Efektifkah Kebijakan DMO Migor Curah?
Info Terkini | 2022-06-08 22:29:23Pemerintah secara resmi mengubah kebijakan minyak goreng curah yang tadinya berbasis subsidi menjadi pemenuhan kewajiban pasar domestik (DMO). Kebijakan tersebut telah tegas disampaikan oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves), selain itu pemerintah juga kembali membuka keran eskpor minyak goreng.
Kebijakan tersebut diberlakukan karena terjadinya kebocoran minyak goreng murah hasil domestic market obligation (DMO) di tingkat distributor. Minyak goreng harga murah disalurkan ke industri dan diselundupkan ke luar negeri mengikuti harga internasional yang relatif tinggi ketimbang harga jual domestik. Siapa pelakunya? Yakni spekulan dalam negeri yang menahan (menimbun) pasokan minyak sambil menunggu pemerintah mencabut kebijakan harga eceran tertinggi minyak (HET). Dan para spekulan tersebut lebih memilih menjual Migor ke luar negeri karena harga dalam negeri lebih rendah dibanding di luar negeri. Jadi berdasarkan ilmu ekonomi past mereka lebih memilih harga yang lebih tinggi makanya diekspor.
Hal ini menunjukkan penguasa negeri ini tidak serius melakukan pengawasan distribusi minyak goreng sehingga terjadi kebocoran. Selain itu, penguasa mengklaim bahwa para spekulan akan dilawan, nyatanya tidak ada kebijakan tegas yang muncul di permukaan.
Inilah salah satu bukti keborokan kapitalisme tecermin dalam penerapan ekonomi liberal yang membebaskan para spekulan memainkan harga. Mereka merupakan tangan tidak terlihat (the invisible hand) yang berperan besar dalam menentukan harga minyak. Spekulan kerap kali tidak tersentuh aparat untuk ditangkap.
Jadi dengan adanya Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) tidak akan menyelesaikan masalah, hanya meredam gejolak sosial sesaat. Apalagi penguasa bermental pedagang, bukan pelayan umat, yang dimiliki penguasa dan jajarannya menjadikan rakyat sebagai konsumen. Menahan subsidi untuk rakyat dan melakukan pematokan harga bahan kebutuhan rakyat. Menunjukkan hubungan yang terjalin antara penguasa dan rakyat seperti hubungan penjual dengan pembeli. Hendaknya rakyat menjauhi boroknya sistem kapitalisme yang menerapkan ekonomi liberal. Jadikan sistem Islam sebagai obat untuk mengobati penyakit borok kapitalisme.
Yulia Dwi Puspitasari
Guru SMA Swasta
Plemahan-Kediri
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.