Pandemi dan Potret Dunia Pendidikan: Pentingnya Penanaman Karakter dan Sikap
Guru Menulis | 2021-10-09 20:09:45Pandemi dan Potret Dunia Pendidikan: Pentingnya Penanaman Karakter dan Sikap
Covid-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada 31 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Sedangkan kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020 (dikutip dari https://id.wikipedia.org/ pada 09-10-2021). Dan sejak itu pula sendi-sendi kehidupan dunia mulai berubah. Perubahan terjadi di beberapa sektor kehidupan, ekonomi, pola hidup, peribadatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Salah satu perubahan sektor kehidupan yang hingga saat ini masih menjadi sorotan adalah sektor pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu tonggak kemajuan Bangsa dan Negara. Akibat pandemi ini dunia pendidikan banyak mengalami metamorfosis hingga beberapa level, dan yang sangat tampak di depan mata adalah pelaksanaan pembelajaran daring hingga saat ini, PSBB, PPKM, sistem Daring dan PTM, PTM genap-ganjil dan seterusnya. Semua itu dilakukan dalam rangka mencegah laju tersebarnya Covid-19 dan demi keberlangsungan kehidupan dan pendidikan.
Beberapa perubahan yang tampak dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran sistem daring masih dilaksanakan hingga hari ini, walaupun sistem luring; ganjil-genap, masuk per-jenjang kelas juga sudah menjadi salah satu opsi optimalisasi pendidikan. Namun, pembelajaran daring banyak merubah sistem pendidikan; memaksa guru melek teknologi, memaksa orang tua menyediakan fasilitas pembelajaran daring, walaupun dengan kondisi terpaksa, menyulap orang tua menjadi seorang guru seketika, menjadikan rumah sebagai sekolah dan mendorong seorang guru agar kreatif dan inovatif dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efesien.
Sistem pembelajaran daring juga menjadi alasan perampingan dan penyederhanaan kurikulum. Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim mengatakan âyang paling penting bagi siswa adalah keikutsertaan dalam proses pembelajaran, materi tidak harus tuntasâ, sebagaimana ditulis oleh Gita Amanda dalam https://www.republika.co.id/ pada Kamis 28 Mei 2020. Kurikulum tidak harus tuntas yang terpenting peserta didik bisa ikut serta dalam pembelajaran. Akibat pandemi ini pula, Kementrian Agama memetakan materi esensial dan no esensial bagi Madrasah. kebijakan itu pula yang diusung Kemendikbud sesuai Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020. Apabila materi tidak tuntas, tentu akan sangat merugikan peserta didik, sehingga dalam kondisi ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawal keberlangsungan pendidikan. Potret pendidkan seperti ini tidak hanya terjadi di sekolah saja, namun juga terjadi di dunia universitas.
Keberlangsungan pendidikan di masa pandemi juga bergantung pada ketersediaan media; seperti Handphone, komputer, internet dan paket data. Rupanya akibat tidak tersedianya media yang memadai, banyak peserta didik yang tidak bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal, sebagaimana banyak terjadi di pedesaan yang lemah koneksi internet dan peserta didik yang berasal dari keluarga kurang mampu. Keadaan ini merupakan salah satu potret ketimpangan dalam dunia pendidikan, antara perkotaan dan pedesaan, antara yang mampu dan yang kurang mampu. Sehingga kehadiran pemerintah berupa fasilitas seperti bantuan kuota dan internet akan sangat membantu keberlagsungan pendidikan dalam mengatasi ketimpangan pendidikan.
Potret dunia pendidikan tersebut harus disikapi sebaik mungkin oleh semua pihak; pemerintah, orang tua, guru dan peserta didik. Pemerintah tentu sudah melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi dan keberlangsungan dunia pendidikan, hadirnya berbagai forum diskusi, pelatihan dan pembinaan terhadap lembaga pendidikan dan guru sangat membantu optimalisasi pendidikan di masa pandemi. Guru sebagai mobilisator dan penggerak keberlangsungan pendidikan harus terus berinovasi dan berkreasi untuk menjadi ruh pendidikan serta menanamkan sikap pentingnya belajar dan berpendidikan kepada peserta didik. âMenjadikan mereka belajar lebih baik dari hanya sekedar membuat mereka mengerti suatu materiâ.
Tak terlepas dari tanggung jawab tersebut, kesadaran orang tua dalam membantu terlaksananya pembelajaran harus didasarkan pada sikap akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Kondisi apapun yang dialamai orang tua harus dijadikan sebagai sebuah tantangan dan ujian kehidupan yang harus terus diperjuangkan demi tegaknya generasi bangsa yang cemerlang di masa depan. Kondisi pendidikan; kesukaran, kesulitan dan ketimpangan pendidikan tentu dialami oleh semua lapisan masyarakat, sehingga harus disadari sebagai sebuah keniscayaan yang harus diselesaikan dengan inovatif dan bijak untuk mencapai sebuah kemudahan dan keberhasilan di masa-masa yang akan datang. âDibalik kesukaran, ada kemudahan yang sedang menantiâ (QS. Al-Insyirah: 5-6). Suatu sikap yang juga sangat penting dimiliki semua kalangan adalah sikap optimis dan berprasangka baik akan datangnya momentum terbaik dari hasil usaha maksimal.
#Guru Hebat Bangsa Kuat
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.