Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiffany Grace Alicia

Kontribusi Dokter Hewan pada Kesehatan Masyarakat, Apakah Ada?

Edukasi | 2024-12-23 18:59:25

Apabila kita tubuh kita merasa kurang sehat, kita akan pergi ke dokter. Apabila kita sedang sakit gigi, kita akan pergi ke dokter gigi. Nah, jika peliharaan kita yang sakit, ke manakah kita membawanya? Tentunya ke dokter hewan! Dokter hewan merupakan sebuah profesi yang mengkhususkan diri dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan penyakit, gangguan, dan cedera pada hewan. Akan tetapi, benarkah peluang kerja dokter hewan itu sebatas praktik klinis saja? Tentu tidak! Dokter hewan juga berperan untuk menjaga kesejahteraan kehidupan manusia, loh. Hal ini merupakan tanggung jawab yang cukup besar.

Sebagai mahasiswa kedokteran hewan, saya menyadari bahwa masih lumayan banyak masyarakat di luar sana yang tidak mengetahui seberapa penting profesi dokter hewan dibandingkan profesi kedokteran lainnya, seperti kedokteran umum ataupun kedokteran gigi. Persepsi publik seringkali membatasi peran dokter hewan pada perawatan hewan peliharaan saja. Padahal, kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan di Indonesia juga dapat terwujud dengan peran dokter hewan, loh. Yuk simak secara detail di bawah ini!

Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga. sumber: rshp.unair.ac.id

1. Ujung Tombak Kesehatan Manusia

Bisa dibilang, dokter hewan adalah ujung tombak dari kesejahteraan dan kesehatan manusia. Mengapa? Jawabannya adalah keberadaan dokter hewan di garis depan dalam penanggulangan penyakit zoonosis. Zoonosis merupakan penyakit infeksius yang ditularkan dari hewan pada manusia, baik secara langsung maupun melalui vektor. Beberapa contoh dari zoonosis adalah flu burung, rabies, dan COVID-19 yang sempat menghebohkan dunia pada awal tahun 2020.

Dengan sistem One Health yang mengintegrasikan tenaga kesehatan dari berbagai sektor, dokter hewan turut mengambil peran di dalamnya. Dokter hewan bekerja sama dengan institusi kesehatan masyarakat untuk bertukar data dan melakukan analisis risiko bersama, memastikan intervensi yang tepat waktu untuk mengendalikan zoonosis sebelum menjadi semakin parah penyebarannya (Đurić dkk., 2024). Contoh nyata dari hal tersebut adalah pengetahuan seorang dokter hewan yang digunakan untuk memahami transmisi dan asal mula virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, yang membantu pengembangan vaksin dan obat antivirus yang efektif. (Pedroso dkk., 2020).

2. Ketahanan Pangan

Dalam UU No. 18/2012 tentang Pangan, disebutkan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya.

Sektor peternakan dunia terus bertumbuh dengan pesat, hal ini harus diimbangi dengan manajemen hewan ternak yang tepat. Dokter hewan berperan mengawasi kesehatan hewan ternak yang ada. Mereka mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit pada hewan-hewan tersebut. Menurut Hernandez dkk (2023), mereka juga harus menjamin sebuah praktik yang bisa memaksimalkan produktivitas hewan dengan kesejahteraan hewan tersebut. Apabila hewan ternak sehat, maka produk-produk hewani seperti susu, telur, dan daging menjadi baik kualitasnya dan dapat dikonsumsi dengan aman oleh masyarakat.

Bagaimana Komunikasi yang Baik Bisa Dilakukan oleh Dokter Hewan?

Setelah mengetahui peran penting dokter hewan di luar praktik klinis, wawasan kita tentunya menjadi lebih terbuka lagi tentang kontribusi dokter hewan dalam mewujudkan lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman. Namun, peran dokter hewan tentunya tidak bergantung pada kemampuan secara teknis saja. Agar mewujudkan hal-hal tersebut, seorang dokter hewan harus mampu untuk melakukan komunikasi kesehatan yang baik.

Ingatlah, tujuan utama yang kita inginkan adalah untuk membantu meningkatkan kesehatan para hewan. Penyampaian risiko kesehatan yang bisa mengancam para hewan dan bagaimana langkah-langkah pencegahan yang benar harus disampaikan menggunakan bahasa yang sekiranya mudah untuk dipahami. Bayangkan apabila kita terlalu fokus pada penjelasan menggunakan istilah-istilah medis dan bahasa yang rumit saat menjelaskan, apakah informasinya bisa diterima dengan baik? Tentunya tidak, karena tidak semua orang bisa mengerti. Maka, kita harus lebih fokus pada pendekatan yang bersifat edukatif dan empatik. Gunakan bahasa yang sekiranya sederhana dan mudah dicerna. Intonasi dan bahasa tubuh yang tepat juga penting agar klien yang kita hadapi bisa merasa nyaman dalam mempercayakan hewan mereka pada kita.

Selain dari itu, komunikasi yang efektif mampu membina lingkungan kerja yang positif. Sebagai seorang dokter, kita pasti akan terus bekerja sama dengan rekan-rekan sejawat. Perlakukanlah rekan sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan. Sikap saling menghormati dan saling berbagi pengetahuan dengan satu sama lain akan membangun relasi yang baik dan dapat memaksimalkan pengetahuan dalam perawatan pasien. Semua ini pada akhirnya akan dapat membuat kita menjadi seorang dokter yang kompeten, empatik, dan rendah hati dalam menangani pasien.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image