Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asman

Merajut Asa dan Karsa Pasca Pandemi

Lomba | Sunday, 19 Sep 2021, 14:25 WIB

Pandemic yang sudah memasuki tahun kedua, ini telah banyak merubah tatanan kehidupan social masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang dulunya selalu bergotong royong dalam pekerjaan kini tidak bisa lagi di laksanakan, bersilaturahim dengan sanak keluarga, melaksanakan kegiatan social, Pendidikan, budaya dan sebagainya harus di tiadakan dalam rangka mencegah penyebaran virus covid-19.

Semua aktifitas beralih ke platfrom media social sebagai bentuk polarisasi dari dampak pandemic ini. Masyarakat harus mampu beradabtasi dengan kehidupan baru, yang memang sudah banyak diramalkan oleh para ilmuwan, dengan melihat perkembangan zaman teknologi. Bahwa di suatu zaman nanti manusia akan lebih banyak disibukkan dengan dunia gawainya sendiri.

Dampak dari pandemic ini, selain dari pada ekonomi, Pendidikan dan yang lainnya, pandemic menjadikan konsep hidup kemanusiaan berahli kepada individualistic. Contoh sederhana di awal-awal pandemic, dengan kelangkaan masker yang waktu itu menjadi alat Kesehatan untuk meminimalisir penularan virus.

Ditengah kekhawatiran itu, Sebagian masyarakat dengan sifat menguasai, harus menimbun masker begitu banyak untuk digunakan pribadi. Selain itu, hal ini juga memicu Sebagian orang menjual dengan harga hampi 6 kali lipat dari harga aslinya. Tanpa kita sadari pandemic ini telah menjadikan kita sebagai manusia individualistic yang itu bukanlah karakteristik kehidupan orang Indonesia.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Budi F Hardiman di masa pandemic ini, kehidupan mansuia berubah yang dulunya sering berkumpul bersama membicarakan satu topik yang menarik, namun sekarang dengan pandemic ini kebanyakan orang sibuk dengan kehidupannya sendiri.

Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia yang lainnya. Maka di masa ini, dengah harapan pandemic berakhir kita harus Kembali merajut asa dan karsa dalam rangka membangun kehidupan social yang tertata.

Merajut asa dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai membuat, menjaring, harapan atas sesuatu hal yang kita inginkan. Merajut asa juga bisa diartikan sebagai menyambung Kembali puzzle-puzzle kehidupan yang hilang di akibatkan adanya pandemic ini.

Sedangkan karsa diartikan sebagai pendorong mahkluk hidup dalam berbuat sesuatu. Jadi merajut asa dan karsa adalah tindakan mahkluk hidup (manusia) untuk membuat harapan yang terdorong atas rasa kecintaan sesama manusia untuk melakukan kebaikan.

Secara sederhana, saya berpikir bahwa jika pandmei ini usai, hal tersebut yang harus kita lakukan pertama. Bagaimana kehidupan sosil yang sudah tidak lagi utuh ditengah masyarakat yang harus Kembali di satukan. Sebab ini menjadi sebuah harapan dalam pembangunan untuk bangkit dari keterpurukan yang begitu berkepanjangan.

Setiap komponen masyarakat, baik dari unsur pemerintah sampai kepada masyarakat level bawah, ahrus Bersatu merajut asa dan karsa untuk saling berbondong-bondong saling menolong. Sebagaimana perintah dalam agama untuk slaing tolong menolong dalam kebaikan (Q.S. Al-Maidah ayat 2).

Beberapa hal yang menjadi prioritas untuk perbaikan jika pandmei ini pergi diantaranya:

a. Karsa Ekonomi

Sebagaimana yang kita lihat, pandemic ini, telah merusak tatanan ekonomi semua masyarakat di Indonesia, tak terkecuali bagi para pedagang kecil, pedagang kaki lima dan sebagainya. Mereka merupakan kelompok masyarakat paling merasakan dampak pandemic ini. Mereka harus menutup usaha, dan beralih ke propesi lain agar bisa menyambung hidup. Hal ini harus menjadi perbaikan, kita perlu merajut Kembali ekonomi masyarakat kecil. Saya teringat saat berada di lampu lalu lintas di kota Yogyakarta, dua orang tua yang sedang membentangkan spanduk dyang bertuliskan mereka merupakan tukang becak yang juga merasakan dampak pandemic, sembari mengulurkan kotak untuk meminta sumbangan kepada seluruh pengendara yang berhenti. Miris dan sangat menyedihkan.

b. Karsa Pendidikan

Pendidikan sejatinya bukan hanya persoalan transfer knowledge melaikan ada nilai yang ahrus dicapai dalam sebuah Pendidikan. Pendidikan juga perlu segera di gulirkan pelaksanaan tatap muka jika pandemic ini sudah pergi. Bayangkan banyak anak usia sekolah yang juga harus rela tidak bersekolah untuk membantu orang tua, untuk sekadar bisa membeli gadget dan pulsa untuk keperluan kuliah online. Karena tidak semua siswa di negara ini tidak mampu membeli hal demikian, jika ini dipakskan terus menerus, maka akan banyak angka putus sekolah karena tidak mampu membeli alat komunikasi untuk sekolah.

c. Karsa Agama

Indonesia yang begitu beragam tentunya persoalan peribadatan, sangat penting untuk rohani setiap pemeluk agama. sebab di sana ada keyakinan yang lebih bahwa, dengan mendekatkan diir kepada Tuhan setiap umat akanj menemukan kekuatan batin untuk melawan pandemic ini.

Ketiga poin tersebut, menjadi penting dan utama untuk dilaksanakan jika pandemic ini pergi. Masih banyak kehidupan social lainnya yang perlu di lakukan, hanya saja menurut saya ketiga ini sangat sentral untuk perbaikan di awal jika pandemic pergi.

Kita bisa melihat realitas atas ketiga rana kehidupan social ini, sering banyak memberikan dampak social terhadap apa yang berada di masyarakat hari ini. Yang terpenting ialah, perlu ada kesadaran setiap individu untuk bersama merajut asa dan karsa.

Kehidupan individualistic selama ini telah memberikan dampak yang begitu besar, maka merajut asa dan karsa terhadap ekonomi, Pendidikan dan agama menjadi hal utama, maka seperti kata Robert H Schiuller masalah bukanlah tanda berhenti, itu adalah pedoman. Maksudnya ialah jadikan masalah itu sebagai pelajaran untuk kembali membangun peradaban yang lebih baik dengan belajar dari masalah yang ada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image