Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Denis Arifandi Pakih Sati

Menjadi Manusia yang Bermanfaat

Agama | 2021-08-28 21:59:55

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT,” Sabda Nabi Muhammad Saw, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Awsath dan al-Shaghi “Adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lainnya. Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah kebahagiaan yang engkau persembahkan kepada Muslim lainnya, menyibak musibahnya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Seandainya saya berjalan bersama saudara lainnya untuk menunaikan suatu kebutuhan, lebih saya cintai daripada beritikaf di Masjid saya ini, yaitu Masjid Madinah, selama sebulan...”

Menjadi Manusia yang Selalu Memberikan Kemanfaatan

Dalam hadits ini dijelaskan, orang yang mampu memberikan kemanfaatan kepada orang lain adalah salah satu manusia terbaik dan salah satu manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT. Sebab, ketika Dia mencintai seorang hamba-Nya, maka semua penduduk langit dan penduduk bumi akan mencintainya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda:

“Jikalau Allah SWT mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyeru Jibril, kemudian Jibril menyeru penduduk langit bahwa Allah SWT mencintai Fulan maka cintailah ia. Kemudian penduduk langit akan mencintainya. Kemudian akan ditetapkan baginya penerimaan di bumi.” (Muttafaq alaihi)

***

Kemudian, amalan lainnya yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah kebahagiaan yang kita persembahkan kepada Muslim lainnya. Sabdanya, “Kalau saya berjalan bersama saudara lainnya untuk menunaikan suatu kebutuhan, lebih saya cintai daripada beritikaf di Masjid saya ini, yaitu Masjid Madinah, selama sebulan...” menunjukkan bahwa berusaha menunaikan hajat dan kebutuhan Muslim lainnya, memberikan manfaat dan kontribusi kepada mereka, menunaikan kebutuhan mereka, sangatlah besar pahalanya.

Kaedahnya, al-Naf’ al-Muta’addi khair Min al-Naf’ al-Qashir; kemanfaatan yang menyentuh pihak lainnya lebih baik dari kemanfaatan yang terbatas pada diri sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Saw, “Dan Allah SWT akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba tadi menolong hamba-Nya.” (Hr al-Hakim dan dishahihkannya)

***

Pada dasarnya, seorang Muslim haruslah memberikan kemanfaatannya kepada yang lainnya. Tidak boleh menahan kemanfaatan itu hanya bagi dirinya sendiri, baik perkara duniawi maupun ukhrawi.

Point utama yang masuk ke dalam jenis kemanfaatan ini adalah menunjuki mereka sesuatu yang akan membuat mereka bahagia di Akhirat (hidayah); mengenalkan mereka akan agama mereka dan menuntun mereka untuk melaziminya, sebagaimana terjadi dengan Abu Dzar radhiyallahu anhu ketika pertama kali mendatangi Nabi Muhammad Saw. Di antara yang beliau sampaikan kepadanya, “Apakah engkau menyampaikan apa yang aku sampaikan kepada kaummu? Mudah-mudahan Allah SWT memberikan manfaat kepada mereka dengan wasilahmu, dan engkau mendapatkan pahala karena mereka...” (Hr Muslim)

Tarbiyah pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw dalam Islam adalah Tarbiyah Dakwah dan bersemangat untuk bisa memberikan menfaat kepada yang lainnya.

***

Nabi Muhammad Saw mendorong umat Islam untuk memberikan manfaat kepada siapa pun, apapun rasnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu berkata, “Pamanku (dari pihak ibu) meruqyah dari gigitan kalajenking. Ketika Rasulullah Saw melarang Ruqyah, ia mendatanginya dan berkata, “Wahai Rasulullah, engkau melarang Ruqyah, padahal saya meruqyah gigitan kalajengking." Beliau pun menjawab:

من استطاع أن ينفع أخاه فليفعل

“Siapa yang bisa memberikan manfaat kepada saudaranya, maka berikanlah.” (Hr Ahmad dan al-Hakim)

Walaupun hukum ini terkait Ruqyah, namun hukumnya bersifat umum.

***

Kesimpulannya, pintu kebaikan itu banyak dan beranekaragam. Seseorang tinggal bertekad untuk melakukan kebaikan dan memberikan manfaat kepada yang lainnya. Secara umum, Nabi Muhammad Saw sudah menjelaskan pintu-pintu ini, dengan sabdanya:

على كل مسلم صدقة

“Setiap Muslim harus bersedekah.”

Para sahabat berkata, “Wahai Nabi Allah, kalau ada yang tidak bisa?”

Beliau menjawab:

يعمل بيده فينفع نفسه ويتصدق

“Beramal dengan tangannya, sehingga bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri dan bersedekah.”

Mereka bertanya, “Jikalau tidak mampu?”

Beliau menjawab:

يعين ذا الحاجة الملهوف

“Ia membantu orang yang membutuhkan lagi lemah.”

Mereka bertanya, “Jikalau tidak bisa?”

Beliau menjawab:

فليعمل بالمعروف وليمسك عن الشر، فإنها له صدقة

“Hendaklah ia beramal kebajikan dan menahan dirinya dari keburukan. Itu adalah sedekah baginya.” (Muttafaq alaihi) []

Follow My Facebook: Denis Arifandi Pakih Sati

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image