Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rindy Agassi

Sehat Dua Dunia

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 19:19 WIB
image" />
Dunia Maya & Dunia Nyata, source : image

Kesehatan masyarakat saat ini tidak hanya ada di dunia nyata saja secara fisik tetapi dari aspek kesehatan mental maka dunia maya juga telah memberi pengaruh yang besar. Dua dunia ini telah memberikan masyarakat masing-masing gangguan pada kesehatan dan juga telah membalikkan kondisi kedua dunia ini dalam hal keriuhan dan ketenangan. Dua tahun pandemi berjalan telah merubah dunia maya yang sebelumnya hening menjadi semakin riuh dimana berkebalikan dengan dunia nyata yang selama pandemi menjadi lebih tenang akibat berbagai macam pembatasan di masyarakat. Keriuhan dunia maya terlihat pada jumlah pengguna internet tumbuh 15,5% atau sebesar 27 juta orang selama pandemi berdasarkan data dari Social Hootsuite di Januari 2021. Pengguna media sosial aktif pun ikut tumbuh 6,3 % atau sejumlah 10 juta orang selama pandemi. Pertumbuhan ini tentunya berkebalikan dengan yang terjadi di dunia nyata dimana selalu ada dua sisi ketika suatu hal tumbuh maka hal lainnya menjadi stagnan atau menurun.

Penurunan yang terjadi di dunia nyata ini salah satu hal yang dapat dicermati adalah terlihat dari sisi kepadatan arus lalu lintas. Kita bisa melihat bahwa selama pandemi ini kota Jakarta pada tahun 2020 berdasarkan data dari Tom Tom Trafic Index mengalami penurunan tingkat kemacetan yang dapat terlihat dari tingkat kemacetan berada di peringkat 31 dari seluruh kota besar termacet di dunia dengan tingkat kemacetan sebesar 36%. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk membatasi pergerakan masyarakat. Jika dibandingkan data sebelum pandemi yaitu pada tahun 2019 maka peringkat DKI Jakarta ini turun 21 peringkat dimana DKI Jakarta berada pada peringkat 10 kota besar termacet di dunia dengan tingkat kemacetan 53%. Kemudian jika melihat secara global maka kemacetan menurun di 387 kota secara global pada tahun 2020.

Menurunnya tingkat kemacetan ini di satu sisi bisa memberikan hal yang postif tetapi tentu ini juga memberikan dampak negatif terhadap ekonomi masyarakat yang mana penurunan kemacetan secara tidak langsung ini mengakibatkan roda ekonomi bergerak lambat atau bahkan berhenti. Imbas dari roda ekonomi yang berhenti salah satunya adalah terjadi pemutusan hubungan kerja dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 lalu maka dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran meningkat sejumlah 2,56 juta orang menjadi 9,77 juta orang selama pandemi berlangsung. Bertambahnya pegangguran ini menjadi salah satu faktor masyarakat melampiaskan amarah dan kekecewannya melalui dunia maya yaitu lewat media sosial yang pada akhirnya menyebabkan keriuhan dunia maya makin meningkat. Pelampiasan ini dapat memicu berbagai macam perdebatan ataupun keributan di dunia maya dimana hal ini dapat menjadi ajang untuk saling mengejek, memberikan komentar negatif, hingga melakukan cyberbullying sampai berakibat terhadap kesehatan mental warga dunia maya.

Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di sosial media memang dapat meningkatkan kemungkinan untuk menimbulkan banyak komentar negatif hingga cyberbullying. Hal ini ditegaskan oleh Pavica Sheldon, Philipp Rauschnabel, dan James M.Honeycutt dalam buku yang mereka tulis di tahun 2019 berjudul “ The Dark Side of Social Media Psychological, Managerial, and Societal Perspective”. Masih dalam buku yang sama juga disebutkan bahwa akibat dari aktivitas negatif yang dilakukan di sosial media tersebut adalah antara lain depresi hingga kecemasan yang berlebihan dan inilah kondisi aktual di dunia maya yang terjadi. Kesehatan warga di dunia maya pun ikut terpengaruh akibat pandemi ini yang menyerang pada aspek kesehatan mental.

Dapat kita refleksikan bersama bahwa pandemi ini telah berpengaruh ke kesehatan masyarakat baik di dunia nyata maupun dunia maya yang keduanya sama-sama memberikan penderitaan bagi masyarakat. Harapan agar pandemi ini segera berakhir dan aktivitas masyarakat bisa kembali pulih pun terus bermunculan sehingga andai pandemi pergi maka besar harapan bahwa kedua dunia ini kembali menjadi sehat. Dengan sehatnya dunia nyata tentunya telah memberi pelajaran berharga bagi masyarakat dengan salah satunya beradaptasi dengan kebiasaan hidup yang lebih sehat. Medical Expert Combiphar, dr Sandi Perutama Gani mengatakan bahwa masyarakat menjadi lebih sering mengonsumsi air putih (55% orang lebih sering mengonsumsi air putih), masyarakat menjadi lebih rajin mencuci tangan (85% orang lebih sering cuci tangan), dan masyarakat menjadi lebih sering mengonsumsi sayur, buah dan rajin berolahraga. Pada dunia maya tentunya ada pelajaran yang bisa diambil juga bahwa saat ini masyarakat perlu lebih bijak dalam berinteraksi di media sosial serta mengurangi waktu penggunaan media sosial karena melihat dari studi Pavica Sheldon, Philipp Rauschnabel, dan James M.Honeycutt yang telah disampaikan sebelumnya bahwa penggunaan media sosial dalam waktu lama dapat mengakibatkan depresi dan kecemasan yang berlebih.

Pada akhirnya andai pandemi pergi maka dunia nyata bisa terbebas dari penyakit akibat Covid-19 sehingga kesehatan masyarakat bisa pulih yang ini tentunya bisa memberi pengaruh positif pada perekonomian masyarakat. Kemudian dunia maya mulai berangsur menjadi sehat kembali dan tidak lagi menjadi salah satu sumber penyakit akibat depresi dan kesehatan mental yang terganggu. Dengan kembali sehatnya dua dunia ini maka roda perekonomian bisa berputar kembali dan interaksi masyarakat baik di dunia maya maupun dunia nyata dapat kembali terjalin dengan baik dan saling memberikan hal-hal yang positif yang bisa memberikan kebahagiaan hidup bagi masyarakat secara luas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image