Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image elmiya sari

PERSAHABATAN NOVEL dan LOLITA

Sastra | Sunday, 22 May 2022, 14:38 WIB

“PERSAHABATAN NOVEL dan LOLITA”

CERITA ANAK

Oleh: Elmiya Sari, S.Pd.

Novel dan Lolita, mereka bersahabat sudah lumayan lama. Yah pada waktu awal memasuki sekolah dasar. Ketika itu Lolita melihat Novel menangis tersedu-sedu karena tidak mendapat tempat duduk.

“ Hua hua .hua .,” Novel menangis dengan keras hingga lengan bajunya basah. Air mata yang terus mengalir dipipinya diusap berkali-kali memakai kain lengan baju sekolahnya. Sesekali air matanya mengenai mulutnya hingga ia menangis sambil merasakan rasa asin dari air matanya. Ibunya berusaha membujuknya namun tidak berhasil. Maklumlah, sudah menjadi suatu kebiasaan murid baru untuk memilih tempat duduk terdepan dengan harapan mudah mendengarkan pelajaran dari gurunya.

Lolita yang sedari tadi memperhatikan Novel menangis berjalan mendekati Novel sambil menyodorkan permen coklat susu, “ Nih aku punya permen, ambil ya” kata Lolita sambil tersenyum. Rupanya senyum manis Lolita dan permen coklat susu kesukaannya berhasil menenangkan tangisnya. “ Terimakasih ya” jawab Novel dengan suara tersedat-sedat karena sudah cukup lama menangis.

“Kamu mau kan duduk denganku”, pinta Lolita sambil meraih tangan Novel ke menuju tempat duduknya. Tanpa menjawab Novel mengikuti langkah teman barunya itu. “Jangan menangis lagi ya, disini saja sama aku, o iya namamu siapa ” Lolita memberikan pertanyaan secara beruntun. Lolita senang mempunyai teman baru karena dia berangkat ke sekolah sendiri. Lolita. Lolita anak yang mandiri, meski awal masuk sekolah Lolita tidak diantar ibunya karena ibunya harus mengurus dua adiknya yang masih kecil-kecil. “ Namaku Novel Ariani, nama panggilanku Novel” jawab Novel dengan bahagia. Kesedihannya hilang karena dia mendapat teman baru yang baik hati menurutnya. Kalau aku Lolita nama panjangku Looooliiiiitaaaaa, canda Lolita menghibur Novel. Akhirnya keduanya tertawa terbahak-bahak.

Dari situlah awal mula persahabatan mereka terjalin, kini mereka sudah duduk di kelas I SMPN I Siak Provinsi Riau. Meski rumah mereka lumayan berjauhan namun mereka memilih sekolah di tempat yang sama. Mereka memilih di sekolah SMPN Negeri Siak karena merupakan SMP favorit. Kebetulan Lolita dan Novel termasuk anak –anak yang berprestasi. Lolita kebetulan di kelas I D dan Novel ada di kelas I A.

Hari ini Lolita merasa sangat kesal, ingin rasanya ia menangis karena tak tahan mendengar ejekan temannya. “ Anak orang jual jamu .anak orang jual jamu .anak orang jual jamu”, . Sedih marah bercampur menjadi satu. Si Frans selalu membulynya di depan teman-teman sekelasnya. Tanpa kasihan Frans mengatakan “ Lolita anak penjual jamu”hingga teman-teman yang lain tertawa ikut mengolok-ngoloknya. Dengan lunglai Lolita duduk dibangkunya tanpa perlawanan sedikitpun sambil menutupi wajahnya dengan kedua lengan tangannya. Dalam hatinya dia mengatakan tidak perlu membantah kata-kata Frans toh memang benar dia adalah seorang anak penjual jamu. Hanya terlihat bening matanya berkaca-kaca menahan tangis dan amarah.

Sambil duduk lunglai dengan mata berkaca-kaca pikiran Lolita mengembara. “Kasihan ibu” .pikirnya sambil melamun. Iya semenjak ayahnya bangkrut dari bisnisnya hidup Lolita dan keluarganya sangat menderita. Bagaimana tidak kini ibu Lolita harus membanting tulang sendirian untuk menafkahi seluruh isi keluarga dan membiayai ke tiga adik-adiknya yang masih sangat kecil-kecil.Belum lagi biaya pengobatan ke dokter ayahnya yang divonis mempunyai penyakit komplikasi. Dari hidup berkecukupan ibu Lolita harus berjualan jamu keliling kampung sebelah. Dan sepulang sekolah jam 13.30 Lolita menuju warung tempat ibunya mengambil gorengan. Di warung itu Lolita berganti baju dan makan bekal yang di bawakan ibunya dari rumah. Lolita membawa keranjang berisi gorengan dan ibunya membawa keranjang yang berisi jamu yang dibuat ibu Lolita sendiri. Mereka berdua berkeliling kampung sebelah hingga barang dagangannya habis. Mereka pulang kerumah pukul 17.00 menjelang maghrib. Sehabis isya' Lolita belajar baik mengerjakan tugas dari gurunya atau hanya sekedar membaca buku pelajaran yang akan diberikan gurunya esok hari. Lolita tak pernah punya buku paket seperti teman-temannya, kalau ingin mengerjakan PR Lolita harus merangkum buku Nora Wahyuni teman sebangkunya terlebih dahulu. Walaup begitu nilai-nilai Lolita tak pernah jelek, ia selalu mendapat nilai yang memuaskan. Lolita anak yang rajin belajar.

Kriiing ..kring ..suara bel dua kali tanda istirahat membuyarkan lamunan Lolita. Iya masih malas dan memilih duduk dikelasnya, walaupun masih ada sisa uang seribu rupiah untuk membeli minuman di kantin. “Hai istirahat yuk ” terdengar suara Novel dari pintu masuk kelas dengan nyaring. Lolita hanya duduk lesu sambil menggelengkan kepalanya. “ Ayolah Lolita, kamu kenapa sih kok malesan gini seperti orang baru lahiran”, canda Novel menghibur sahabatnya. Nora Wahyuni teman sebangku Lolita menceritakan kejadian bully yang dilakukan Frans kepada Novel. “ What .???”suara Novel melengking keras, wajahnya terlihat merah padam mendengar cerita Nora. Tanpa berketa apapun ia langsung pergi mencari Frans. “Novel .jangan”, suara Lolita memanggil temannya yang sudah beranjak jauh.

Bruk bruk .bruk .suara kepalan tangan yang cukup mantap bak tinju mike Tyson terdengar dari arah lapangan. Ternyata pukulan Novel tepat mengenai perut Frans. “Hai banci .beraninya kamu mengganggu cewek doang ya, sini pakai rokku aja deh kamu, dasar anak manja, anak mami. Dari pada kamu bisanya hanya minta uang melulu ”, kata Novel mengejek Frans. Memang Novel anak yang tomboy, dia juga pemberani. Meski cewek tomboy Novel temannya banyak, sikapnya yang lucu dan apa adanya membuat banyak teman menyukainya, di juga anak yang berprestasi di kelasnya. Berbeda dengan masa kecilnya yang cengeng dulu, hihhi .Novel sekarang tumbuh menjadi gadis pemberani seperti wonder women.

“Biarin aja emang gue pikirin, ooo kamu belain temanmu si Lolita ya. Ngapain dibela sih kan emang benar dia anak penjual jamu”, kata Frans dengan brengseknya. “Ternyata mulut baumu perlu disumpal pakai tinjuku lagi ya, kata Novel dengan berangnya .”. Kepalan tangan Novel hampir tepat di pipi si mulut bau Frans, namun kepalan tangan Novel ditangkap oleh tangan pak Supri salah satu guru BK di SMPN I Siak.

“Sudah cukup.”bentak pak Supri. Ayo sekarang Novel dan Frans ikut ke ruangan saya. “Waduh mati aku”, jawab Novel sambil nyengir-nyengir. “Tuh kan, sudah kubilang Novel biarkan saja mulut si Frans nanti kan kalu capek pasti diem sendiri”, Lolita merasa bersalah kepada sahabatnya. ‘Jangan kuatir Lolita aku akan baik-baik saja kok, mulut Frans memang perlu diberi pelajaran’, jawab Novel.

Apakah yang akan terjadi dengan Novel setelah membantu sahabatnya” Lolita”? Ikuti kisah selanjutnya!!!

“TO BE CONTINU”

Salam literasi,

Penggerak kebaikancgp4

Sumber tulisan: Inspirasi dan kisah fiksi penulis.

Penulis adalah guru di satuan pendidikan UPT SDN Wonokerto kecamatan Sukorejo-Kabupaten Pasuruan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image