Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suhandoyo S

TERAPI TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SELAMA MASA WABAH CORONA

Guru Menulis | Thursday, 07 Oct 2021, 16:11 WIB

Pandemi Corona atau Covid-19 adalah media super bagus bagi Iblis untuk meluluhlantakkan semangat belajar siswa. Iblis-Iblis membisikkan rayuan halus kepada para siswa, “Tidak usah belajar, main game saja atau hepi-hepi sana dengan teman-temanmu! Kan gurumu tidak tahu. Jangan habiskan waktumu untuk belajar! Belum tentu minggu depan, bulan depan atau tahun depan ada waktu free seperti sekarang.”

Tidak sedikit siswa yang termakan hasutan Iblis. Di grup WA guru, senantiasa ada keluhan dari Bapak Ibu guru tentang adanya siswa yang tidak rajin mengikuti pelajaran daring. Bahkan ada siswa yang belum pernah mengikuti pelajaran sama sekali padahal pembelajaran sudah berjalan dua minggu. Keluhan lainnya adalah banyak siswa terlambat mengirimkan pekerjaannya serta rendahnya kualitas jawaban.

Menghadapi problema siswa seperti ini, guru yang bijak tidak boleh menyalahkan siswa apalagi sampai memarahinya. Bisa-bisa siswa akan berhenti sekolah karena dimarahi. Harus diingat, siswa merupakan aset bangsa di masa mendatang. Apa yang akan terjadi pada negara ini ke depan jika generasi mudanya ramai-ramai putus sekolah sehingga berpendidikan rendah.

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di tengah pandemi, penulis menerapkan aneka terapi. Yang pertama dengan menimbulkan fibrasi positip melalui perkataan seperti, “Pagi ini saya siap beraktivitas dan belajar karena Allah” atau “ Alhamdulillah pagi ini saya sehat , saya akan gunakan karunia ini untuk belajar dengan sungguh-sungguh demi mengejar cita-cita.” Ketika pembelajaran daring, fibrasi positif itu dikirim ke grup-grup kelas sedangkan saat tatap muka diucapkan di depan kelas untuk ditirukan semua siswa.

Terapi kedua melalui sugesti positip. Terdapat dua jenis sugesti yaitu autosugesti dan heterosugesti. Autosugesti merupakan sugesti yang datang dari diri sendiri misalnya cita-cita yang kuat untuk menjadi dosen. Heterosugesti berarti sugesti yang diberikan oleh orang lain, misalnya sugesti yang diberikan guru kepada siswa-siswinya. Terkait hal ini penulis selalu tekankan pada siswa bahwa di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin asal mau berusaha keras. Siapapun akan menjadi pandai asal mau belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun pantang menyerah.

Terapi ketiga dengan membentuk mindset belajar karena Allah. Di awal setiap pembelajaran sesudah berdoa, guru mengingatkan siswa untuk niat belajar karena Allah. Di dalam Al Qur’an Allah berfirman akan mengangkat derajad orang yang berilmu dan beriman. Dengan kata lain Allah sangat menganjurkan kepada setiap orang untuk menuntut ilmu. Jadi dalam belajar, hati harus berniat memenuhi anjuran Allah. Niat belajar karena Allah akan membuat pikiran tenang dan jernih sehingga materi pelajaran akan mudah terserap ke dalam otak.

Terapi yang keempat adalah dengan mengajak siswa melakukan senam otak. Hal ini penulis lakukan karena senam otak mengandung banyak manfaat. Di antara manfaatnya yakni meningkatkan fokus, secara aktif meningkatkan potensi dan keterampian yang dimiliki siswa, memungkinkan belajar tanpa stress dan meningkatkan kepercayaan diri. Fokus yang tinggi dalam belajar, meningkatnya potensi diri, kepercayaan diri, dan kondisi tanpa stress tentu dapat memaksimalkan hasil belajar.

Senam otak ada banyak macam. Sekedar contoh di sini disampaikan satu macam saja yakni senam otak Batu Jempol dan Batu Kelingking. Tata caranya sebagai berikut. Pertama-tama tangan kanan dikepalkan dengan menyisakan jari jempol sedangkan tangan kiri dikepalkan dengan menyisakan jari kelingking. Pada gerakan kedua dilakukan rotasi gerakan, tangan kanan dikepalkan dengan menyisakan jari kelingking sedangkan tangan kiri dikepalkan dengan menyisakan jari jempol. Usai gerakan kedua, kembali dilakukan gerakan pertama. Begitu seterusnya bergantian, mula-mula rotasi gerakan dilaksanakan secara perlahan lalu sedikit demi sedikit ditambah kecepatannya.

Terapi lain yang tidak kalah pentingnya dengan senam otak yaitu Ice breaking atau disebut juga “Memecah Es”. Bentuknya berupa aktivitas kecil di sela-sela kegiatan untuk mengembalikan lagi semangat, rasa nyaman, akibat kejenuhan setelah lama melakukan aktivitas. Berikut ini contohnya.

Guru berkata kepada siswa kalau akan memberi perintah.

1. Perintahnya adalah dengarkan perintah saya, saya ulangi lagi dengarkan perintah saya

2. Siswa diperintah mengangkat kedua tangannya dan guru mengangkat kedua tangannya

3, Siswa yang tangannya bergerak tidak konsentrasi karena perintahnya hanya dengarkan saja

Ice Breaking terbukti membuat siswa fresh dan semangat belajar kembali. Karenanya Ice Breaking patut dilaksanakan dalam pembelajaran tatkala siswa sudah nampak lelah dan jenuh, terlebih di masa pandemi apalagi pembelajaran daring virtual via zoom atau meet.

Terapi berikutnya terkait dengan pemberian tugas. Selama pandemi jumlah jam pelajaran untuk semua mata pelajaran dikurangi termasuk bidang studi biologi yang penulis ampu. Metode pemberian tugas menjadi pilihan guna menuntaskan materi. Agar siswa tidak merasa terbebani saat diberi tugas, penulis menyampaikan dengan menggunakan kata-kata yang “menghinoptis”. Berikut penulis sampaikan contoh kata-kata hinoptis dalam pemberian tugas.

“Pembelajaran hari ini cukup sampai di sini. Saya do’akan kalian semua sehat dan sukses selalu. Saya percaya kalian akan dapat menggapai cita-citamu dengan semangat belajar yang tinggi seperti hari ini. Agar pengetahuan kalian menjadi lebih luas, ada sedikit tugas ni, silakan dicatat! Silakan pilih, hasil pengerjaan tugas dikumpulkan besuk lusa apa minggu depan?” Tentu anak-anak akan memilih minggu depan dan akan senang hati mengerjakan tugas karena merasa keinginannya dituruti.

Demikianlah terapi yang penulis terapkan dalam pembelajaran selama pandemi Covid-19 dan terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Anak-anak menjadi rajin mengikuti pelajaran dan wajahnya penuh keceriaan.

#GuruHebatBangsaKuat

Penulis: Suhandoyo, S.Pd.

HP. 085100708680

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image