Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cindra Karunia Putri

Andai Pandemi Pergi: Gema Tangis dari Seluruh Sektor Tak Terdengar Lagi

Lomba | Thursday, 23 Sep 2021, 19:00 WIB

Lebih dari satu setengah tahun pandemi melanda negeri. Selain tumbangnya tenaga kesehatan tanpa henti dan terbatasnya akses interaksi, pandemi juga menurunkan kegiatan ekonomi. Tak hanya di Indonesia, semua negara dirasa kewalahan menangani pandemi yang terjadi secara tiba-tiba. Negara besar seperti Singapura, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris juga terjun dalam jurang resesi akibat pandemi. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada tiga dampak pandemi terhadap perekonomian. Dampak tersebut ialah turunnya konsumsi masyarakat, ketidakpastian berkepanjangan, dan pelemahan ekonomi di semua negara yang berdampak pada menurunnya ekspor (Zuraya, 2020). Tiga dampak tersebut secara tidak langsung membuat seluruh sektor menangis karena penurunan penjualan dan kualitas.

Pertama, menurut Direktur Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, Suryo Utomo, turunnya konsumsi rumah tangga yang merupakan penopang 60% perekonomian Indonesia berdampak besar pada turunnya perekonomian. Bukan tanpa sebab, menurunnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh menurunnya upah masyarakat dan banyaknya PHK yang terjadi. Banyak usaha yang merugi sehingga mereka terpaksa merumahkan beberapa pekerjanya demi dapat bertahan dalam kondisi pandemi. Sektor perhotelan, pariwisata, dan akomodasi merupakan usaha yang paling terdampak mengingat mereka memiliki fixed cost yang besar. Turunnya pendapatan masyarakat membuat rumah tangga ketar-ketir. Kebutuhan semakin banyak, sementara pendapatan mencerminkan sebaliknya. Akibatnya, mau tidak mau keluarga harus memutar otak untuk menghemat pengeluaran yang akhirnya menyebabkan turunnya konsumsi rumah tangga.

Kedua, ketidakpastian berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya investasi dan banyaknya usaha yang gulung tikar. Hal ini terbukti dari banyaknya UMKM yang merugi bahkan gulung tikar saat pandemi. Padahal, UMKM merupakan sektor penting negara karena menyerap sekitar 96% tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 60% terhadap Produk Domestik Bruto. Sementara itu, berdasarkan survei Asian Development Bank (ADB) ada sekitar 50% UMKM yang terpaksa menutup usahanya di tengah pandemi. Ini artinya, sektor perdagangan bukan lagi menjadi hal yang menjanjikan, bahkan membuat sejumlah pelaku usaha menjerit. Mengingat pentingnya eksistensi UMKM dalam penopang perekonomian, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk mendongkrak sektor ini. Beragam kebijakan dijalankan, seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pemberian insentif kepada pelaku UMKM.

Ketiga, pelemahan ekonomi di seluruh dunia menurunkan harga komoditas dan ekspor ke luar negeri. Pada Maret 2021 lalu, ratusan ton kopi Garut batal diekspor karena adanya aturan yang diberlakukan sejumlah negara. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut menyebut bahwa ada sekitar 145 ton kopi yang gagal diekspor ke sejumlah negara. Negara besar seperti Korea, China, dan Taiwan yang semula menjadi pelanggan tetap akhirnya menolak adanya ekspor kopi karena masih memiliki stok di gudang mereka. Hal ini tentu membuat petani kopi di Kabupaten Garut merugi besar-besaran. Belum lagi produsen kopi lokal yang biasanya membeli kopi mengurangi jumlah pembeliannya. Lagi-lagi, turunnya permintaan terhadap kopi disebabkan oleh menurunnya rantai konsumsi.

Melemahnya perekonomian Indonesia mencerminkan melemahnya seluruh sektor nusantara akibat pandemi. Selain berbicara tentang perekonomian, pandemi juga melemahkan sektor pendidikan dan kesehatan. Adanya pandemi Covid-19 memaksa seluruh siswa dan mahasiswa untuk belajar dari rumah. Di mana tidak semua orang bisa siap dengan hal itu. Banyaknya kendala dan kurang efektifnya pembelajaran menjadi masalah utama dalam mentransfer materi. Bahkan, hal tersebut dikhawatirkan akan menggerus ketrampilan dan kecerdasan anak bangsa karena proses pembelajaran yang kurang efektif. Dari sektor kesehatan, pandemi jelas telah melahap banyak korban tenaga kesehatan yang bertugas sebagai garda terdepan Covid-19. Kita semua takut, takut tak bisa bertahan dan tak bisa memenuhi kebutuhan. Andai pandemi cepat berakhir, semua keadaan akan membaik dibanding saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image