Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Yuwono

Melalui Transformasi Digital, Perusahaan Sawit Mampu Tingkatkan Profit Tanpa Harus Ekspansi Lahan

Bisnis | Sunday, 22 May 2022, 15:54 WIB
Penggunaan aplikasi digital EPCS di perkebunan kelapa sawit (www.ekomoditi.id)

Produksi minyak sawit global didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini, bersama-sama menyumbang sekitar 85 hingga 90 persen dari total produksi minyak sawit global. Dalam jangka panjang, permintaan global akan minyak sawit menunjukkan tren yang meningkat sejalan dengan peningkatan populasi global yang meningkatkan konsumsi produk makanan dan kosmetik yang mengandung jenis bahan yang berasal dari minyak sawit.

Namun, ekspansi besar-besaran perkebunan kelapa sawit diklaim terkait dengan deforestasi, perpindahan habitat alami, dan disalahkan sebagai penyebab polusi udara terkait kabut asap di kota-kota Asia Tenggara. Ia juga telah dianggap sebagai kontributor utama pemanasan global melalui tanah gambut kaya karbon dan lahan basah yang konon digunakan untuk budidaya kelapa sawit.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia telah menyadari hal tersebut. Moratorium lahan telah diterapkan, terutama di lahan gambut dan hutan hujan. Namun dalam praktiknya, penekanan terlalu sering ditempatkan pada menemukan solusi untuk masalah parsial.

Upaya tersebut kurang mempertimbangkan aspek jangka panjang dan tidak mencerminkan pembangunan berkelanjutan dari rantai pangan agro yang menuntut transparansi data dan informasi. Oleh karena itu, penting untuk ditekankan bahwa semua upaya harus lebih berorientasi pada pemangku kepentingan untuk mengadopsi teknologi baru sebagai pilihan dan nilai.

Tantangan keberlanjutan dan ketertelusuran

Chief Executive Officer dari PT eKomoditi Solutions Indonesia, Ferron Haryanto, berpendapat bahwa tanpa melakukan transformasi digital ditentunya tidak mudah bagi produsen sawit untuk merealisasikan permintaan tersebut mengingat kompleksnya arus bisnis sawit yang melibatkan jutaan orang.

Ketika perusahaan mengambil keputusan untuk mengadopsi teknologi baru, mereka harus mempertimbangkan dua faktor penting, yaitu tantangan keberlanjutan dan tantangan keterlacakan. Mereka menghadapi masyarakat global yang menuntut transparansi dan pasar global yang sangat kompetitif.

“Faktanya, proses produksi minyak sawit dari hulu hingga hilir merupakan pengelolaan big-data yang tidak mungkin diselesaikan tanpa proses digitalisasi yang melibatkan kecerdasan buatan, sistem otomasi, dan analitik prediktif yang canggih. Sedangkan ketertelusuran menuntut tersedianya data yang lengkap mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, hingga pengolahan hingga produk turunannya,” katanya.

Temuan fakta di lapangan perkebunan kelapa sawit

Dalam praktik pengelolaan konvensional, terdapat beberapa ketidaksesuaian dan ketidaktepatan dalam pelaksanaan operasi perkebunan. Praktik konvensional akan menghambat kinerja perusahaan dan jauh dari efisiensi waktu dan biaya.

PT eKomoditi Solutions Indonesia yang berfokus pada pengembangan software aplikasi kelapa sawit menemukan fakta-fakta yang kerap terjadi di lapangan perkebunan kelapa sawit, antara lain:

1. Pekerja hantu

Skema ghost-worker dilakukan oleh pegawai penggajian yang membuat identitas palsu yang dilengkapi dengan identitas palsu atau memberikan pembayaran kepada pegawai yang telah mengundurkan diri atau pensiun, kemudian mengalihkan pembayaran kepada diri mereka sendiri.

2. Buah-buahan sisa yang tidak terpantau

Sisa buah terjadi pada tandan buah segar (TBS) dalam penanganan material, mulai dari TBS yang jatuh saat dipanen, pemuatan hingga ke bak truk, dan pengangkutan dari lapangan ke jalur muat. Buah sisa yang tidak terpantau dengan baik menyebabkan kerugian yang signifikan.

3. Tandan hantu

Ghost Bunches mengacu pada ketidaksetaraan dalam jumlah produksi buah di lapangan dan di pabrik. Ghost Bunches termasuk di antara banyak aspek yang mempengaruhi hasil (EOR) dan menyebabkan kerugian yang signifikan.

4. Penggunaan material yang tidak terkontrol

Penggunaan bahan pupuk atau herbisida yang tidak terkontrol akan berdampak pada anggaran operasional. Pengendalian penggunaan material diperlukan untuk memastikan penyediaan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan dalam anggaran minimum dan menghindari investasi yang berlebihan dalam persediaan.

5. Laporan keterlambatan kegiatan

Tandan buah segar harus segera dikirim ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah dipanen. Melakukan hal tersebut akan menghasilkan hasil dan kualitas produksi CPO yang lebih tinggi. Semakin cepat buah dihancurkan maka semakin sedikit FFA yang terbentuk maka semakin baik rendemen dan kualitas CPO.

6. Pemilahan buah yang tidak terkontrol

Grading adalah kegiatan pemilahan tandan buah segar sebagai salah satu pengendalian produksi baik secara kuantitas maupun kualitas. Kegiatan grading dilakukan di loading ramp station dengan melakukan pemilahan tandan buah segar sesuai dengan kriteria dan standar grading yang telah ditetapkan.

7. Waktu dan lokasi kerja tidak terpantau

Kesalahan lokasi penugasan akan berdampak pada pemeliharaan dan laporan penugasan pekerjaan. Perusahaan membutuhkan layanan pemetaan geolokasi untuk memantau aktivitas di lapangan dan melacak karyawan yang bergerak.

Praktik pengelolaan terbaik akan merampingkan proses yang kompleks ini, yang pada gilirannya mengurangi penggunaan pupuk, pengendalian hama, deteksi kebakaran, deteksi petak yang tidak produktif, dan peningkatan hasil di setiap petak perkebunan kelapa sawit.

Konsekuensi dari sisi output adalah hasil TBS (tandan buah segar) yang lebih banyak dengan resiko hasil yang lebih kecil. Dalam jangka pendek, ini akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi per hektar.

Ferron Haryanto menambahkan bahwa perusahaan kelapa sawit hanya akan berkelanjutan jika mampu memperbarui dirinya dengan ketertelusuran melalui data ke sumbernya.

“Ini berarti perusahaan minyak sawit harus mengadopsi praktik manajemen terbaik dan merampingkan operasinya untuk mempertahankan keuntungan maksimum dalam ekonomi global yang dinamis, tanpa harus melakukan ekspansi lahan,” katanya menutup perbincangan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image