jika mengikuti festival di Indonesia.
Diharapkan kedepannya, agar tidak ada lagi oknum-oknum yang mencoreng kegiatan yang ada di Indonesia baik dalam skala nasional maupun internasional. Kita harus terus maju kedepan bersama untuk membawa Indonesia lebih baik lagi dan mendunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.