Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Malikhah San

Guru Era Disrupsi; Gigih Saat Pandemi

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 22:13 WIB

Pandemi Covid 19 yang melanda dunia telah merubah seluruh tatanan negara. Bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, demikian pula bidang pendidikan. Dilansir dari www.domo.com bahwa pertambahan data di internet tidak pernah berhenti. Di seluruh jagad raya, dalam setiap menit terkirim 204 juta email bahkan Google menerima permintaan 2 juta pencarian. Pertumbuhan yang dahsyat inilah yang dikenal dengan digital data explosion. Budi Harsanto dalam bukunya berjudul Inovasi Pembelajaran di Era Digital: Menggunakan Google Sites dan Media Sosial, disebutkan bahwa pertumbuhan data yang begitu dahsyat mampu mempengaruhi berbagai sendi kehidupan. Dia menjelaskan secara ekonomi dunia online telah menggerakkan apa yang dinamakan digital monics. Secara sosial, interaksi antar sesama manusia menjadi lebih mudah meski terpisah jarak ribuan kilometer. Pun demikian dalam ranah pendidikan, pendidik dan peserta didik menjadi mudah untuk belajar kapan saja dan di mana saja.

Pandemi mengharuskan pemerintah memberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Dampak nyata tak hanya pada sektor ekonomi semata. Sektor riil tentu dunia pendidikan yang menjadi garda terdepan keberlangsungan bangsa ini di masa mendatang. Pandemi urung membuat pembelajaran tatap muka (PTM) terlaksana. Tentu alasan utamanya agar pendidik dan peserta didik kita aman dari wabah. Negara sudah pasti tidak menginginkan adanya loss generation akibat pandemi covid 19. Penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau akrab dikenal dengan pembelajaran daring (dalam jaringan) menjadi solusi terbaik dalam penyelenggaraan pendidikan.

Lantas, apakah pembelajaran daring ini telah efektif diterapkan di pelbagai daerah di Indonesia? Satu sisi efektif, namun di sisi lain juga menyisakan tanda tanya besar. Masih banyak masyarakat kita yang penuh dengan keterbatasan melaksanakan program ‘dadakan’ bernama pembelajaran daring ini.

Disparitas digital harus diakui menjadi salah satu problem pelaksanaan pembelajaran daring. Bagi daerah yang tingkat ekonominya baik, akses internet mudah dijangkau bahkan kesadaran akan pendidikan tinggi, pembelajaran daring tidak menjadi masalah. Justru adanya pembelajaran daring menjadi salah satu kemudahan untuk memperoleh pendidikan kapan saja dan di mana saja. Sebaliknya, masyarakat yang berada di daerah limit signal, tingkat ekonomi rendah, kesadaran pendidikan rendah, serta ketidakmampuan masyarakat memperoleh akses teknologi, pembelajaran daring tentu saja sangat memberatkan. Alih-alih menjadi efektif, pembelajaran justru tidak akan berjalan dan stagnan akibat tidak adanya respon balik dari peserta didik. Disparitas digital inilah yang harus kita sadari bahwa efektifitas pembelajaran daring tidak bisa kita generalisasikan secara keseluruhan.

Banyak kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring sebenarnya dapat diatasi jika pihak terkait, dalam hal ini satuan pendidikan mampu mengusahakan dengan maksimal. Di SMPN 1 Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah misalnya. Sekolah yang menjadi tempat penulis mengabdi ini berada di wilayah cukup jauh dari pusat kota, yakni kecamatan Singorojo. Lokasinya diapit oleh hutan karet dan hutan jati. Selain tidak meratanya jangkauan sinyal internet di wilayah tempat tinggal peserta didik, pembelajaran daring juga terkendala akibat minimnya siswa yang memiliki gawai untuk belajar online.

Namun pelan tapi pasti, sekolah ini terus berbenah. Demi memberikan pelayanan pendidikan maksimal, sekolah ini kini mampu menyelenggarakan pembelajaran daring dengan cukup efektif. SMPN 1 Singorojo menjadi satu-satunya sekolah di kecamatan Singorojo yang menerapkan pembelajaran tatap muka secara daring selama pandemi. Sekolah ini menggunakan aplikasi Teams yang merupakan platform digital dari Microsoft 365. Untuk mengatasi minimnya akses internet, sekolah bekerjasama dengan lingkungan memasang titik-titik wifi di wilayah limit sinyal. Bagi siswa yang tidak memiliki gawai, sekolah menyediakannya.

Ketika pembelajaran daring berjalan efektif, proses belajar mengajar bisa dikatakan sukses? Tentu tidak. Masih ada segudang tantangan yang harus dihadapi guru dan peserta didik di era disrupsi dan supremasi digital saat ini. Kondisi ini mengharuskan guru untuk adaptif melahirkan pelbagai inovasi dan invensi dalam merancang pembelajaran online. Tujuannya tentu untuk merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran daring.

Tuntutan guru yang maha dahsyat di era pandemi ini, dimudahkan dengan adanya banyaknya pelatihan pembuatan bahan ajar berbasis digital. Alhasil banyak guru yang mampu menciptakan bahan ajar berbasis teknologi yang cukup menarik. Misalnya guru membuat video pembelajaran animasi, podcast pembelajaran, bahkan merambah pada pembuatan modul pembelajaran online yang dikemas berupa buku digital. Sehingga mampu meningkatkan literasi digital yang juga sejalan dengan program pemerintah untuk menggalakkan literasi digital. Pada akhirnya, pandemi bukan lagi menjadi halangan untuk terus berinovasi dalam pembelajaran. Pandemi, menjadikan guru gigih dalam mengabdi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image