Meracik Menu Belajar yang Efektif Saat Pandemi
Guru Menulis | 2021-10-10 16:43:34Arah kebijakan pendidikan di Indonesia terus menjadi bahan kajian sejak pemerintah melakukan upaya penyelamatan kesehatan baik siswa maupun guru dari bahaya virus corona. Sejak Maret 2020 pembelajaran berubah total. Cara belajar menjadi tidak normal, yakni Belajar dari Rumah (BDR). Bermacam metode pembelajaran jarak jauh dikemas dan beragam di setiap sekolah. Berbagai hambatan menjadi kendala dan tantangan bagi seorang guru yang saya sendiri alami. Hati nurani selalu ingin mendekat dengan anak didik, berdiskusi bersama, mencoba hal yang baru untuk mereka, mengajak ke lokasi belajar di luar kelas, dan lain sebagainya. Bagaimana caranya?
Menerima kondisi serba sulit, ditambah sekolah dasar tempat saya mengabdi terletak di tengah kota dengan domisili siswa saling berjauhan, berbeda kecamatan dan bahkan kabupaten. Maka pilihan platform online menjadi pilihan terbaik selama pandemi hingga keluar izin belajar Tatap Muka Terbatas di bulan September 2021. Bagaimana agar efektif sementara jam belajar berkurang sangat banyak? Belum lagi media yang digunakan online, belum semua guru menguasai IT dengan baik. Maka mencari dan terus mencari, belajar dan mau untuk terus belajar, menjadi satu-satunya solusi terbaik.
Setelah berbagai kendala teknis dikomunikasikan antara sekolah dengan perwakilan orangtua siswa, mulai dari perangkat yang digunakan, pertimbangan sekolah swasta terkait biaya pendidikan, durasi belajar, hingga penugasan di rumah, semua menjadi pembahasan yang terus menjadi ikhtiar sekolah di awal pandemi. Mensinkronkan tiga pilar utama, sekolah, orangtua, dan anak-anak peserta didik, agar sejalan, tetap bersemangat mengikuti pembelajaran, serta saling berupaya melakukan hal terbaik sebagai salah satu solusi di kala pandemi yang tiba-tiba melanda dan mengagetkan semua pihak.
September 2021, di kota Surakarta telah diizinkan sekolah melakukan Tatap Muka Terbatas. Tetap dengan kondisi yang belum normal, baik jumlah siswa setiap ruang kelas, waktu pembelajaran, hingga jadwal belajar. Maka karena masih bergantian hari belajar, platform offline dan online tetap digunakan, karena keterbatasan jumlah ruangan jika setiap rombel dibagi dua kelompok belajar. Ke depan apabila kondisi telah pulih, dapat bertemu langsung di kelas setiap hari, metode Flipped Classroom dengan Blended Learning masih relevan digunakan. Sekolah Dasar dimana saya mengajar, menggunakan metode kelas terbalik atau Flipped Classroom. Tujuannya adalah agar proses belajar tetap efektif. Saat tatap muka langsung dengan guru (baik online dengan zoom meeting/ google meet ataupun offline bertemu di sekolah) siswa telah membawa pengetahuan awal. Metode sebelumnya, siswa tatap muka dengan guru, lalu pulang membawa tugas rumah. Dengan metode kelas terbalik, siswa diberikan materi terlebih dahulu di hari sebelumnya oleh setiap guru mata pelajaran. Saat bertemu guru (offline ataupun online), digunakan untuk pembahasan, diskusi, eksperimen, pendalaman materi belajar, dan kegiatan kolaboratif yang dapat memadukan beberapa unsur mata pelajaran.
Anak-anak di kelas akan memperoleh banyak sumber belajar yang diakses melalui internet. Di sini siswa belajar mandiri tidak terbatas ruang dan waktu, memperluas sumber belajar selain guru atau perpustakaan sekolah. Di sini peran guru sebagai tutor yang membimbing agar semua peserta didik terlibat aktif dalam pemanfaatan teknologi yang diterapkan dalam Blended Learning tersebut. Kolaborasi atau keterampilan bekerjasama sangat diperlukan agar metode ini berhasil. Metode Blended Learning, setidaknya membuat pembelajaran menjadi lebih teratur jika disusun dengan penjadwalan yang baik. Karena tujuan blended learning untuk mengkombinasikan berbagai bentuk keunggulan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara virtual atau online.
Bagaimana meracik menu belajar agar efektif? Pertama, menyusun jadwal yang sesuai dengan media yang akan digunakan untuk mengirimkan menu belajar asinkron. Dapat dengan grup whatsapp, Google Classroom, ClassDojo atau aplikasi serupa. Menu belajar dapat berupa textbook, gambar, foto, video pembelajaran, slide, dan lain sebagainya. Pembelajaran asinkron ini tidak terikat waktu. Siswa dan orangtua yang mendampingi belajar dapat membuka pesan di waktu yang berlainan, di tempat yang berbeda-beda.
Kedua, tim pengajar dalam satu level kelas, secara rutin berkolaborasi menyusun menu belajar, saling mendukung tema yang sedang berjalan. Kerjasama antar guru kelas dengan guru mata pelajaran, menjadi penting dan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga akhir tema nanti siswa dapat menghasilkan sebuah portofolio siswa (project) yang melibatkan beberapa unsur mata pelajaran.
Ketiga, memanfaatkan waktu saat pertemuan langsung dalam praktik di kelas, jika harus sinkronus dengan zoom meeting, skenario dibuat menyerupai ruang kelas yang sesungguhnya. Mulai dari diskusi, presentasi, hingga refleksi.
Kita pendidiklah yang memegang manajemen kelas agar menjadi efektif dan efisien, tidak terlalu membebani siswa dengan Pekerjaan Rumah (PR) yang sangat banyak apalagi tanpa penjelasan pengarahan. Saat inilah justru waktu yang tepat memberikan challenge baru untuk anak didik kita. Selamat bertugas dan mari terus belajar kawan-kawan pendidik semua, semoga kita senantiasa diberikan kemudahan membersamai generasi emas kita. Terima kasih.
Dwi Rakhmawati
Pendidik di SD Al Firdaus Surakarta
Mahasiswa Pascasarjana UIN Surakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
