Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yuli Widyaningsih

Karakter Pancasila dalam Kolaborasi PjBL dan Edutech

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 12:32 WIB
https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/256/makna-pancasila-sebagai-pandangan-hidup-ketahui-isi-dari-kelima-butirnya.html

TEMA: Guru Hebat Bangsa Kuat

SUBTEMA : Efektivitas Pembelajaran Daring Kala Pandemi

Karakter Pancasila dalam Kolaborasi PjBL dan Edutech

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman, budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Keberagaman sosial budaya ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan,seperti konflik dan masalah lainnya. Untuk itu antar masyarakat sangat perlu hidup harmoni dengan menjaga kerukunan,senantiasa bertoleransi, saling menghormati antar masyarakat serta saling bekerja sama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

Para pendiri bangsa sepertinya telah lama menyadari bahwa tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pasca kemerdekaan akan sangat sulit dan kompleks. Sehingga diperlukan sebuah pedoman hidup bagi bangsa dan negara. Pancasila sebagai ideologi, dasar negara, serta pedoman hidup bangsa Indonesia telah mencakup nilai nilai luhur budaya bangsa yang bersifat holistik, integral, dan komprehensif. Namun sayangnya, harus diakui bahwa nilai nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila mulai tergerus oleh arus globalisasi yang tumbuh begitu cepat. Masalah tersebut diperparah dengan adanya Pandemi Covid-19 yang sangat berdampak dalam mengubah kebiasaan masyarakat tidak terkecuali peserta didik yang akhirnya harus merasakan sekolah dari rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dalam surat edaran No 4 Tahun 2020 Mendikbud, Nadiem Makarim menyebutkan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk peserta didik. Namun hal ini tidak sejalan dengan orang tua murid. Berbagai permasalahan muncul hingga efektivitas PJJ dipertanyakan.

Dalam Talk-show memperingati Hari Pendidikan Nasional (5/5/2021), Nadiem Makarim mengatakan, efektivitas PJJ dimasa pandemi menurun. Tidak hanya di Indonesia, efektivitas PJJ juga menurun di seluruh dunia. Hal tersebut ia dapatkan dari berbagai laporan adanya kendala dari metode PJJ yang diterapkan selama pandemi.

Menjawab tantangan tersebut seyogyanya guru sebagai pendidik membuka kembali semboyan pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang tiga asas pendidikan. Seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik (Ing Ngarso Sung Tuladha ) terutama dalam penerapan enam profil pelajar Pancasila. PJJ memberikan kesempatan banyak untuk sesama guru bermusyawarah, saling membantu satu sama lain. Banyak guru tidak memahami Edutech yang sebenarnya sangat membantu digitalisasi sekolah sehingga proses belajar menjadi lebih efektif, transparan dan terukur.

Aplikasi Edutech seperti, Gredu, Classroom membantu guru membuat sistem manajemen sekolah, KBM, hingga administrasi. Layanan yang disajikan pun cukup variatif, mulai dari penjadwalan, presensi, pembuatan rencana pembelajaran nilai, absensi, rapot hingga platform evaluasi belajar. Sistemnya sangat fleksibel dapat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang digunakan oleh sekolah. Selain itu pemanfatam aplikasi edutech melibatkan orang tua untuk mengetahui perkembangan anaknya secara real time dengan melakukan evaluasi melalui forum diskusi. Diskusi ini sangat penting bagi karakter siswa, karena melalui diskusi mereka melakukan kolaborasi. Kolaborasi merupakan kunci kesuksesan untuk kegiatan pembelajaran dari rumah ini. Dengan melibatkan guru, orang tua dan siswa mereka melakukan komunikasi yang baik untuk membahas kendala selama belajar.

Guru harus menciptakan prakasa dan ide (Ing Madya Mangun Karsa). Ada beberapa metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru dalam pendidikan Indonesia, namun metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) menjadi sangat relevan di kala pandemi covid-19 ini. Selain program ini menerapakan Profil Pelajar Pancasila, diharapkan dengan PjBL peserta didik mampu menciptakan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar. Karena tidak sedikit peserta didik yang mengeluh stres, bosan, dan bingung. Siswa secara konstruktif akan melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan berbobot, nyata, dan relevan. Proyek ini melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat. Disini guru harus menciptakan prakasa dan ide dengan mengemas materi semudah mungkin menjadi sebuah proyek yang akan dibuat peserta didik. Guru memiliki banyak ide dari keberagaman budaya Indonesia seperti gotong royong, permainan tradisional, dll. Contohnya proyek membuat Layang-Layang untuk kelas 3 SD yang sudah mencakup beberapa materi pada mata pelajaran, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, dan PPKN.

Guru harus memberikan dorongan dan arahan (Tut Wuri Handayani). Ada beberapa yang harus diperhatikan agar PJJ bisa efektif, yaitu mengenai tantangan PjBL yang memerlukan kejujuran dan displin tinggi dari peserta didik. Pembelajaran ini harus diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang menuntut psikomotorik maupun aktivitas yang bervariasi. Guru harus memberikan dorongan dan arahan agar peserta didik mampu melatih kemampuan berpikir kreatif; dan mengembangkan gagasannya.

Sekiranya pemangku kepentingan mau berkolaborasi membangun sistem Edutech yang sesuai dengan PjBL rasanya tantangan mengenai efektivitas PJJ mampu terjawab. Sudah saatnya pemerintah menggandeng Edutech menyempurnakan program yang telah ada dengan psikologis peserta didik selama pandemi Covid 19. Tentunya didasari oleh enam pilar pelajar Pancasila agar generasi muda tidak lupa akan nilai nilai luhur bangsa yang sudah ada sejak dahulu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image