Sisi Positif Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid 19
Guru Menulis | 2021-10-10 09:26:16Sisi Positif Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid 19
Diyah Kartika Dewi
Email: [email protected]
Ig: @diyah_kartikadewi
Fb: Diyah Kartika
Twitter: @diyahkartika79
Pembelajaran daring akibat pandemi Covid 19 masih diterapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hambatan-hambatan yang dihadapi saat pembelajaran daring sangat beragam. Pemahaman yang kurang bahkan salah menimbulkan seseorang berada pada titik jenuh akibat berbagai pembatasan gerak. Melihat fenomena yang terjadi, ada ketidakselarasan dalam mencapai tujuan pendidikan. Perlu diingat bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan anak pintar tetapi juga harus memiliki kualitas sumber daya berakhlak mulia. Membentuk karakter anak pintar dan baik tidak bisa dibebankan kepada guru saja tetapi harus ada kerja sama dengan orang tua. Pandangan yang salah dan diyakini oleh sebagian besar orang tua menganggap bahwa pihak yang bertugas untuk menjadikan anaknya pintar dan berkelakukan baik adalah sekolah. Yang perlu direnungkan bahwa orang tua memangku tanggung jawab tumbuh kembang anak. Orang tua/keluarga sejatinya menjadi lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan karakter.
Pada kenyataannya sekarang ini, dengan pembelajaran daring keberadaan anak sepenuhnya di rumah. Rumah sebagai tempat aktivitas belajar dan bermain. Mengambil sisi positif dari pandemi Covid 19 perlunya family engagement dalam proses belajar anak. Pentingnya dukungan kerja sama dan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua dalam mendampingi anak saat pembelajaran. Ketika guru mengalami keterbatasan waktu, ruang dan gerak akhirnya hanya bisa menyampaikan materi tanpa berpraktik, maka yang dibutuhkan dalam mendampingi anak belajar adalah kehadiran orang tua. Orang tualah guru di rumah. Orang tua tidak bisa begitu saja pergi bekerja dan meninggalkan anak tanpa beban moral. Orang tua harus menyempatkan waktunya mendampingi mereka belajar. Dengan membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak diyakini dapat memberi modal keberhasilan anak dalam belajar dan juga dapat meminimalisir perilaku menyimpang. Perhatian dari orang tua akan menjadikan anak berpikir lebih tentang dampak negatif ketika ingin melakukan perilaku menyimpang.
Menurut penulis terdapat empat cara membangun hubungan harmonis antara orang tua dan anak dalam meningkatkan motivasi belajar saat pembelajaran daring yaitu pertama, orang tua membantu anak mengatur waktu belajar, waktu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, dan waktu bermain. Orang tua diharapkan memberikan kelonggaran dalam melaksanakan kegiatan tersebut dengan tidak memberikan intervensi yang berlebihan. Dalam hal ini orang tua berusaha memberikan kepercayaan agar anak belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu. Kedua, orang tua memberikan arahan hingga anak mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik. Orang tua harus bisa memposisikan dirinya sebagai teman belajar artinya siap saat anak merasa kebingungan dalam menyelesaikan tugas pelajaran. Ketiga, orang tua harus memberikan rasa nyaman ketika mendampingi anak dalam belajar. Kesabaran orang tua dalam hal ini diuji. Dengan kesabaran orang tua, anak merasa nyaman dan bisa kembali fokus untuk belajar. Keempat, sebelum memulai belajar orang tua sudah memastikan kebutuhan anak terpenuhi seperti sarapan pagi dengan gizi yang seimbang dan istirahat yang cukup bagi anak. Dengan kebiasaan sarapan pagi dan istirahat yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak. Setelah konsentrasi belajar terwujud diharapkan prestasi juga meningkat. Dengan demikian, keempat langkah di atas berguna untuk membangun kesadaran anak terhadap kebutuhan belajarnya sendiri. Dengan terbentuknya kesadaran tersebut diyakini terdapat perubahan perilaku menjadi lebih baik dan bertanggung jawab dalam mencapai prestasi.
#guruhebatbangsakuat
#orangtuaguruhebat
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.