Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Cernak, Abimanyu

Alkisah | Monday, 12 Feb 2024, 22:49 WIB

Abimanyu memandang hamparan sawah yang menguning di belakang rumahnya. Sembari memasang tali pada Kuda Kepang kesayangannya, siswa kelas 5 SD Bonggalan yang berulit kuning dan berambut ikal tersebut menikmati pemandangan di dusunnya yang indah. Ada sungai yang airnya mengalir jernih dengan berhias bebatuan di bawah rimbun pepohonan.

Dalam usia yang masih belia, anak yang akrab disapa Abi itu sudah terampil membuat beraneka barang kerajinan termasuk Kuda Kepang. Tak hanya bisa membuat, namun Abi pintar menari pula.

“Kuda Kepangmu sangat bagus,” puji Wisanggeni, sahabat karib Abimanyu yang tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya.

“Terimakasih. Aku ingin melestarikan warisan nenek moyang,” sahutnya.

gambar, dari buku Kuda Kepang terbitan Goresan Pena

Wisanggeni adalah sahabat karib Abimanyu sekaligus teman sebangku. Sebagai anak milenial, Wisang sudah mahir membuat video pendek. Disaksikan Wisang, Abimanyu menaiki Kuda Kepang dan mengalungkan tali di lehernya.

“Apakah kamu bisa menari dengan Kuda Kepang itu?” tanya Wisang.

“Bisa. Ayah sudah melatihku sejak beberapa tahun yang lalu,” jawab Abi.

Belum sempat menunjukkan kebolehannya menari, datang Aswatama. Teman sekolah Abi yang berambut keriting dan berbadan tinggi besar itu langsung mengeluarkan kata-kata yang tidak mengenakkan.

“Permainan apa itu, hanya sebuah Kuda Kepang. Kuno itu,” ejek Tama

“Kuda Kepang adalah seni tradisional peninggalan nenek moyang kita,” bela Wisang.

“Tarian Kuda Kepang bernilai seni dan bisa menghibur,” jawab Abimanyu.

“Alah, bernilai seni apa. Permainan tak ada gunanya,” bantah Aswatama.

“Negara kita saja menghargai seni tradisi, mengapa kamu malah merendahkan?” tutur Wisang.

“Ah sudahlah, tak ada untungnya juga bicara dengan kalian. Mending main Play Station,” sahut Aswatama sambil mengayuh sepeda pergi.

Abi dan Wisang hanya geleng-geleng kepala melihat tabiat Aswatama.

Setelah beberapa saat diam, Wisanggeni memberitahu Abimanyu bahwa ada lomba video tentang seni tradisi yang diadakan Dinas Kebudayaan. Wisanggeni meminta Abimanyu untuk menari Kuda Kepang dan dia yang akan merekam.

Setelah beberapa saat menyiapkan segala sesuatunya, Wisang merekam Abi menari, diedit dan dikirim kepada panitia lomba secara online.

***

Siang itu, saat Aswatama sedang bermain game di rental komputer. Dia membuka Istagram melihat pengumuman hasil lomba video, Abimanyu meraih juara pertama.

“Ternyata Abimanyu hebat. Dia mendapat juara,” Tama menyesali diri.

Dirinya bergegas segera menemui Abimanyu untuk meminta maaf.

***

Wisanggeni mengabarkan kepada Abimanyu bahwa video menari yang dikirim berhasil meraih juara. Tinggal menunggu waktu untuk pengambilan hadiah.

Aswatama datang menyampaikan ucapan selamat kepada Abimanyu.

“Maafkan aku Abi. Selama ini aku salah menilaimu, kamu memang pantas menjadi teladan,” ujar Tama.

“Terimakasih sahabat, aku senang kamu telah sadar dari khilafmu. Yang kulakukan belum seberapa. Menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus turut melestarikan seni tradisi,” jawab Abimanyu.

Prestasi yang ditunjukkan Abimanyu telah membuka kesadaran Aswatama untuk menghargai karya adiluhung nenek moyang dan melestarikannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image