Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Cernak: Buah Kejujuran

Sastra | 2021-09-01 22:02:21

“Ridwan, kok berangkatnya pagi sekali?” Aku kaget, tahu-tahu Rohmat sudah ada di belakangku.

“Hari ini giliranku piket, kalau kelasnya kotor, belajarnya kan nggak nyaman. Kelas 5 harus menjadi contoh,” jawabku.

Sesaat kemudian, Indri dan Candra datang ikut menyapu bersamaku.

Meskipun bukan jadwal piketnya, Rohmat ikut membantu membersihkan meja guru dan menghapus papan tulis.

“ Terima kasih ya, telah membantu kelompokku.”

“Sama-sama Wan. Teman kan harus saling membantu,” sahut Rohmat.

Selesai piket teman-teman mulai berdatangan memasuki kelas. Bu Dewi guru kelas 5 langsung memulai pelajaran. “Assalamu’alaikum Anak-anak.”

“Waalaikum salam,” jawab kami serempak.

“Anak-anak, hari ini ibu akan mengadakan tes. Silakan kalian menyiapkan alat tulis untuk mengerjakan soal matematika. Ibu akan memilih tiga terbaik untuk seleksi olimpiade tingkat kecamatan.”

Bu Dewi mulai membagikan lembaran soal yang berisi 40 soal pilihan ganda lengkap dengan lembar jawaban.

Baru sekitar 20 menit Bu Dewi berkata,”Maaf Anak-anak, ibu mau keluar sebentar. Tolong tetap mengerjakan dengan tenang, jangan ramai ya.”

Begitu Bu Dewi keluar, ada beberapa temanku yang mulai membuka buku catatan.

“Wan, itu Dodi membuka buku lho,” ujar Rohmat setengah berbisik.

“Biar saja, justru ini tak hanya tes matematika tetapi juga tes kejujuran,” sahutku. Benar saja, saat kulirik Dodi membuka buku dengan santainya.

“ Dod, kok kamu membuka buku ?” Candra mengingatkan.

“Sudah, jangan ikut campur. Awas jangan bilang Bu Dewi!” ancam Dodi.

Candra tak melanjutkan kata-katanya. Maklum Dodi sifatnya suka menang sendiri. Aku dan teman-teman yang sudah mengerti perangainya tak mau terlibat lebih jauh.

Waktu Bu Dewi kembali masuk kelas hampir semua siswa sudah selesai mengerjakan. Bu Dewi meminta untuk mengoreksi langsung lembar jawaban agar bisa diketahui hasilnya.

“Anak-anak, setelah dikoreksi bersama, terpilih tiga anak yang nilainya terbaik. Dodi nilai 95, Ridwan 90 dan Candra 85. Jadi, mereka bertiga yang akan mewakili sekolah kita maju di tingkat kecamatan.”

***

Dua hari kemudian aku, Dodi, dan Candra maju lomba di tingkat kecamatan diantar dengan mobil bu Dewi.

“Kalian nanti mengerjakannya dengan tenang, teliti, dan tak boleh tergesa-gesa, serta jangan lupa selalu berdoa!” pesan bu Dewi.

“Siap Bu,” sahut kami bertiga.

Perlombaan tingkat kecamatan dilaksanakan di aula kantor Unit Pelaksana Teknis yang letaknya berdekatan dengan kantor kecamatan dan puskesmas. Karena masing-masing Sekolah Dasar mengirim 3 orang, maka jumlah keseluruhan yang ikut ada 45 peserta.

Pelaksananaan lomba cukup tertib dengan pengawasan yang ketat. Waktu mengerjakan 90 menit terasa cepat berlalu.

Peserta harus menunggu sekitar satu jam untuk mengetahui hasil lomba.

Bu Dewi mendekati kami bertiga sambil membawa lembaran kertas pengumuman. ”Apapun hasilnya kalian harus menerima dengan lapang dada”

“Dari 45 peserta, Dodi urutan 30, Candra urutan 10 dan Ridwan ada di urutan pertama. Saya tahu, saat tes di kelas, Dodi tidak jujur dengan membuka catatan, tapi waktu itu saya biarkan,” lanjut bu Dewi.

“Maafkan Dodi Bu, ternyata langkah saya keliru,” Dodi menunduk tidak berani menatap bu Dewi.

“Ridwan, hari ini kamu telah merasakan hasil jerih payahmu dalam belajar, dan buah kejujuranmu,” ucap bu Dewi sambil memandangku.

“Terima kasih atas nasihatnya Bu. Saya akan tetap memegang teguh kejujuran,” jawabku.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image