Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathin Robbani Sukmana

Ke mana Arah Pendidikan Pasca PTM Terbatas?

Info Terkini | Saturday, 25 Sep 2021, 23:02 WIB
Ilustrasi Belajar di Kelas || Sumber : Pixabay.com

“Sekolah tatap muka akan dimulai Senin.”

Itulah salah satu pesan di Grup WA sekolah adik saya, pengumuman dimulainya sekolah beberapa waktu lalu disambut baik oleh banyak orang tua. Karena banyak anak-anak yang mulai jenuh dan meninggalkan pelajar saat belajar daring.

Jika melihat survei di beberapa media, lebih dari 70% orang tua setuju dengan diselenggarakan kembali pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Bahkan permintaan sekolah tatap muka sudah banyak disampaikan sejak awal 2021 lalu.

Selama pembelajaran daring, banyak ditemukan dinamika yang cukup rumit bagi orang tua, apalagi seperti keluarga saya. 3 orang yang berstatus sebagai pelajar. Sehingga orang tua saya sempat kewalahan menghadapi berbagai macam tugas yang diberikan saat pembelajaran daring.

Itu baru di keluarga saya, belum lagi di keluarga lain yang sangat membutuhkan alat seperti HP, bahkan tidak sedikit siswa yang harus naik-turun gunung untuk mencari sinyal agar tetap mengikuti pembelajaran daring.

Strategi PTM Terbatas

Keputusan untuk melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau PTMT oleh kemendikbudristek merupakan langkah yang tepat, mengingat permasalahan sekolah daring di beberapa daerah cukup kompleks.

Memang, setiap keputusan pasti ada masalah yang baru. Seperti saat ini, banyak informasi tentang siswa yang terpapar covid, tidak siapnya penyelenggara pendidikan terhadap prokes yang ketat, hingga permasalahan pembagian belajar bagi ruang kelas yang terbatas.

Namun, kebijakan 25% siswa belajar di sekolah harus diapresiasi. Karena menurut saya, langkah ini bisa sedikit menyelesaikan masalah pendidikan. Apalagi sedikit membuat anak melupakan kesenangannya dalam bermain gadget.

Jika melihat di lapangan, contohnya yang dilakukan oleh sekolah adik saya yang kebetulan sekolah berlabel pemerintah menerapkan protokol yang cukup baik. Pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan strategi yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek.

Ada 4 metode strategi yang diterapkan dalam PTMP yaitu Praktik, Diskusi, Refleksi dan Umpan balik (Detik.com). Dengan 4 metode tersebut, murid tidak mudah bosan saat berada di kelas. Apalagi masuk sekolah saat ini terasa lebih berat, karena kebanyakan anak-anak saat masa pembelajaran daring “lebih dekat” dengan gadget.

Memang, tenaga pendidik sebagai garis terdepan membutuhkan tenaga dan cara berpikir yang lebih untuk melaksanakan strategi tersebut, ditambah harus memastikan prokes digunakan dengan baik. Tapi saya yakin semua pihak bisa mulai beradaptasi.

Lalu, peran orang tua dalam menerapkan strategi yang diputuskan oleh kemendikbudristek harus tetap ada, karena sejatinya dalam PTMT orang tua sangat berperan dalam kemajuan belajar anak di luar sekolah.

Berjalannya PTM Terbatas, bukan berati orang tua melepas perannya begitu saja, akan tetapi harus tetap maksimal berkolaborasi dengan guru di sekolah, khususnya anak-anak pada usia sekolah dasar dan menengah. Peran yang cukup besar dari menyiapkan perlengkapan sekolah anak, lalu prokes hingga memastikan kesehatan anak terjaga agar maksimal melakukan PTM Terbatas di sekolah.

Arah Pendidikan yang Lebih Baik

Di setiap kejadian, selalu ada dua sisi, sisi negatif dan positif. Tinggal kita memilih mau melihat dan percaya pada sisi yang mana, lalu ditindaklanjuti dengan sebuah tindakan. Begitu pula permasalahan pendidikan Indonesia di masa Pandemi, bahkan jauh sebelum Pandemi.

Di tengah carut-marut permasalahan prokes hingga gaji honorer, masih ada sisi positif yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Kemendikbudristek di dunia pendidikan. Contohnya adalah melakukan strategi dan inovasi dalam proses pembelajaran di masa pandemi.

Ada beberapa hal yang saya lihat akan menjadi tanda bahwa arah pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih baik, khususnya dengan adanya PTM Terbatas dan mungkin setelah pandemi hilang dari muka bumi.

Misalnya adalah anak-anak tidak perlu menghabiskan waktunya untuk belajar di sekolah, tidak hanya dengan duduk dan mendengarkan guru saja. Mereka dilatih agar bisa berpikir dan bergerak untuk memecahkan masalah secara mandiri di luar bangku sekolah.

Mereka tidak perlu bosan duduk untuk mendengarkan, menulis tugas dengan menghadap papan tulis. Mereka bisa mengerjakan tugas di luar ruangan atau di rumah sehingga bisa menemukan beberapa solusi dari tugas mereka sendiri.

Selanjutnya, dengan adanya PTM Terbatas membuat para pelajar “dipaksa” untuk berkolaborasi dan menghilangkan ego. Lihat saja, jika yang sekolah hanya 25%, mereka akan lebih didorong untuk bertanya ke teman mereka dibandingkan kepada guru. Ini menjadi sebuah hal yang positif di dunia pendidikan.

Selama ini, dunia pendidikan kita selalu ditanamkan rasa ego yang tinggi. Mengejar nilai hingga peringkat. Tapi dengan terbatasnya tatap muka, mau tidak mau pelajar harus mencari informasi secara mandiri dan bertanya kepada teman-teman mereka.

Lalu terakhir, menghilangkan pola pikir pendidikan adalah tanggung jawab sekolah. Pola shifting di sekolah berdampak pada siswa tidak hanya belajar di sekolah. Tetapi juga belajar di rumah, ini membuat orang tua ikut bertanggung jawab dalam pendidikan anak.

Sinergitas antara guru dan orang tua akan terus terjalin, perlahan pola pikir pendidikan merupakan tanggung jawab sekolah dan guru akan hilang. Karena orang tua juga memiliki andil yang besar dalam menyukseskan pendidikan anaknya.

Semoga dengan adanya metode dalam PTMT serta pandemi ini, dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik bahkan menjadi yang terbaik.

Fathin Robbani Sukmana, Penulis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image