Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image VERA YULIA HARMAYANTHI

TANTANGAN GURU CERDAS GURU PEDULI DI MASA PANDEMI

Guru Menulis | Monday, 11 Oct 2021, 01:25 WIB
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pemanfaatan ELC Study Zone untuk Siswa SMK Setia Karya, Depok (Sumber: Penelitian Dina Anggriana, Mahasiswa STKIP Kusumanegara, 2021).

Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar atau melihat kata cerdas dan peduli?. Tentu akan banyak kemungkinan di sana. Kedua kata, jika mengacu kepada kamus bahasa Indonesia menunjukkan kelas kata berbeda. Kata cerdas memberikan keterangan akan perkembangan akal budi – berpikir, mengerti sebagai bentuk ketajaman berpikir seseorang. Sementara, kata peduli merupakan kata kerja sebagai bentuk aktivitas mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan terhadap sebuah keadaan.

Artinya, kata cerdas dan peduli yang melekat pada kata guru sudah tentu memberikan penjelasan akan sosok guru itu sendiri. Sosok yang memiliki ketajaman berpikir dan memberikan perhatian terhadap sebuah keadaan tertentu. Ketajaman berpikir sudah selayaknya menjadikan guru peka terhadap berbagai kejadian yang sedang berlangsung. Hal itu secara khusus adalah keberlangsungan proses belajar mengajar yang menjadi aktivitas kesehariannya. Masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Seorang guru di masa pandemi dituntut untuk memiliki kompetensi yang mampu beradaptasi dengan keadaan yang tak biasa berkepanjangan. Kondisi itu pada akhirnya memunculkan budaya baru yang memindahkan keberlangsungan proses belajar mengajar dari ruang nyata ke dalam ruang virtual.

Kedua ruang yang berbeda, tentu saja memiliki tantangan kompetisi yang berbeda bagi guru. Kelas virtual hadir dengan memanfaatkan beragam bentuk peranti komputer dan elektronik selular atau diistilahkan ‘gawai’ yang terkoneksi dengan jaringan internet sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi. Tantangan di ruang virtual menjadikan guru harus mampu berkompetisi dengan beragam jenis peranti dan gawai untuk menciptakan kepraktisan dalam berkomunikasi. Komunikasi diciptakan dan dibangun secara praktis dengan pemanfaatan teknologi komunikasi tersebut dalam proses belajar mengajar di ruang virtual.

Guru harus mampu menciptakan dan membangun kompetisi yang sehat bersama siswa di ruang virtual. Tantangan guru cerdas guru peduli di ruang virtual adalah cerdas membangun komunikasi dan peduli membangun kedekatan dengan siswa. Artinya, rasa nyaman dan kedekatan komunikasi dalam proses belajar mengajar harus dapat dirasakan bersama. Guru dan siswa walau berada di tempat berbeda namun mereka tetap merasakan berada di ruang yang sama, yaitu ruang virtual bersama guru yang selalu dirindukan kehadirannya.

Sosok guru menjadi sandaran siswa untuk mendapatkan kenyamanan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam menggali pengetahuan. Latihan dan tugas yang diberikan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan dan melelahkan bagi siswa. Sebaliknya, siswa merasakan kesenangan tersendiri ketika mengerjakan tugas ataupun latihan yang diberikan. Pertanyaannya, bagaimana cara menjawab tantangan kompetisi guru cerdas guru peduli tersebut?. Betul! Kuncinya adalah kreatif. Guru harus mampu mengembangkan bahan ajar dalam rencana pengajaran sesuai karakter kelas. Ciptakan beragam bahan ajar dengan mengangkat tema yang siswa sukai, dekat dengan keseharian mereka, dan menjadi tren di masanya, sehingga bahan ajar tampak dinamis dan tidak monoton.

Teknologi komunikasi menghadirkan banyak pilihan aplikasi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan secara gratis, praktis dan maksimal. Contohnya, aplikasi wattpad untuk mengasah keterampilan menulis dengan merangkai cerita, situs ELC study zone untuk latihan membuka wawasan grammar atau tata bahasa Inggris, serta masih banyak pilihan aplikasi teknologi komunikasi lainnya yang dapat dimanfaatkan keberadaannya. Aplikasi maupun situs tersebut tentu saja dipilih yang dapat dijangkau atau diakses dengan mudah melalui koneksi jaringan internet dan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang diinginkan.

Guru cerdas guru peduli selalu memperkaya diri dengan pengetahuan baru. Ia akan aktif membagikan pengetahuan baru yang telah diperolehnya kepada guru lain yang memerlukan. Selain itu, ia akan mengaplikasikan pengetahuan barunya itu ke dalam proses belajar mengajar bersama siswa di ruang kelas virtualnya. Rasa peduli terhadap siswa yang mengalami kesulitan ataupun kendala dalam menghadapi kedinamisan bahan ajar, menjadikannya mencari cara untuk dapat mengatasinya bersama.

Penghargaan dan apresiasi akan ia sematkan bagi siswa berprestasi, yaitu siswa yang mampu melihat, menangkap, dan mengingat tantangan kompetisi yang telah dilakukan dan diberikan oleh gurunya di ruang kelas virtual. Interaksi komunikasi secara sehat terbangun dua arah antara guru dan siswa. Guru bersama siswa, keduanya pada akhirnya mampu berkompetisi menghadapi dunia virtual yang cenderung berubah secara cepat seiring perkembangan teknologi.

Pandangan Khurshed Batliwala dan Dinesh Ghodke sebagai guru seni meditasi sekaligus penulis asal India ini, turut menegaskan bahwa kata cerdas yang terhubung dengan kecerdasan tidak hanya cukup menyatukannya dengan pikiran dan ingatan. Ketiganya dapat melibatkan tujuh tingkatan elemen lainnya, yaitu tubuh, napas, pikiran, memori, akal, ego, dan diri yang harus terpelihara dengan baik. Keterangan cerdas dan aktivitas peduli yang melekat pada guru tentu mencerminkan keberadaan tujuh tingkatan tersebut. Hal itu sebagai cara mengatasi tantangan kompetisi di masa pandemi, yaitu dengan menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan di ruang kelas virtual.

Selain itu, Brian Tracy – seorang motivator pengembangan diri dari Amerika memberikan pandangan bahwa untuk menjadi cerdas, pikiran harus terhubung dengan tindakan agar mencapai kesuksesan atau keberhasilan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerdas sebagai ketajaman berpikir dalam konteks ini bukan hanya masalah IQ atau nilai, akan tetapi cerdas adalah diperlihatkan dengan cara bertindak melalui aktivitas peduli. Aktivitas tersebut menjadikan seorang guru dekat dengan siswanya. Guru mengetahui hal-hal apa yang diinginkan, dipikirkan, dan dirasakan oleh siswanya di ruang kelas virtual. Oleh sebab itu, marilah menjadi guru cerdas guru peduli. Guru yang mampu menghilangkan berbagai bentuk tekanan dalam proses belajar mengajar dengan menciptakan kenyamanan dan kedekatan. Sehingga para siswa akan berkata, “aku rindu kehadiran guruku di ruang kelas virtual”.(VY Harmayanthi)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image