Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Masruhin Bagus

Lebaran; Saling Memberikan Maaf dan Meminta Maaf

Gaya Hidup | Thursday, 05 May 2022, 16:14 WIB
saling memaafkan [image source: pixabay]

Momen hari raya Idul Fitri adalah momen kebahagiaan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh seluruh umat di seluruh dunia. Khususnya umat muslim. Kebahagian tersebut dapat terlihat dari antusias umat muslim dalam menyambut hari raya idul fitri. Kehadirannya pun menjadi momen yang dinanti-nanti. Momen yang membahagiakan tersebut terlihat dari tradisi saling bersilaturrahim, memuliakan tetangga dan tamu, saling memberi maaf, dan saling mengucapkan selamat.

Budaya atau tradisi merayakan kebahagiaan di atas tentu tidak perlu dicari-cari dalilnya. Dalilnya sudah jelas ada. Silaturrahim, memuliakan tamu dan tetangga, saling memberi maaf, dan saling mengucapkan selamat di hari raya idul fitri adalah urusan akhlak kepada sesama manusia. Hubungan dengan manusia tentu harus dengan akhlak yang terbaik. Wa kholiqin naas bikhuluqin hasanin, demikian Nabi Muhammad SAW memerintahkan.

Perintah Nabi SAW tersebut bukan saja pada momen idul fitri. Tetapi mempraktikkannya pada momen idul fitri pun tidak ada salahnya. Ini persoalan memanfaatkan momen yang tepat. Salah memilih waktu ketika bertamu, alih-alih menyelesaikan masalah justeru bisa menambah masalah. Ini salah satu contohnya.

Jika manusia melakukan dosa kepada Allah SWT, maka agar dosanya diampuni, ia harus meminta ampun kepadaNya. Begitulah caranya mendapatkan ampunan. Nah, Allah SWT dengan maha pengasih dan penyayangNya, memberikan momen yang sangat indah dan membahagiakan yaitu bulan Ramadan. Bulan dimana Allah SWT membuka pintu ampunan (syahrul Maghfirah). Menjadi manusia yang tidak pernah luput dari salah dan dosa tentu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita harus banyak beristighfar, semoga Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita.

Jika kita berdosa kepada Allah SWT, Allah SWT akan mengampuni hambanya yang meminta maaf. Tetapi jika manusia memiliki salah dan dosa antar sesama manusia, maka diantaranya harus ada yang ikhlas memberikan maaf. Dengan demikian dosa sesama manusia akan terhapus. Dan Allah SWT juga akan mengampuninya.

Dalam Alquran Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS An-nur: 22)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa pernah melakukan kedzaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian diberikan kepadanya.” (HR Al-Bukhari).

Dengan demikian, memberikan maaf di hari raya idul fitri akan menambah kesempurnaan amal kita di bulan Ramadan. Tidak harus menunggu orang lain meminta maaf, tetapi jadilah pemaaf. Dan Allah akan memberikan ampunan kepadamu.

Jika kita sudah jelas-jelas pernah melakukan kesalahan terhadap seseorang, maka untuk lebih memastikan diikhlaskannya kesalahan dan dihapuskannya dosa, meminta maaf jelas merupakan salah satu bentuk kerendah hatian (tawadhu’) pribadi dan tentu juga merupakan salah satu bentuk keberanian manusia.

Bila kesalahan-kesalahan kita terhadap sesama manusia sudah mendapatkan maaf dan kita juga sudah mendapatkan ampunan dari Allah SWT, maka di hari raya Idul Fitri marilah kita saling memberikan selamat dan saling mendoakan : Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. “Taqabbalallahu minna wa minkum,” Semoga Allah menerima amal ibadah kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image