Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Cernak: Asyiknya Berkemah

Eduaksi | 2021-09-03 22:18:27

Namaku Utaminingsih, namun teman-temanku biasa memangggilku Tami. Sekarang aku kelas 5 di SD Piyungan. Pagi ini seratus limapuluh siswa kelas 5 dan 6 berkemah di Buper Karanganyar Sanden. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan rimbun dan tidak khawatir banjir karena tanah bercampur pasir. Kak Herjuna membagi peserta menjadi 8 regu putra, 8 regu putri. Hal itu dilakukan agar memudahkan koordinasi, menerapkan sistim beregu dan satuan terpisah.

Kak Herjuna meniup peluit panjang sebagai tanda panggilan agar semua pemimpin regu berkumpul. Aku dan teman yang lain berlari menuju depat pendapa sekretariat.

"Adik-adik, terucap syukur ke hadirat Allah SWT bahwa kita semua dapat selamat di tempat ini. Untuk memudahkan koordinasi tidak usah banyak menggunakan soundsistem, namun kakak lebih senang melalui peluit dan berkumpul seperti ini."

Aku memberanikan diri bertanya," Jadi informasi berjenjang dari kakak kepada kami, dan pemimpin regu meneruskan ke anggota?"

"Memang seperti itu. Mungkin ada lagi yang bertanya?" sambung kak Herjuna.

Bayu yang ada disampingku menyahut, "Bagaimana pembagian kamar mandi, kak?"

Kak Herjuna menyapukan pandangan kepada kami, â Perempuan menggunakan enam kamar mandi urut barat, laki-laki menggunakan empat kamar mandi di sisi timur.â

"Siap kak," jawab kami serempak.

Sebelum kami dibubarkan, diberikan pesan agar semua menjaga kedisiplinan, ketertiban, kesopanan selama berkemah.

Puluhan tenda terpancang lengkap dengan pagar dan gapura aneka macam. Aku telah membagi piket untuk Regu Anggrek yang aku pimpin agar semua mendapat giliran masak, jaga tenda, jaga malam, dan membersihkan lingkungan.

Reni ketua Regu Sakura datang tergopoh-gopoh menemuiku, "Regu kami kehilangan termos. Mungkin kamu melihat, warnanya pink?"

"Coba aku tanya teman-teman kalau ada yang melihat," jawabku.

Aku mencari kesetiap sudut tenda tapi tidak ada termos warna pink.

"Tenda kami tidak ada Ren, kamu sudah mencari ke tenda lain?" tanyaku.

"Sudah, tapi semuanya menjawab tidak tahu. Apa lapor kak Herjuna saja ya?"

"Bagus itu, minimal kakak pembina tahu masalah ini," jawabku menguatkan.

Hari kedua usai apel pagi semua peserta dikumpulkan untuk penjelasan kegiatan.

Kak Herjuna mulai memberikan pengarahan, "Kemarin ada regu kehilangan termos yang berwarna pink. Semua tidak ada yang mengaku tidak tahu, padahal kakak yakin mesti ada diantara regu yang ketempatan."

Tidak ada yang bicara seorangpun, semuanya terdiam.

"Kita akan mengadakan tadabur alam. Yang berhati bersih akan kegiatan dengan lancar. Kegiatan ini sebagai ajang pembuktian kesucian hati.â sambung kak Herjuna.

Perjalanan dimulai dengan doa agar semua selamat. Petunjuk perjalanan menggunakan tanda jejak yang telah dipasang mulai start sampai finish. Setiap regu berjalan berkelompok dengan petunjuk sandi yang mesti dipecahkan setiap pos. "Bagaimana teman-teman, sudah tahun perintah dalam sandi itu?"

"Beres ketua," sahut Indri sambil menunjukkannya padaku.

Sesuai petunjuk kami harus berjalan kebarat sekitar satu kilometer

Dari arah belakang regu harimau yang dipimpin Dodi mengejar kami, dengan nafas terengah mendekatiku.

"Eh Tami, reguku tidak bawa tongkat sama sekali minta regumu ya."

Belum sampai aku menjawab, dua anak buah Dodi merebut tongkat kami.

"Kami tidak ikhlas," hampir bersamaan anggota reguku berteriak.

Dodi dan teman-temannya tidak menghiraukan, mereka berlari meninggalkan kami.

Setelah melewati perkampungan dan persawahan tembus di jalan lintas selatan, akhirnya seluruh peserta istirahat di Mercusuar pantai Pandansari.

Setelah dicek ada satu regu yang belum sampai yaitu regunya Dodi, padahal mestinya sudah lebih dulu sampai daripada reguku.

Beberapa menit kemudian datang mobil patroli polisi datang membawa Dodi dan anggota regunya disambut kak Herjuna.

"Kami mengantar delapan anak ini. Mereka mengaku tak tahu arah, salah jalan ke Pantai Samas. Tadi ada yang mengabari ada pramuka sedang di mercusuar, jadi langsung saya bawa kesini," terang pak Polisi.

"Terimakasih pak atas bantuannya bahkan diantar kemari," jawab kak Herjuna.

Dengan muka menduduk Dodi berkata, "Maafkan kami. Apa yang kakak katakan benar, hati kami tidak suci sehingga kami tersesat. Kami menyembunyikan termos pink, merebut tongkat tanpa ijin, Kami satu regu mengaku salah."

"Itulah jiwa ksatria, mau mengakui salah. Semoga ini menjadi pelajaran kita bersama untuk tetap komitmen melaksanakan Tri Satya dan dasaharma," tandas kak Herjuna.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image