Cernak: Anggrek Vanda untuk Bunda
Sastra | 2021-08-30 22:29:35
Hai, namaku Rahma. Aku masih kelas 3 SD. Bundaku suka menanam bunga, aku pun jadi ikut senang juga menanam bunga. Ada beberapa macam bunga yang ditanam bunda. Bunga ceplok piring, adenium, celosia, amarilis, aglonema, soka, dan euphormia. Yang paling disukai bunda adalah anggrek.
Tiap sore aku ikut menyiram bunga di halaman rumah. Rasanya senang kalau melihat bunga bermekaran.
âRahma cepat ke sini!â terdengar bunda memanggilku.
âYa Bunda,â sahutku sambil berlari masuk.
Aku kaget melihat muka bunda terlihat marah.âMengapa celengannya kamu pecah?â
Aku tidak segera menjawab. Ayah yang mendengar bunda marah-marah menghampiri kami. âAda apa Bun, kok marah-marah?â
âIni Pak, simpanan uang Rahma kok diambil. Padahal tiap hari bunda kan memberi uang jajan, apa masih kurang ?â
âMungkin dia punya keperluan mendadak sehingga mengambil uang tabungan,â sahut ayah dengan sabar.
Melihat bunda marah, aku lari ke kamar sambil menangis.
âSudahlah, itu Rahma malah menangis. Nanti ditanya saja baik-baik,â terdengar suara ayah mengingatkan bunda.
âAyah selalu membela Rahma. Biar untuk peringatan dia, agar hati-hati menggunakan uang tabungannya,â sahut bunda masih dengan nada marah.
Setelah itu tak terdengar suara lagi, tahu-tahu ayah sudah menghampiriku.
âRahma, mengapa menangis,â tanya ayah.
âItu Yah, aku belum menjelaskan apa-apa bunda sudah marah dulu,â jawabku masih sambil telungkup.
Ayah memandang sambil mengelus rambutku penuh sayang. âKalau ayah boleh tahu, sebenarnya uangmu kau belikan apa?â
Beberapa saat aku tak menjawabnya, kuseka air mataku dan barulah aku duduk menghadap ayah.
Rupanya ayah penasaran juga menanti jawabanku.
âAyah ingat tidak, ini hari apa ?â pancingku.
Ayah diam sejenak, sambil berpikir.
âIni kan hari Rabu, memang ada apa?â
âAyah ini bagaimana, ya jelas sekarang adalah hari Rabu. Maksud Rahma, apa ayah tidak ingat hari ini hari istimewa,â jawabku.
Ayah tambah bingung rupanya, âWaduh, ayah benar-benar lupa ini.â
Aku dekatkan mulutku di telinga ayah sambil berbisik, dan ayah pun mengangguk-angguk.
Aku segera menggandeng tangan ayah keluar rumah menuju belakang rumah.
Ayah masih bingung dengan apa yang kulakukan.
â Itu bungkusan apa ?â tanya ayah.
âCoba ayah lihat sendiri,â sahutku
Setelah melihat apa yang kutunjukkan, ayah tersenyum sambil memelukku.
âYuk, sekarang temui bunda,â ayah mengajakku.
Sambil membawa bungkusan itu, aku masuk ke rumah bersama ayah.
Saat aku masuk, bunda sedang duduk di ruang tamu.
âBun, ini Rahma mau ngomong,â ayah membuka suara.
Bunda menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki seakan menyelidik.
âHari ini bunda kan ulang tahun. Jadi, Rahma mengambil uang tabungan untuk membeli hadiah. Ini Rahma belikan Anggrek Vanda untuk bunda,â kataku sambil mengulurkan anggrek yang masih terbungkus rapi.
Sambil menerima hadiah dariku, bunda menitikkan air mata dan memelukku erat. âMaafkan bunda, ya. Saya kira kamu mengambil uangmu untuk jajan, ternyata untuk hadiah ulang tahun bunda.â
âRahma memang ingin memberi kejutan di hari istimewa,â sahutku di pelukan bunda.
Makin erat pelukan bunda, sambil tak henti mencium pipi dan keningku.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
