Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Idul Fitri: Bermaaf-maafan Sepenuh Rasa

Agama | Monday, 02 May 2022, 00:25 WIB

Hanya ada di negeri kita, Indonesia, ada tradisi luhur setiap momen hari raya Iedul Fitri, yaitu saling bermaaf-maafan, berkunjungan ke tetangga, sanak famili. Keluarga jauh mendekat hanya ingin sungkem kepada orang yang dicintai.

Berlapang dada memberi maaf dan siap menerima maaf adalah sifat terpuji yang diajarkan oleh Rosulullah.

Abdullah al-Jadali berkata, ''Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab, 'Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan.'' (HR Tirmidzi; hadis sahih).

Dalam surah al-A'raaf ayat 199, Allah SWT berfirman, ''Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.'

Tidak masalah memanfaatkan momen tahunan sebagai pelebur beban hati, namun alangkah baiknya jika ada masalah dengan saudara atau manusia lain lekas-lekas diselesaikan, tidak menunggu idul fitri. Hal ini akan membantu kesehatan jiwa sekaligus sebagai penghilang beban hati.

Keluarga besar Bani Za'roni, saat moment iedul fitri, 2021, di rumah Bapak Muhanin, Medalem

Maaf yang Berbekas

Hendaknya dalam bermaaf-maafan tidak sekedar basa-basi dan penggugur kewajiban atau kepantasan, tapi harus sepenuh jiwa, lahir dan batin. Dengan saling memaafkan, beban dan ganjalan hati akan ringan. Kebiasaan yang selama ini berlangsung, orang berjabat tangan sambil lalu, apalagi wajahnya tidak sepenuhnya menghadap. Hadirkan hati kita ketika kita berjabat tangan. Terima tangannya secara mantap, disertai senyum yang tulus.

“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Kita maafkan kesalahan dan kekhilafa teman kita tanpa syarat, seperti kita juga ingin dimaafkan oleh yang lain sepenuh jiwa. Setelah saling mengikhlaskan, kita menjaga persaudaraan, saling melindungi dan menutupi aib sesama manusia.

Ingatlah, Allah saja menerima dosa kita sebanyak apapun, maka tidak ada alasan kalau kita tidak mau memaaafkan atau menerima maaf saudara lain.

Mengapa Perlu Saling Memaafkan

Letak ketenangan itu dihati. Hati sebagai kendali aktifitas manusia. Ketentraman hati bisa mendatangkan keajaiban nikmat Allah.

Agar hati terus bercahaya, maka perlu perawatan yang intensif. Jika ada ganjalan lekas selesaikan, apalagi terkait hubungan horisontal. Membiarkan beban jiwa, berarti memberikan hati terkotori. Ketika gelap, akan sulit menerima hidayah dan inayah Allah. Orang yang jiwanya "bermasalah" hidupnya dijamin tidak tenang, dan kabar buruknya akan menimbulkan penyakit fisik.

Iedul Fitri telah datang, kita sambut dengan suka cita. Buka dada kita, lapangkan diri. Tebar senyum, karena mereka adalah saudara kita.

Nasrun Minallah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image