Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Rikiansyah

Pandemi Pergi..Hidup Kembali Bersosialisasi

Lomba | Sunday, 12 Sep 2021, 12:56 WIB
Ilustrasi : Suasana shalat jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta saat pandemi.

Satu setengah tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi jika kurun waktu tersebut kita berada dalam situasi yang tidak mengenakan, bahkan mengancam jiwa. Pandemi Covid-19 sungguh menjadikan dunia seolah berhenti berputar. Tak ada satupun negara yang siap menghadapinya. Bahkan negara adidaya seperti Amerika Serikat pernah berada dititik kritis saat ratusan ribu warga nya tewas terinfeksi virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok.

Indonesia tentu saja menghadapi masalah yang sama, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hasil Sensus Penduduk 2020, diketahui jumlah penduduk Indonesia tahun 2020 mencapai 270.203.917 jiwa (per September 2020. Bentangan wilayah dari Sabang sampai Merauke, ribuan pulau dan berbagai macam karakteristik wilayah dan penduduk. Awal 2020, Indonesia berada dalam situasi ekonomi yang tidak terlalu menggembirakan Padahal di awal 2020, pemerintah memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,3% year on year (yoy) atau lebih tinggi daripada realisasi pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02%. Tapi pandemi corona membuat ekonomi Indonesia justru mengalami krisis bahkan sempat masuk resesi pada akhir 2020. Bahkan pada triwulan I 2021 tercacat kontraksi sebesar -0,74 persen menurut rilis dari BPS.

Pandemi Covid-19 semakin merajela pada Juni-Agustus 2021. Ribuan masyarakat dari berbagai kalangan dan kelompok usia tewas terpapar Covid-19. Ini menjadi periode buruk bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semua aktifitas non essensial dan non critical dihentikan. Sekolah tatap muka ditiadakan, bekerja kembali dari rumah, dan aktifitas ibadah di rumah ibadah dihentikan. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat traumatik, apalagi bagi yang ditinggal wafat oleh sanak keluarga atau teman-teman dekatnya. Bagi yang sempat terkena Covid-19 pada Juni-Agustus 2021 tentu merasakan bagaimana mencekamnya situasai saat itu. Rumas sakit dimana-mana penuh walaupun sudah ditambah tempat tidur tambahan. Ribuan warga terpaksa harus isolasi mandiri (isoman) di rumah atau di tempat yang disediakan oleh pemerintah. Kebutuhan oksigen mengalami titik kritis, dimana semua rumah sakit kekurangan stok oksigen. Belum lagi masyarakat yang terpaksa berebut dan antri di tempat-tempat isi ulang oksigen.

Kondisi saat itu layaknya sebuah perang dengan musuh yang sama sekali tidak terlihat. Kita hanya bisa bertahan tanpa bisa melakukan serangan balik. Beragam usaha dilakukan Pemerintah, salah satunya adalah vaksinasi. Dengan mengerahkan segala upaya dan melibatkan semua kalangan khususnya kalangan usaha yang dimotori oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. Pemerintah menggenjot vaksin demi tercapainya Herd Immunity. Bukan hal mudah mengingat jumlah penduduk Indonesia adalah keempat terbesar di dunia. Tentu saja kebutuhan vaksin sangat tinggi, sementara stok vaksin dan kondisi keuangan negara sangat terbatas. Beruntung sekali negara-negara yang sudah berhasil melalui krisis mengirimkan bantuan vaksin untuk Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat setidaknya 69 juta orang di Indonesia telah menerima dosis pertama vaksin virus corona hingga awal September 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 39 juta orang juga sudah disuntik dosis kedua. Bahkan lebih dari 737 ribu orang yang mayoritas adalah tenaga kesehatan sudah mendapat dosis ketiga.

Ibarat sebuah lagu September Ceria. Bulan ini seolah menjadi titik balik kebangkitan Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pemerintah terus menerapkan Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara konsisten. Walau banyak keluhan dari masyarakat terkait PPKM, seperti kehilangan penghasilan dan lain-lain, tidak membuat pemerintah bergeming. PPKM yang sudah berlangsung 2 bulan lebih terus di sesuaikan dalam hal aturan. Saat ini PPKM menerapkan relaksasi di berbagai sektor di banyak daerah yang sudah level 2 atau 3. Sektor perdagangan mulai kembali diijinkan untuk bergeliat. Pusat perbelanjaan modern atau Mall yang sempat 2 bulan lebih ditutup total akhirnya mulai dibuka. Usaha restoran dan sejenisnya diijinkan kembali melayani konsumen makan di tempat. Tempat wisata dan olahraga kembali dibuka. Sekolah bisa kembali melaksanakan belajar tatap muka, tentu saja dengan aturan yang ketat. Pemerintah tetap mengontrol pergerakan masyarakat. Salah satunya melalui sebuah aplikasi bernama Peduli Lindungi. Aplikasi ini seolah menjadi penyaring aktifitas masyarakat di berbagai tempat. Ini juga yang memicu naiknya antusias masyarakat untuk melakukan vaksinasi khususnya di kota besar. Bagaimana tidak, untuk memasuki mall atau menggunakan transportasi seperti kereta api atau pesawat udara harus sudah di vaksin. Vaksin seolah menjadi free pass atau kartu bebas akses ke banyak tempat. Beruntungnya gerakan vaksin ada dimana-mana. Walau antrian dan pendaftaran masih sangat panjang, perlahan tapi pasti beberapa daerah sudah tercapai herd immunity.

Jika pandemi ini berakhir, maka kita akan kembali beraktifitas normal kembali. Mungkin tidak sepenuhnya normal seperti saat sebelum pandemi. Setidaknya kita bisa melakukan banyak kegiatan yang bersifat sosial masyarakat. Sebagai makhluk sosial, kebutuhan mendasar manusia adalah bersosialisasi. Hal ini yang terenggut selama pandemi berlangsung. Kita tentu ingin kembali bekerja di kantor atau tempat biasa mencari nafkah bertemu teman sejawat. Anak-anak sekolah mendambakan kembali belajar di kelas dengan guru nya, bukan berhadapan dengan layar laptop atau handphone. Mereka rindu suasana sekolah bersama-sama teman yang akan menjadi kenangan kelak saat mereka dewasa. Yang paling utama adalah aktifitas ibadah yang bisa kembali seperti sediakala. Masjid-masjid sangat terganggu akibat pandemi ini. Sehingga ketika pandemi berakhir diharapkan masjid bisa kembali beroperasional sesuai ketentuan syariat. Masjid bisa dibuka seluas-luasnya bagi jamaah. Tidak kalah oleh stadion di negara-negara Eropa yang sudah kembali disesaki oleh suporter. Masjid sangat bisa digunakan kembali secara normal, mengingat orang masuk masjid rata-rata sudah dalam keadaan bersih dan suci. Adapun aktifitas shalat berjamaah sangat bisa menerapkan protokol kesehatan. Walaupun jarak shaf dekat, tapi antar jamaah tidak ada yang ngobrol saat shalat. Jamaah juga tentu rindu dengan kajian ilmu di masjid. Majelis-majelis ilmu bisa kembali diadakan secara offline, selain mendapatkan ilmu juga bisa mendapat pahala silaturahmi. Terkhusus bagi umat Islam ritual ibadah yang sudah sangat dirindukan yaitu ibadah umrah dan haji. Semoga pandemi segera berlalu dan berganti menjadi endemi. Herd immunity terbentuk diseluruh wilayah dan semua warga patuh melaksanakan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Sehingga kita bisa kuat melawan virus apapun yang mungkin akan muncul dikemudian hari dan bisa terus bersosialisasi dengan sesama.

#lombamenulisopini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image