Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Amirudin

Sekolah Sunyi Saat Pandemi

Curhat | Tuesday, 27 Jul 2021, 17:39 WIB

Satu tahun lebih kira-kira anak anak kita jauh dari belajar di sekolah/madrasah. Pandemi Covid19 melanda negeri ini tanpa pandang bulu. Sekolah yang tadinya ramai oleh anak anak yang sedang belajar, guru yang sedang memberikan pelajaran menjadi sunyi.

Pagi hari biasa anak anak bertadarus Al-Qur'an, bersahutan dari dalam ruang kelas tampak tidak terdengar lagi. Asmaul Husna sebagai pembuka belajar dihafalkan anak anak begitu menyentuh kalbu bagi yang mendengar dan memperhatikannya, selalu mengingatkan akan kebesaran dan kemahakuasaan Ilahi.

Shalat Dhuha sebagai praktek ibadah begitu berharga dikerjakan awal waktu belajar tak akan terlupakan hingga mereka menjadi dewasa dan membutuhkan kedekatan dengan Rabbi. Semua menjadi sunyi tak tampak lagi di pagi hari. Lingkungan belajar sangat membutuhkan suara anak anak mengaji untuk mengisi setiap jiwa penduduk sekitar yang kering akan siraman rohani.Pandemi telah merubah itu semua.

Sepertiga waktu belajar, mereka berlari keluar ruangan menghampiri panggilan suara tat tet tot penjaja makanan yang sedang mengais rejeki. Berjajar menunggu malaikat Mikail utusan Allah membagikan rejeki dengan adil. Tampak sibuk dan ceria muka para penjaja makanan itu tak terlihat saat ini. Sirna tinggal angan yang tampak dalam kenangan.

Pandemi telah merubah itu semua. Kembali anak anak sekolah itu ke dalam kelas segera setelah mendengar suara lantang dari dalam kelas tanda belajar dimulai. Suara anak anak mengikuti pelajaran, berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat, berdemonstrasi bersahutan dengan guru pembimbingnya. Seolah olah seperti tentara siap tempur menghadapi dunia masa depan mereka, yang jauh berbeda dengan dunia yang mereka alami sekarang.

Pandemi telah mengakhiri itu semua. Tiga perempat waktu kembali mereka keluar ruangan bergantian mengambil air untuk berwudlu. Panggilan untuk menghadap Allah terdengar dan mengetuk hati mereka untuk segera mendekat. Sadar sepenuhnya bahwa Allah yang maha berilmu. Menengadahkan tangan agar diberi sedikit ilmu dunia dan akhirat sebagai bekal. Sembari saling mengingatkan secara bergantian memberikan nasehat nasehat kebaikan di antara mereka.

Pandemi telah mengubah itu semua. Kembali mereka di keluarga dan lingkungan mereka. Kebiasaan dan pembiasaan baik itu masihkan diteruskan? Orang tua dan masyarakat sibuk dengan urusan hidupnya. Anak anak kembali sendiri ditemani berbagai bentuk permainan untuk tidak menjemukan.

Di saat seperti ini masih ada kepedulian warga desa yang mengajak anak anak untuk mengulang kembali bacaan mereka sungguh luar biasa. Sangatlah bersyukur bisa mengajak mereka berkumpul jauh dari permainan yang kurang bermanfaat menjadi dekat dengan bacaan, dekat dengan buku-buku syarat dengan nilai nilai kehidupan.

Kisah-kisah teladan dari para Nabi dan Rasul, para pendahulu negeri dan kisah kisah inspiratif lainnya dikembangkan di kelompok ini. Semoga sedikit tindakan itu bermanfaat bagi diri mereka mengisi kekosongan waktu untuk hal yang bermanfaat.

Ditulis oleh Muhammad Amirudin (Alumni peserta Workshop Guru Menulis Batch#4/27 Juli 2021)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image